Hampir setahun sudah Sutanto Hartono menjabat sebagai Presiden Direktur Microsoft Indonesia. Awalnya, tak sedikit orang yang meragukan kemampuan mantan orang ternama di stasiun televisi Rajawali Citra Nusantara (RCTI) ini dalam dunia teknologi informasi (TI). Namun dengan kesungguhan, Sutanto meyakini, “Meski latar belakang saya adalah bidang media dan hiburan, saya bertekad untuk membawa sudut pandang baru terhadap pendekatan Microsoft pada komunitas bisnis, pemerintah, sektor pendidikan termasuk pasar konsumer Indonesia.”
Berjalan waktu, cepat dan pasti, sejak terpilih sebagai Presiden Direktur Microsoft Indonesia pada akhir Januari 2010 lalu, Sutanto telah membuktikan keseriusannya. Kiprahnya selama ini telah ikut mendorong pertumbuhan jangka panjang Microsoft di pasar Indonesia. Salah satunya melalui kampanye pentingnya penggunaan sistem operasi (software) asli.
“Saya sangat senang dapat bergabung dan memimpin tim Microsoft Indonesia. Jabatan ini telah memantik semangat saya, terutama karena besarnya populasi Indonesia dalam penggunaan teknologi,” kata Sutanto kepada BISKOM, saat mengunjungi ruang kerjanya November lalu.
Sutanto memang memiliki reputasi yang gemilang dalam menumbuhkan bisnis dan mengembangkan kapasitas tim kerja. Sebelum bergabung dengan Microsoft Indonesia, Ia sempat memimpin jaringan penyiaran dan pertelevisian RCTI, dimana ia menjadi CEO sejak tahun 2008 dan Managing Director pada 2003. Pada saat yang bersamaan, peraih penghargaan “Most Admired Company” dari majalah Business Week Indonesia ini juga berperan sebagai Direktur Media Nusantara Citra, perusahaan multimedia terbesar di Indonesia yang juga merupakan induk perusahaan dari RCTI.
Sebelum berkarir di RCTI, Sutanto ikut mendirikan Sony Music Entertainment di Indonesia dan menjadi Senior Vice President di Asia Tenggara. Secara akademis, Sutanto pun terlihat cemerlang. Ia menyandang gelar Bachelor of Science, Chemical Engineering dari University of Notre Dame, Indiana dan gelar MBA bidang Marketing dan Finance dari University of California, Berkeley.
Kepada BISKOM, Sutanto Hartono membagi kiat bagaimana menumbuhkan bisnis Microsoft dan pandangannya terhadap software open source. Berikut petikannya.
Anda hampir satu tahun menjadi pimpinan Microsoft Indonesia. Apa saja agenda yang Anda jalankan selama ini dan kedepan untuk Microsoft Indonesia?
Ada 3 agenda yang saya fokuskan. Pertama adalah semakin menggalakkan kampanye pentingnya penggunaan software asli, khususnya pada penggunaan di tingkat konsumen. Apalagi survei menunjukkan bahwa penggunaan Windows bajakan justru merugikan konsumen.
Sebanyak 43 persen pengguna Windows bajakan ternyata mengalami kegagalan dalam sistemnya. Sementara 73 persen dipastikan pengguna bajakan kehilangan data, sedangkan 55 persen susah untuk memulihkan data tersebut.
Fokus kedua yang dilakukan Microsoft Indonesia adalah membuat paket perlindungan identitas diri dan personal computer (PC). Karena dari survei menyebutkan, 90 persen software bajakan yang dicopy hampir pasti disisipi oleh virus. Dan virus inilah yang akan mencuri identitas kita, melalui
penggunaakn internet.
Dan yang ketiga, strategi yang dilakukan adalah mendirikan Microsoft Zone, tempat dimana konsumen dapat mengetahui lebih dalam mengenai Microsoft. Customer membutuhkan one-stop zone. Mereka juga ingin mendapatkan pengalaman langsung sebelum membeli, karena itu kami menghadirkan Microsoft Zone. Kedepan, akan semakin banyak Microsoft Zone yang bakal kami dirikan.
Microsoft seperti kita tahu, kerap berhadapan dengan masalah pembajakan. Untuk menanggulangi masalah ini, pemerintah menawarkan kepada masyarakat untuk menggunakan software open source. Bagaimana Anda memandang hal ini?
Orang-orang melihat open source dan Microsoft itu seperti peperangan. Padahal bukan seperti itu. Kami bukan anti open source, dan musuh kami bukan open source, tetapi pembajakan. Open source dan Microsoft bukan terkait permasalahan software berbayar atau tidak, melainkan hanyalah perbedaan software itu dibuka atau ditutup.
Open source itu sudah jadi lalu ditaruh di internet, terbuka bagi siapa saja yang ingin mengotak-atiknya. Sedangkan kami ditutup. Tidak ada yang salah dengan ini, masing-masing ada keunggulannya. Terserah konsumen mau pilih yang mana, tergantung kebutuhan mereka.
Tidakkah Anda menganggap bahwa pemerintah lebih pro terhadap open source?
Bagi saya, gerakan mendorong open source oleh pemerintah itu merupakan sesuatu yang wajar. Tapi, euforia open source di institusi pemerintah rasanya terlalu berlebihan. Harusnya, pemerintah dapat berlaku adil dalam memberikan opsi yang sama. Pasalnya Microsoft sebagai pelaku bisnis software tentunya tidak ingin diperlakukan berbeda. Harus berjalan beriringan dengan opsi yang sama antara open source dan bukan open source.
Microsoft sendiri telah berupaya membangun jembatan diantara komunitas pengguna software Microsoft dan open source. Hal ini juga perlu diterangkan kepada publik oleh para regulator, sehingga tidak terlihat software proprietary seolaholah bermusuhan dengan open source.
Microsoft Indonesia sangat gencar berupaya meminimalisir angka pembajakan software di Indonesia. Apa saja langkah jitu yang Anda lakukan dalam hal ini?
Pertama, kami tetap melakukan edukasi dan sosialisasi pada masyarakat, apa benefit yang didapatkan dengan software asli, dan apa kerugian yang dialami pelanggan. Kami terus berupaya untuk meyakinkan konsumen, bahwa kocek yang dikeluarkan dalam jumlah besar akan mendapatkan manfaat yang besar pula. Ini semacam investasi jangka panjang bagi pengguna personal.
Kedua, kami memberikan value lebih pada pelanggan melalui program-program promo yang lebih consumeroriented atau yang dibutuhkan konsumen. Membangun Microsoft Zone merupakan salah satu contoh, bagaimana konsumen bisa mencoba software Microsoft sebelum membeli. Selain itu, kami menyediakan software dengan harga lebih terjangkau, bahkan beberapa di antaranya kami suguhkan gratis, seperti misalnya Microsoft Security Essentials.
Apakah angka pembajakan sudah menurun saat ini?
Secara keseluruhan seharusnya menurun. Tetapi dalam hal ini, kita harus berbicara mengenai dua segmen pengguna, yaitu segmen korporasi dan konsumer. Segmen korporasi tingkat pembajakannya lebih kecil dibandingkan konsumer karena faktor kepatuhan korporasi sudah lebih tinggi.
Bukan karena mereka takut ditangkap kalau menggunakan software bajakan, tetapi karena mereka mempunyai suatu internal compliance policy sehingga mereka paham bahwa software yang mereka gunakan sudah diorganisasikan. Ini merupakan titik terang yang belum terjadi sebelumnya.
Microsoft baru saja memperkenalkan Lync pada 17 November 2010 lalu. Apa yang bisa kita dapatkan dari Lync?
Betul, konsumen bisnis di Indonesia dapat mendownload versi percobaan Lync secara cuma-cuma melalui www.microsoft.com/lync dan dapat membeli di pasaran mulai awal Desember ini.
Software Lync yang sebelumnya dikenal dengan nama Office Communication Server (OCS) ini dapat menghubungkan orang kapan saja dan di mana saja lewat PC, telepon maupun browser. Artinya, Lync dapat membuat koneksi menjadi pertemuan tatap muka secara virtual. Kini setiap interaksi dapat menyertakan video dan konferensi audio, sekaligus melakukan kegiatan berbagai aplikasi dan dekstop serta layanan pesan singkat dan telepon.
Lync juga bekerja dengan aplikasi-aplikasi yang dikenal dan digunakan saat ini, termasuk Microsoft Office, SharePoint dan Exchange yang membantu organisasi dalam mengurangi kesulitan dalam mengadopsi teknologi ini. Para karyawan organisasi pun telah mengenal baik dan sudah dapat menggunakan perangkat-perangkat Microsoft yang populer. Sang administrator akan banyak diuntungkan dari manajemen infrastruktur tunggal yang aman ini dengan kapabilitas baru untuk menaikkan tingkat adopsi dan kemampuan interoperabilitasnya dengan sistem yang telah ada sebelumnya. Semua ini dicirikan dengan biaya kepemilikan yang rendah, pemasangan sistem dan migrasi yang lebih mulus, serta menyediakan pilihan yang lebih luas plus fleksibel. Apalagi, teknologi ini mampu menampung conference secara real time untuk 250 orang. Dengan Lync, tidak perlu face to face meeting, sehingga lebih efisien waktu dan biaya.
Apa saja manfaat Lync bagi perusahaan?
Kehadiran Lync telah merefleksikan visi kami untuk menyatukan suara perusahaan melalui layanan pesan singkat, web, audio dan konferensi video, menjadi satu pengalaman komunikasi yang baru. Dengan Lync, Departemen TI bisa menghilangkan sistem PABX atau menambahnya dengan Lync.
Mereka dapat memberdayakan kekuatan tim kerja untuk saling berkomunikasi dan berkolaborasi lebih efektif dan efisien, serta tetap terhubung satu sama lain melalui berbagai alat apa pun dan di mana pun mereka berada. Singkatnya, para pengguna yang mengaplikasikan Lync 2010 akan mengubah cara mereka dalam berkomunikasi, dan mentransformasi bisnisnya, serta menghemat biaya.
Sebagai putra bangsa, apa yang Anda ingin capai bagi Indonesia dalam hal penguasaan teknologi?
Penggunaan teknologi adalah suatu keharusan. Namun alangkah baiknya jika kita tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga bisa mandiri untuk bisa juga menjadi produsen elektronik. Microsoft sendiri bukan hanya fokus kepada bagaimana menciptakan pangsa pasar, tetapi juga memiliki komitmen untuk membantu masyarakat agar bisa lebih matang dalam TI. Salah satu cara yang ditempuh Microsoft adalah mengajak pengembang software lokal memanfaatkan Microsoft Silverlight yang gratis.
Silverlight adalah platform pengembangan milik Microsoft untuk membuat user experiences yang memikat, interaktif untuk aplikasi web, desktop dan mobile yang online maupun offline. Selain itu, kami juga menggelar kompetisi yang bekerjasama dengan perguruan tinggi di Indonesia. Finalisnya akan kami panggil untuk kami bina dari sisi bisnis, dan dikoneksikan ke penyandang dana. Targetnya adalah semua perusahaan yang masih dalam merintis di TI. Program ini sudah menginjak tahun ketiga. Yang sukses sudah ada, antara lain software untuk monitoring perkapalan. Kedepan, pastinya kami berharap semakin banyak temuan yang bisa diperlihatkan anak bangsa.
Apa inovasi yang dikembangkan Microsoft untuk 2011 mendatang?
Seperti yang diramal banyak pakar bahwa teknologi Cloud Computing akan menjadi tren di tahun mendatang, maka Microsoft akan lebih fokus terjun di bidang ini. Cloud Computing adalah komputasi berbasis internet. Distribusi sumber data, piranti lunak dan informasi disalurkan ke komputer atau perangkat lain sesuai kebutuhan. Ibaratnya adalah seperti logika kerja sebuah jaringan listrik, perusahaan hanya membayar yang mereka gunakan.
Cloud Computing secara umum dipakai untuk perusahaan dengan tingkat transaksi tinggi. Di Amerika dan Australia sudah banyak perusahaan besar menggunakan layanan ini, namun di Indonesia, Cloud Computing masih bersifat pengenalan dan trial. Cloud Computing juga masih sulit untuk dikenalkan ke konsumen Indonesia karena belum adanya jaminan keamanan dari virus atau hacker, reliable dan time line yang tinggi dan belum standarnya bahasa pemrograman. Tahap pengenalan dan trial dilakukan untuk membuat konsumen Indonesai bisa merasa lebih aman.
Jadi untuk Cloud Computing, Microsoft hanya akan menyasar perusahaan besar?
Karena Cloud Computing digunakan untuk tingkat transaksi tinggi, maka target dari Cloud Computing di Indonesia tentu saja perusahaan dengan sumber daya TI yang besar seperti misalnya perusahaan perbankan, telekomunikasi dan mining. Tetapi kami tidak lantas mengesampingkan Small Medium Business (SMB), karena banyak sektor tersebut yang belum terjamah oleh teknologi.
Dengan Cloud Computing, SMB akan dapat melakukan penghematan biaya karena membayar sesuai kebutuhan atau pemakaian, bisa mulai atau berhenti kapan saja, menggeser belanja modal (CAPEX) menjadi belanja operasional (OPEX), kompleksitas sumberdaya internal dan mendapatkan teknologi mutakhir secara otomatis. Target kami dalam 4 tahun, Cloud Computing bisa tumbuh 500 %.
Lalu seperti apa dukungan Microsoft untuk software open source di masa mendatang?
Seperti saya katakan tadi, the future is about Cloud. Ketika semua sudah beralih ke solusi Cloud Computing, maka istilah open source dan proprietary akan menjadi hilang. Nanti yang harus kita lakukan adalah mempunyai satu kata, yakni interoperability dimana kita dapat memilih lapis perlapis mulai dari infrastruktur, next level-nya, hingga platformnya baru softwarenya.
saya akan melaporkan pembajak produk2 anda 3 hari lagi saya akan mengirim bukti2nya kekantor anda.
anda cb didik itu anak buah anda yg bener dlm menghadapi konsumen, percuma anda gaji anak buah anda, tp menjawab pertanyaan konsumen aja suruh orang nunggu segala, sampe saya kesel baru dijawab, beli software mahal mahal dgn harga 1 jt, tp pelayanannya kyk taii gt ( BKN CM ITU DOANG ), tolong yaa direspon dgn baik ini saran saya!!