“Perkembangan teknologi telah merubah cara orang untuk dapat menikmati sebuah buku bacaan. Tidak lagi hanya dengan cara konvensional, berupa buku fisik yang dicetak, tetapi sebagian orang mulai beralih membaca buku secara digital.”

PERUBAHAN gaya hidup orang dalam membaca, berawal dari sebuah situs e-commerce asal Amerika yang membuat Amazon Kindle, berupa perangkat baca elektronik yang dikenal dengan istilah e-Book. Keberhasilannya merubah cara membaca orang Amerika, mempengaruhi negara-negara lainnya untuk mengikuti jejaknya. Termasuk Pebisnis sukses, Wendy Chandra, yang akhirnya juga terinspirasi membuat aplikasi reader berisi buku-buku dari seluruh Indonesia.

Merasa bisa menjadi peluang bisnis yang bagus, akhirnya pria asal Bandung ini pun merealisasikan idenya setahun lalu dengan membuat aplikasi Wayang Force yang pertamakali tersedia di iPad, lalu mengembangkannya ke  Android dan iPhone.  “Di aplikasi Wayang ini, orang bisa menemukan sekitar 4857 bacaan, baik itu buku, majalah ataupun koran yang sudah digitalisasikan dan bisa dibeli secara digital,” ujar lulusan Bisnis, Universitas Parahiyangan ini.

Untuk memudahkan orang mencari bacaannya, aplikasi ini dirancang dengan antar muka yang intuitif, mode pencarian mudah dan cepat di store maupun library, navigasi yang mudah dengan thumbnail view, kategorisasi konten, preview konten sebelum membeli, hingga fitur bookmark.

Pengembangannya sendiri dilakukan 100% oleh developer lokal yang dibentuk bersama teman-temannya yaitu sebuah start up bernama PhaseDev. Dengan didirikannya perusahaan ini, bukan hanya Wayang Force saja yang sudah berhasil dibuat tetapi juga ada Tiket.com dan beberapa aplikasi game.

“Dengan dibentuknya perusahaan ini, saya ingin membuktikan kalau orang Indonesia itu mampu membuat aplikasi yang tidak kalah dengan luar,” lanjut penggemar games ini, sambil menunjukkan penghargaan-penghargaan yang diperolehnya dari Wayang Force, seperti Juara INACTA 2011 untuk Best Application for e-Commerce: Retail and Financial, menjadi salah satu Asia’s Top 50 Apps 2011 dari Singtel Innovation Exchange dan nominator untuk Best Mobile Application Award di gelaran Indonesia Cellular Award (ICA) 2011.

Berikut petikan wawancara BISKOM dengan Chief Executive Officer Wayang Force, Wendy Chandra di Wayang Force Café, Jakarta, yang merupakan café sekaligus base edukasi aplikasinya.

Apa yang melatarbelakangi Anda mengembangkan Wayang Force dan kenapa diberi nama Wayang?
Sebenarnya bisnis saya bergerak di media. Ada 7 majalah yang saya jalankan saat ini, yaitu Animonster, Cinemags, Gamestation, Gadget, Kiddo dan MacWorld. Dari sana saya berfikir, bagaimana kalau kelamaan nanti prinsip majalah cetak ini turun, maka harus segera ada penggantinya untuk cara membaca majalah ini. Makanya saya membuat aplikasi Wayang Force. Awalnya hanya untuk mendistribusikan majalah saya sendiri secara digital, akhirnya berfikir untuk dijadikan brand agar bisa diisi juga oleh majalah lainnya.

Sedangkan untuk nama Wayang sendiri, kami ingin menunjukkan kalau aplikasi ini isinya buku-buku lokal. Inilah yang menjadi kekuatan kami, sehingga kita tidak bersaing dengan aplikasi luar yang sudah ada lebih dulu.

Apakah nantinya trend media ini akan ke digital?
Bisa dibilang inikan media baru, jadi belum tahu apakah ini akan menggantikan media cetak. Karena di dunia cetak sendiri ada histori yang cukup panjang. Dulu printed itu dimulai dari koran yang sangat populer waktu pertama keluar, kemudian muncul radio yang menurunkan popularitas printed ini secara drastis karena dianggap menggantikan yang cetak. Begitu pula saat televisi muncul, dianggap akan menghilangkan printed, tapi hingga sekarang ternyata printed masih berjalan. Jadi kita tidak tahu apakah trendnya akan substitusi cetak untuk selamanya atau nanti hanya tren saja, masih belum bisa diprediksi kedepannya.

Berapa investasi yang dikeluarkan untuk pengembangan aplikasi ini?
Kalau modal awalnya sendiri hanya untuk membuat kantor, tetapi investasi yang dikeluarkan setahunnya diperkirakan sekitar Rp, 2 Milyar. Ini untuk menggaji sekitar 40 developer yang kita rekrut dengan kisaran gaji Rp. 5 – 15 juta. Karena tidak hanya Wayang Force yang kami buat, tetapi juga aplikasi lainnya.

Apa syarat untuk bisa bergabung sebuah buku atau majalah ke wayang Force? Berapa keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan tersebut?
Yang terpenting jangan berbau suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) dan pornografi. Untuk keuntungannya sendiri kita dapat 50% dari harga penjualan yang disepakati.

Berapa banyak yang download aplikasi Wayang Force saat ini?
Di iPad sendiri sudah sekitar 500 ribuan yang download dan Android sekitar 300 ribuan. Sedangkan untuk download perharinya majalah atau buku yang free bisa 30 ribu – 40 ribu. Kalau yang berbayar bisa jual sekitar 8 ribu setiap minggunya.

Kebanyakan aplikasi lokal untuk pertama kali hadir di Android terlebih dahulu, kenapa Wayang Force  justru hadir lebih dulu di iPad?
Aplikasi lokal lebih banyak masuk ke Android karena sifatnya open source dan lebih mudah dimengerti karena hampir mirip dengan Java. Spesifikasi untuk bisa masuk ke iOS (iPad dan iPhone) harus orang yang mengerti, sedangkan programmer iOS masih sedikit di Indonesia.  Maka itu kebanyakan aplikasi lokal lebih dulu ke Android baru iOS. Wayang Force sendiri mengejar iOS terlebih dahulu karena memang cara baca dan kualitas tabletnya lebih baik iPad dibandingkan yang berbasis Android.

Apa yang perlu diperhatikan untuk bisa sukses terjun dibisnis aplikasi seperti Wayang Force?
Membuat aplikasi harus yang unik jangan mengekor aplikasi yang sudah ada. Contohnya, jangan sekali-kali mencoba aplikasi seperti Facebook yang sudah nomor satu di dunia apalagi membuat versi yang Indonesianya, karena tidak ada diferensiasinya. Buat aplikasi yang memang belum ada, karena di dunia aplikasi itu cuma ada yang nomor 1 dan 2. Kalau 3, 4 dan 5 sudah pasti akan hilang nantinya.  Kenapa Wayang Force berani saya keluarkan, karena ini adalah seperti aplikasi pertama e-Book khusus Indonesia di Indonesia.

Jadi, apa kelemahan perkembangan aplikasi karya anak bangsa yang ada saat ini?
Programmer di Indonesia itu sudah cukup bagus dan bisa membuat apapun.  Cuma konsepnya masih lemah dan suka mencontoh. Jadi kurang kreatif, maksudnya kreatif ide bukan secara pembuatan. Selain itu secara bisnis masih belum stabil, terkadang hits lalu tiba-tiba hilang. Seperti Disdus yang sempat hits di Googling tiba-tiba turun. Hal-hal seperti ini juga perlu diperhatikan.

Apa tanggapan Anda tentang kemajuan teknologi informasi (TI) di tanah air kedepannya?
Pasti kedepannnya berkembang meskipun masih di software. Tapi  saya juga melihat hardware akan mengikuti juga. Hal ini bisa dilihat mulai munculnya brand lokal seperti Axioo dan Byon. Kedepannya pasti akan banyak brand lokal lainnya yang muncul mengingat teknologi makin mudah dibuat  disini dan pastinya murah.

Apa yang ingin dicapai Wayang Force selanjutnya?
Nanti, berikutnya Wayang Force akan muncul di Blackberry, tapi kami menunggu Blackberry 10 terlebih dahulu hadir di di Indonesia, kemudian juga di Windows Tablet. Karena dasarnya, kami ingin Wayang Force bisa tersedia di semua device. Selanjutnya kami juga membuat device berupa tablet yang kami kembangkan sendiri.

Mudah-mudahan tahun ini sudah bisa di-launching. Selain itu, kami ingin membesarkan customer base yang targetnya bisa mencapai 1 juta customers di tahun ini.  •ANDRI

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.