Perempuan muda lulusan Arsitektur dari University of Oregon, Amerika ini adalah founder sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Bubu.com, perusahaan web development yang telah membesarkan ratusan situs milik perusahaan raksasa di Indonesia.

Kiprah lainnya dalam dunia teknologi informasi (TI) adalah berhasil menyelenggarakan event besar Bubu Award yang telah menelurkan banyak desainer web untuk berkompetisi di tingkat dunia. Master of Business Administration dari Portland State University ini juga kerap menjadi pembicara dalam berbagai seminar tingkat nasional dan dunia, dimana para wanita menjadi konsentrasinya dalam mengembangkan TI.

Namun, tak banyak yang tahu bahwa Shinta adalah kolektor dan pengamat kain batik dan aksesoris asli buatan Indonesia. Lewat blog miliknya, www.batikantik.com, ibu dua anak ini memperkenalkan asal muasal dan jenis kain batik kepada khalayak dunia. Semua memang serba cantik lewat tangan dingin Shinta.

Berikut wawancara khusus BISKOM dengan Shinta W. Dhanuwardoyo.

Apa saja kesibukan Anda saat ini?

Saya masih disibukkan dengan apa yang saya mulai sejak 12 tahun lalu. Masih mengurus Bubu.com, perusahaan yang memfokuskan diri di bidang web development dan telah tumbuh sebagai digital media agency yang menyediakan jasa layanan internet, mulai dari pembuatan desain situs, solusi intranet, e-commerce, multimedia, internet marketing, dan berbagai pelatihan.

Sejak tiga tahun yang lalu saya juga mengurus Bubu Chikka, perusahaan yang bergerak di mobile applications dan content provider. Kami juga telah melaunch satu situs untuk jual beli dan lelang namanya www.lalulelang.com, yang mirip dengan eBay.com, tapi bedanya adalah bisa diakses secara mobile.

Siapa saja klien besar yang bekerjasama dengan Bubu?

Saya tidak bisa sebutkan satu persatu, namun diantaranya Telkom, Yamaha Motor Indonesia, British Petroleum, Hotel Nikko, Total Indonesia, Kalbe Nutritionals, Medco Foundations, Surya 16, Circle K Indonesia, Kementerian Riset dan Teknologi dan sebagainya. Bubu juga merancang situs pribadi, seperti rumah maya milik perancang busana Iwan Tirta dan penyanyi cilik Alika.

Basic pendidikan Anda dari arsitek, dan bisa dikatakan Anda adalah seorang arsitek yang juga sukses sebagai entrepreneur. Bisa share tips bagaimana menjadi seorang entrepreneur yang sukses?

Yang terpenting adalah jadikan sesuatu yang kita suka sebagai bidang usaha yang kita geluti. Selebihnya adalah kerja keras, disiplin dan usaha yang terus menerus. Kuncinya adalah mempunyai passion dalam menjalankannya dan tidak mudah putus asa.

Saat ini kita sedang dihadapkan pada era kebangkitan nasional. Untuk perkembangan TI, bagi Anda hal apa yang harus dibangkitkan dan dalam bidang apa investasi TI yang tepat untuk bangsa Indonesia?

Bicara mengenai perkembangan dunia TI di Indonesia secara keseluruhan saya rasa sudah cukup pesat, namun begitu masih banyak hal yang harus dibangkitkan, terutama infrastruktur yang cepat, merata dan murah untuk diakses oleh siapa pun. Tetapi kembali kepada ekonomi yang kurang stabil membuat investasi pribadi maupun perusahaan kadang menghadapi “risk” yang cukup tinggi. Dunia TI memerlukan investasi yang tidak kecil, apalagi di bidang riset, jadi bisa dibayangkan kalau tidak ada investasi, ya kita jadi pengikut saja.

Dengan adanya krisis untuk survive, saya menilai bahwa human resources adalah komponen yang terpenting untuk investasi. Karena keberadaan sebuah perusahaan adalah andil daripada para karyawan secara kolektif.

Investasi human source sedikit terhambat oleh karena sebuah pandangan bahwa TI milik maskulin, sehingga kaum perempuan enggan menggunakan TI. Menurut Anda?

Kalau dilihat di kota-kota besar, kebanyakan perempuan sudah sangat IT minded dan tidak gaptek. Mereka sudah menggunakan ponsel dan sudah dapat surfing internet. Jika kita melihat perempuan di pedesaan ya mungkin, karena memang kegunaan dari TI sendiri belum terlalu penting dan belum menjadi sebuah prioritas. Jika sepertinya dunia TI didominasi oleh kaum pria, karena awalnya stereotyping bahwa TI itu adalah dunianya pria. Tapi saya banyak melihat perubahan itu sekarang, di dunia maupun di Indonesia sendiri, sudah banyak perusahaan teknologi yang blue chip yang mempunyai pemimpin perempuan.

Kira-kira pada bidang apa perempuan Indonesia bisa memanfaatkan TI?

Saya rasa pada semua bidang. Saya contohkan saja, saya sendiri hobi dengan batik yang merupakan kain khas Indonesia. Saya mulai mengkoleksi batik sejak 12 tahun yang lalu dan saya membuat blog www.batikantik.com untuk melakukan edukasi mengenai batik. Audiencenya mencakup dunia sehingga saya menggunakan bahasa Inggris dalam blog tersebut. Saya coba memberi edukasi bagaimana batik Indonesia itu sangat versatile bisa dipakai oleh siapa saja dan di berbagai macam kesempatan. Yang menjadi goal utama saya adalah melakukan edukasi dulu, jika orang sudah tertarik baru saya akan menjalakan e-commerce.

Secara nyata, apakah Anda terjun langsung dalam mensosialisasikan TI kepada perempuan?

Saya beberapa kali diminta oleh Asia Pacific Women’s Information Network Center (APWINC) dan United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) untuk mengajar E-business atau E-Commerce di Seoul Korea di depan pemimpin wanita dari beberapa Negara APEC seperti USA, India, Peru, Rusia, Kanada, Indonesia, dan negara negara ASEAN lainnya.

Bagi saya, itu sangat berkesan karena saya bisa melakukan banyak sharing dengan wanita-wanita penting dari Negara lain dan saya juga banyak belajar dari mereka mengenai situasi sisi ekonomi dan keadaan TI untuk di negara lain. E-business dapat dilakukan dari rumah, dengan modal awal kecil dan biaya operasional yang kecil karena konsumen dapat mengakses barang melalui internet, dan tak perlu jam kerja tertentu. Cara kerja seperti ini sangat cocok untuk perempuan Indonesia kebanyakan dimana mereka biasa bekerja sambil mengurus keluarga.

Terakhir, Anda berharap akan seperti apa TI di Indonesia?

Saya berharap Indonesia bisa menjadi negara yang dapat menggunakan TI sebagai sarana yang dapat membangun ekonomi negara. Negara kita sangat besar dan luas. Dengan TI, masalah jarak seharusnya bisa diselesaikan. Semoga TI juga bisa membantu proses edukasi menjadi lebih mudah dan lebih baik lagi di Indonesia. Better and cheaper internet connection juga sangat dibutuhkan di negara ini, Saya berharap banyak pada TI di Indonesia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.