Saat ini, sistem pemasaran manual dan konvensional sudah tidak lagi efektif untuk dapat mengembangkan pelayanan dan penetrasi pasar. Hal itu disebabkan karena keterbatasan dalam ruang dan waktu, serta kebutuhan biaya yang tinggi dengan cakupan penetrasi pasar yang terbatas secara teritorial.

Hal itu juga berlaku pada dunia usaha layanan kesehatan rumah sakit di tanah air. Mengadopsi berbagai kebutuhan rumah sakit dengan jumlah pasien dan pegawai yang relatif sangat banyak, kini sudah saatnya dibutuhkan sebuah inovasi teknologi tersendiri. Begitu banyak pasien, dokter, pegawai, atau calon pasien, tentu akan sangat merepotkan, jika semua transaksi di dalamnya masih dilakukan secara manual atau menggunakan kertas.

Karena itu, tidak perlu heran jika suatu saat nanti, seorang pasien rumah sakit tidak akan mendapatkan kertas resep obat dari dokter yang memeriksakan kesehatannya. Tidak akan ada lagi secarik kertas resep yang perlu ditebus oleh seorang pasien, karena, baik daftar obat maupun administrasi biaya berobat karena sudah ditransfer oleh dokter secara online langsung ke bagian apotek. Dan yang pasti, tidak akan ada lagi kesalahan medis akibat salahnya penulisan resep.

Minimalisir penggunaan kertas

Selain untuk mendukung kampanye Global Warning dalam upaya pengurangan produk bahan alami pembuat kertas, secara ekonomis pun banyaknya pemakaian kertas sangat tidak hemat, dan tidak ekonomis. Dan bisa dipastikan, banyak sekali waktu terbuang untuk mencari data di lemari brangkas. Alhasil, secara tidak langsung, hal itu juga menghambat kinerja dan pelayanan dari sebuah rumah sakit.

Melihat perkembangan teknologi yang sudah semakin maju, akan lebih mudah jika data-data transaksi yang terjadi di dalam rumah sakit dipindahkan ke dalam sebuah sistem terkomputasi. Sebuah konsep e-hospital yang terbentuk dari suatu sistem terpadu untuk mampu menyajikan data secara cepat, akurat, dan transparan, mulai pencarian data pasien, riwayat kesehatannya, dokter yang menanganinya, biaya rawat inap, dan sebagainya yang bisa dilakukan dalam waktu beberapa detik saja.

Namun sampai sejauh ini, umumnya rumah sakit di Indonesia belum memanfaatkan TI secara optimal. Kalaupun memang ada, TI digunakan hanya sebatas pada kanal administratif, tidak sekaligus untuk mendukung sepenuhnya kepentingan medis.

Sebagian besar rumah sakit di Indonesia umumnya masih memakai pola manajemen informasi yang masih konvensional, yaitu dengan secarik atau berlembar-lembar kertas untuk berbagai kebutuhannya. Bisa dikatakan, layanan e-prescription atau resep elektronik yang sudah tidak lagi membutuhkan kertas masih sangat jarang dijumpai di rumah sakit di Indonesia.

Data tahun 2007 yang dihimpun dari sejumlah sumber menyebutkan, dari sekitar 1.200 rumah sakit di Indonesia, sebanyak 92 persen diantaranya masih memakai cara manual dalam melayani pasiennya, lima persen sudah terkomputasi, dan hanya tiga persen saja yang menerapkan teknologi informasi secara signifikan. Sebaliknya, bisnis inti rumah sakit adalah pelayanan medis, bukan administratif.

Sejauh ini, penerapan TI yang paling banyak digunakan baru pada tahap transaksional seperti pada sistim billing. Alhasil, belum banyak manfaat yang bisa didapatkan, kecuali hanya sebatas pada peningkatan efisiensi, seperti halnya mengamankan dari kebocoran keuangan, perhitungan biaya dan pembayaran jasa layanan medis, atau registrasi.

Mengingat bisnis utama rumah sakit adalah layanan medis, maka data rekam medis yang masih bersifat manual akan mempersulit pihak manajemen dalam mengarsipkan. Dan yang paling utama, dalam mengevaluasi mutu layanan medisnya. Inventarisasi berbagai kebutuhan fisik layanan medis, seperti persediaan obat, kamar, tempat tidur, dan sebagainya pun akan terasa lebih efisien.

Sistem informasi terpadu

Kini Vesalius.geo hadir sebagai sebuah sistem informasi terpadu dalam rangka mendukung komunitas industri Rumah Sakit di seluruh Indonesia. It’s a Totally Hospital Information System! Sebuah modul informasi pertama dan mutakhir yang mampu mengalirkan data layanan rumah sakit secara elektronis untuk multi kebutuhan. Alhasil, pelayanan kepada pasien dapat dilakukan dengan lebih cepat, akurat dan transparan yang pada akhirnya bisa memberikan kepuasan kepada para pasiennya.

Aplikasi Vesalius.geo memiliki dua modul utama informasi, yaitu Hospital Information System (HIS) dan Clinical Information System (CIS). Keduanya adalah sinergi sistem yang saling melengkapi. HIS merupakan sistem informasi yang mengotomasi seluruh proses administrasi (back office) rumah sakit, termasuk di dalamnya adalah sistem penerapan keuangan. Secara lengkap, HIS mencakupi kebutuhan informasi mulai dari administrasi pasien dan dokter (jadwal dokter, appointment, dan pendaftaran), farmasi, sistem pembayaran dan kasir, purchasing, inventori, medical record tracking, sistem informasi lab dan radiologi, serta pemesanan menu makanan rawat inap.

Sementara itu, menurut Lai Teik Kin, CEO novaHEALTH Singapore, CIS sendiri merupakan modul yang menyajikan seluruh proses klinis atau layanan medis, baik inpatient maupun outpatient. Lai Teik Kin menambahkan, tercakup di dalam CIS antara lain adalah Outpatient Clinical Management yang terdiri dari order management, Electronic Medical Record (EMR), medical alerts, e prescription atau resep elektronik, serta Inpatient Clinical Management. “Dengan resep elektronik tersebut, dokter cukup hanya mengetikkan resep obat yang akan diberikan ke pasiennya lewat komputer,” ujar Lai Teik Kin kepada BISKOM di Jakarta beberapa waktu lalu

Terkait hadirnya Vesalius.geo di Indonesia, sejak tahun 2004 lalu melalui partner bisnis lokalnya PT novaTARA Indonesia, Novahealth Singapore, telah menjalin kerjasama dengan Pondok Indah Healthcare Group (PIHG) dalam rangka pengimplementasian Vesalius.geo sebagai sistem informasi integral di rumah sakit tersebut. Sementara itu, tahun 2007 lalu, juga melalui PT novaTara Indonesia, NovaHEALTH pun telah menandatangi perjanjian kerjasama serupa dengan RS Puri Indah, Jakarta Barat, yang masih bagian dari kelompok PIHG.

“Dilihat dari sudut pandang pihak Rumah Sakit sebagai user, kami tentu menginginkan sebuah sistem yang ideal, istimewa, yang dapat meng-handle semua transaksi yang ada, sehingga pihak manajerial Rumah Sakit tidak lagi mengenal kata terlambat dalam pembuatan laporan masing-masing pelayanannya,” kata Tavri Deviyan, Chief Information Officer PIHG. “Bahkan bagian poliklinik tidak perlu lagi melakukan sensus harian, karena setiap laporan akan tercetak otomatis atau terkirim otomatis untuk berbagai keperluan administrasi dan medis,” tambahnya.

Melalui sistem informasi terpadu ini, intervensi manusia semakin tidak ada tempat. Menurut A.I. Gindo, Direktur PT novaTARA Indonesia, hal tersebut merupakan keunggulan utama yang patut disimak dari fitur-fitur Vesalius.geo. Yakni, kemampuannya untuk meminimalisir kesalahan medis pada permintaan atau pemberian resep obat. “Fitur medical alerts-nya akan secara otomatis mengecek dan menolak kontradiksi resep obat tertentu yang diberikan oleh dokter, semisal ada dua obat yang sama atau sejenis manfaatnya, pasti akan langsung di-alert,” ujar Gindo.

Lebih lanjut Gindo mengatakan, dengan kehadiran Vesalius.geo ini, harapan masyarakat akan sebuah layanan dan pelayanan kesehatan yang cepat dan nyaman kini semakin nyata terwujud. Vesalius.geo mampu melayani semakin tingginya tingkat mobilitas pasien, yang otomatis menuntut pula adanya komunikasi dan pelayanan yang cepat antara pasien dan institusi kesehatan, serta antara pasien dengan dokter.
“Dan yang lebih penting lagi, konsep e-hospital ini secara langsung menciptakan konsep green hospital lewat pengurangan pemakaian kertas, meskipun terlihat kecil, hal ini dapat menjadi salah satu upaya untuk ikut mendukung kampanye ramah lingkungan,” ujar Gindo.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.