Suatu penelitian akan menjadi sia-sia bila tidak dibangun industrinya dan didorong pengembangannya, sebab itu perlu dipertemukan antara peneliti dan pebisnis agar hasil inovasi yang ditemukan oleh peneliti bisa diproduksi.
Untuk mensinergikan antara peneliti dan pebisnis, diperlukan peran pemerintah untuk mencari alternatif pendekatan yang tepat agar pola hubungan ini bisa berjalan membangun industri lokal menghasilkan produk barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat.
Hal inilah yang menjadi salah satu perhatian Menteri Negara Riset dan Teknologi Indonesia, Gusti Muhammad Hatta, yakni mulai mengangkat Sistem Inovasi Daerah (SIDa) dengan melihat potensi-potensi di daerah melalui pendekatan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3I) yang memiliki 22 kegiatan ekonomi utama, yaitu peralatan transportasi, telematika, perkapalan, tekstil, makanan minuman, besi baja, alutsista, kelapa sawit, karet, kakao, peternakan, perkayuan, minyak dan gas, batu bara, nikel, tembaga, bauksit, perikanan, pariwisata, pertanian pangan, Jabodetabek area, dan KSN Selat Sunda.
Menurut pria yang banyak berkiprah di dunia pendidikan ini, SIDa bisa dijadikan panggung atau wahana untuk mempertemukan peneliti dengan pebisnis. “Selama ini kan mereka berjalan sendiri-sendiri. Nah, dengan SIDa, kami mempertemukan mereka sehingga nanti potensi daerah bisa diproduksi dan ditingkatkan,” jelasnya.
Untuk itu, Hatta mulai mendorong Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) yang ada di daerah untuk menjadi vocal point di daerahnya. Balitbang ini berfungsi sebagai penggerak dan inisiator untuk mempertemukan Perguruan Tinggi atau Litbang-litbang apa saja yang ada di daerah.
“Kami gerakan semua dan diketemukan dengan pebisnis, baik itu yang ada di daerah maupun pusat,” ujar penerima gelar Sutan Sampono Batuah atau Laki-laki yang sempurna dari Suku Panai Tanjung, Padang, belum lama ini.
“Itu yang kami lakukan sekarang, karena kami ingin daerah berkembang. Kalau secara nasional disebut Sistem Inovasi Nasional (SINas),” lanjut kelahiran Banjarmasin, 1 September 1952 yang sebelumnya sempat menjabat Menteri Lingkungan Hidup ini.
Guna mewujukan SIDa dan SINas yang tangguh untuk meningkatkan daya saing di era global, Menristek juga terus melakukan peningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) Iptek di daerah agar terus bisa mengembangkan inovasi-inovasi yang bisa memberikan kontribusi pembangunan perekonomian nasional. Sebab itu, Kementerian Negara Ristek akan menyediakan intensif secara kompetitif sebagai stimulan dan akan diberikan bagi yang terlibat dalam penguatan sistem inovasi yang digagas kementerian ini. Intensifnya berupa training dan program lanjutan ke S2 dan S3.
“Hal ini dilakukan, karena kami melihat daerah itu mempunyai potensi yang cukup besar untuk bisa digarap sumber alamnya. Bila tidak didukung SDM yang terampil maka bagaimana sumber alam yang ada bisa di olah secara cerdas. “Selama ini saja Indonesia banyak melakukan ekspor, tetapi barang mentah semua. Padahal kalau diolah dulu di dalam negeri bisa memberikan nilai tambah,” ucap Menristek.
Dicontohkannya, kelapa kalau dijual kelapa sawitnya hanya menghasilkan sekian rupiah. Tetapi kalau dibikin CPO (crude palm oil) bisa memberikan nilai tambah sebesar 35%. Apalagi kalau bisa di olah menjadi sabun atau barang lainnya, bisa mencapai 500% nilai tambahnya. Strategi inilah yang coba dijalankan oleh Ristek untuk melakukan penelitian terus guna meningkatkan komponen dalam negeri.
Secara nasional Ristek memfokuskan pada 7 bidang inovasi, yaitu pertanian dan ketahanan pangan, energi, kesehatan dan obat, management dan teknologi transportasi, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), material maju, serta industri pertahanan.
Menyambut Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) ke 17 pada bulan Agustus ini di Bandung, inovasi ketujuh bidang ini akan dimunculkan untuk diperkenalkan kepada dunia industri.
“Banyak inovasi yang sudah diciptakan oleh anak bangsa saat ini, antara lain vaksin flu burung, isotop untuk melacak kanker sejak dini, Roket dan masih banyak lagi. tetapi yang paling menonjol adalah mobil listrik,” ungkap lulusan Universitas Lambung Mangkurat ini.
Mobil listrik memang menjadi pusat perhatian publik saat ini, karena dianggap mampu mengatasi ketersediaan BBM dan pencemaran polusi udara. Disela kesibukannya di tempat kerjanya, Menteri yang juga dikenal sebagai Guru Besar Universitas Lambung Mangkurat ini menyempatkan diri memberikan pandangannya terhadap inovasi teknologi saat ini kepada BISKOM. Berikut petikan wawancaranya.
Agustus ini merupakan puncak peringatan Harteknas, sejauh mana kesiapannya?
Angka 17 bisa dibilang sebagai angka keramat, karena kita merdeka tanggal 17 dan sholat juga berjumlah 17 rakaat. Jadi saya ingin peringatan Harteknas ke 17 ini meriah, dalam artian bisa menampilkan semua karya bangsa. Sebab itu, sejak bulan Januari lalu sudah dipersiapkan semuanya dengan menggerakan semua pihak-pihak yang terkait untuk mendukung hal ini, termasuk mengajak PTDI, BUMN, Industri Pertahanan dan Litbang-litbang lainnya.
Jadi tahun ini persipannya lebih baik di banding tahun sebelumnya, bahkan Pemerintah Daerah Bandung dan Institut Tehnik Bandung (ITB) juga turut membantu mempersiapkannya.
Inovasi Untuk Kemandirian Bangsa menjadi tema Harteknas tahun 2012, apa indikator kemandirian bangsa dalam hal teknologi?
Indikatornya kita harus meningkatkan dan menguasai Iptek itu sendiri, paling tidak ketujuh bidang fokus, yaitu pertanian dan ketahanan pangan, energi, kesehatan dan obat, management dan teknologi transportasi, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), material maju, serta industri pertahanan. Kemudian harus diperkuat dengan SIDa dan SINas. Tanpa itu, saya kira tidak bisa. Keduanya harus jalan beriringan, jadi penelitian Iptek jalan terus kemudian SIDa dan SINas sebagai wahananya harus dijalankan agar bisa maju.
Contohnya, kita mampu membuat obat tetapi bahannya dari luar negeri. Kalau suatu saat mereka tidak menjual ke kita, gimana? kita juga mampu membuat mobil tetapi bahannya dari luar, kalau mereka stop produksi suku cadang, maka kita tidak bisa apa-apa. Oleh sebab itu komponen lokalnya harus coba kita buat terus.
Sebenarnya tenaga ahli kita ada, hanya saja kurang dipertemukan. Karena itu SIDa dan SINas itu penting. Kita punya tenaga-tenaga ahli, sayang kalau tidak diberi kesempatan luas.
Pencapaian seperti apa yang Anda inginkan berkaitan dengan kemajuan teknologi?
Paling tidak kita tidak lagi tergantung pada luar negeri. Kalau diperhatikan, selama ini kita memproduksi produk bahannya masih impor dari luar negeri. Oleh karena itulah harus meningkatkan memproduksi sendiri bahan bakunya termasuk juga bidang-bidang lain, kalau tidak kita akan terus ketergantungan asing.
Teknologi yang menonjol saat ini Anda katakan adalah mobil listrik, sebenarnya seberapa penting keberadaan mobil listrik ini?
Mobil listrik ini penting juga, karena Presiden maunya kita ini tidak lagi tergantung dengan bahan bakar minyak (BBM). Bila kita ketergantungan terhadap BBM bisa berbahaya, karena di satu pihak BBM di Indonesia ini diperkirakan 20 tahun lagi akan habis, kecuali ditemukan sumur baru.
Di pihak lain, BBM akan naik terus harganya. Oleh karena itulah mobil listrik ini dianggap perlu dikembangkan agar tidak ketergantungan lagi kepada BBM. Karena dengan mobil listrik ini sumber charger bisa macam-macam, tidak hanya BBM tetapi juga batu bara, gas, PLTS, PLTA dan lainnya yang tidak menimbulkan pencemaran udara. Disamping itu, dengan mobil listrik ini bisa hemat, boleh dikatakan pemeliharaannya kecil dan tidak memakai oli.
Sejauh manakah persiapannya memproduksi mobil listrik saat ini, terutama berkaitan dengan regulasi?
Roadmap-nya sudah dibuat dan dipaparkan di hadapan Presiden. Rencananya tahun 2015 atau 2016 baru memproduksi beberapa buah untuk masing-masing tipe. Produksi massalnya baru akan dilakukan pada tahun 2018 dengan target 10 ribu unit mobil.
Sementara ini pada 2013 atau 2014, kita menghasilkan prototype terlebih dahulu. Kalau Kementerian Ristek mengistilahkannya prototype riset langkah berikutnya prototype produksi. Jika sudah berjalan, ini tinggal diperbanyak. Tapi saya optimis ini bisa dipercepat tanpa harus menunggu 2018. Buktinya LIPI saja sudah menghasilkan prototype riset bus listrik yang sudah melakukan uji jalan.
Maka itu, Presiden sangat serius sekali untuk mewujudkan ini. Oleh sebab itu, beliau memerintahkan menteri yang terkait untuk segera membuat kebijakan sesuai dengan bidangnya. Katakanlah, Menteri Keuangan untuk mendukung ini sukses mengurangi pajak bahan-bahan dari luar yang diperlukan, kemudian mobil listriknya sementara waktu tidak kena pajak atau STNK bisa murah. Begitu pula Menteri Perindustrian dan Menteri Perhubungan untuk mendukung mobil listrik ini.
Kalau boleh tahu, berapa muatan lokal yang terkandung dalam mobil listrik ini?
Mobil listrik ini mempunyai 5 teknologi kunci. Pertama, desain 100% buatan Indonesia. Kedua, control system electronic, dimana teknologinya ini 50% bisa diproduksi dalam negeri dan sebagian impor. Ketiga, soal transmisi propulsi masih impor. Ke-empat, baterenya kita betul-betul impor. Kelima, infrastruktur charging bisa 100 dilakukan di dalam negeri.
Kalau bicara kesiapan teknologinya sendiri, para ahli membaginya 9 tingkat. Berkaitan dengan mobil listrik Indonesia posisinya di 5, sedangkan sepeda motor listrik posisinya di 7 dari sembilan tingkat. Jadi kalau sepeda motor terus terang saja sudah siap diproduksi tahun ini atau tahun depan. Pengembangnya sendiri sudah siap dengan rancangan dan punya modal kalau mau membangun pabriknya. Yang dibutuhkan dari pemerintah adalah bisa tidak menyerap atau membeli dulu 6000-10.000 diproduksinya.
Industrinya sendiri, pihak mana saja yang mau memproduksinya?
Kami sepakat BUMN yang didorong, kalau Pak Dahlan Iskan (Menteri BUMN -red) katanya siap saja mengarahkan BUMN untuk itu. Kemudian dari Kementerian ESDM sendiri menjelaskan, bahwa untuk charging diperlukan energi nantinya, ternyata itu tidak masalah karena kita akan dapat lagi 10.000 megawatt yang kedua untuk memenuhi pasokan nanti.
Disebut-sebut harga mobil listrik ini mencapai 1,5 milyar rupiah, apakah ada upaya-upaya dari pemerintah untuk menurunkan harganya?
Harga yang dipatok itu merupakan harga penelitian, berbeda lah dengan harga bila nanti sudah diproduksi masal. Relatif, kalau sudah diproduksi massal akan turun 35% dibandingkan harga penelitian. Belum lagi pemerintah akan mengurangi pajak, tentunya akan lebih murah lagi.
Di Jepang, saya dengar STNK-nya gratis disubsidi oleh pemerintah, bahkan ada juga yang memberikan gratis untuk recharge-nya. Kalau recharge gratis itu mungkin berat buat kita, tetapi kalau STNK gratis masih reasonable. Walau itu perlu dibicarakan lagi dengan pemerintah daerah karena inikan berkaitan dengan pendapatan daerah. Saya itulah upaya-upaya agar mobil listrik ini bisa terjangkau.
Belum lama ini juga ada mobil Esemka, apa pandangan Anda terhadap karya anak bangsa ini?
Bagi saya apapun karya anak bangsa itu harus didukung. Memang Esemka inikan ibarat perakitan saja, sebetulnya bahannya dari mobil Timor yang dimanfaatkan kembali. Makanya waktu dites kemarin masih belum sempurna, misalnya pada gas CO2 dan emisinya masih dibawah standar. Apalagi persyaratan kendaraan ini sudah mau masuk standar Euro 3, dimana dituntut harus ramah lingkungan, lebih efektif dan efisien. Sebab itu, kami mengirimkan tim untuk memberikan masukan-masukan kepada mereka. Kami mendorong terus, jangan sampai dipatah semangatkan. Kalau nanti bisa besarkan bagus juga bisa buka kesempatan kerja.
Sebagai menteri yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Lingkungan Hidup, bagaimana Anda mendukung perkembangan teknologi hijau?
Ini lucu, seperti sudah ada yang mengatur saja. Dulu saya selalu mengkampanyekan teknologi ramah lingkungan. Malah, sekarang saya memasuki bidang teknologi. Ini merupakan kesempatan saya untuk mengarahkan teknologi yang ramah lingkungan, salah satunya adalah mobil listrik. Tidak hanya itu, di bidang-bidang lain juga akan mengarah ke sana, termasuk energi diupayakan yang ramah lingkungan.
Apakah ada kendala, bila biasanya Anda menangani masalah lingkungan kini di Ristek?
Mudah-mudahan tidak ada, kalau awal-awal mungkin hanya penyesuaian saja. Karena latar belakang saya itu pernah menjadi kepala lembaga penelitian di universitas saya dulu. Jadi sebelum memimpin ristek ini, saya sudah terbiasa mengkoordinir para peneliti dan menghasilkan suatu penelitian. Selian itu, pernah membantu Rektor I yang membidangi penelitian, pendidikan dan pengabdian masyarakat. Itulah pengalaman yang saya punya yang membedakan hanya cakupannya yang luas sekarang, kalau kegiatannya saya kira hampir miriplah.
Baru-baru ini dikabarkan bahwa DPR telah menyetujui pemberian tunjangan kinerja di Kemenristek. Kalau boleh tahu berapakah APBN Kemenristek tahun 2012 dan di bidang apakah prioritas penggunaannya?
Rupanya begini, untuk meningkatkan kinerja para pegawai ada istilah remunerasi yang untuk mendapatkannya itu tidak mudah, ada persyaratan-persyaratan tertentu. Dan itu pun harus dinilai oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Menteri Keuangan. Kebetulan Kemenristek, LIPI, BPPT, dan Batan sudah memenuhi syarat, tinggal 4 anggota kita lainnya yang belum.
Tunjangan ini nantinya akan berguna untuk kesejahteraan peneliti, dan selain itu kita juga berupaya agar pensiunan peneliti bisa diambah. Kalau APBN sendiri kita masih kecil dapatnya, sekitar 650 milyar. Dan itu digunakan 30% nya untuk kegiatan administrasi, penunjang gaji pegawai dan segalanya yang berkaitan dengan kepegawaian. Sedangkan 60% lebih digunakan untuk penelitian.
Seperti diketahui, Kemenristek adalah salah satu kementerian yang menggagas penggunaan open source software (OSS) di lingkungan pemerintahan Indonesia. Sejauh manakah perkembangannya saat ini?
Pemanfaatan OSS ini akan terus kami dorong, karena kami merasakan bahwa dengan OSS ini dapat menghemat anggaran, efektif dan efisien. Apalagi kalau dilihat dari segi hukum kita jadi tidak bermasalah karena menggunakan produk yang legal.
Seharusnya 2011, seluruh Indonesia sudah menerapkan itu. Tapi kami memahami bahwa tidak semua daerah itu sama, ada daerah-daerah yang belum punya SDM nya. Saat ini, untuk mempercepat penerapannya di daerah-daerah yang tidak terjangkau dengan cara melatih SDM yang ada, dan nantinya mereka bisa mengajarkan itu di daerahnya.
Bagaimana pandangan Anda terhadap pemerintahan yang bersih?
Pemerintahan yang bersih adalah pemerintah yang transparasi. Karena itulah dari segi Ristek mendorong penerapan e-Government maupun e-Procurement. Dengan e-Procurement ini maka segala tender-tender itu dilakukan lewat website secara terbuka, siapun bisa ikut. Jadi tidak ada sembunyi-sembunyi maupun main belakang. Kalau perlu seharusnya juga ada e-Audit sehingga setiap orang bisa mengontrol kegiatan yang dilakukan pihak terkait.
Tentunya pemerintahan yang bersih adalah cita-cita semua orang agar pelayanan publik dapat tersedia dengan baik dan memadai serta semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat. (Hoky)