Lebih dulu dikenal dengan produk-produk informasi teknologi (TI) seperti monitor, keyboard, mouse, UPS, chasing PC dan lainnya, brand lokal yang satu ini kini mulai mengembangkan bisnisnya dengan memproduksi perangkat mobile.

 MULAI berdiri sejak 1985, bukan hal yang sulit bagi PT. Supertone yang memiliki brand SPC untuk memproduksi perangkat mobile seperti ponsel maupun tablet yang berkualitas. Bahkan SPC berani  bersaing dengan brand yang sudah ada lebih dulu.

Seperti yang dikatakan General Manager SPC Mobile, Raymond Tedjokusumo, meskipun divisi SPC Mobile baru berumur 3 tahun, tetapi SPC sudah cukup lama mempunyai background di bidang elektronik. “Tidak ada kesulitan bagi kami untuk membuat perangkat mobile, karena kami sudah mengerti teknologinya berkat pengalaman memproduksi barang TI,” ujar pria lulusan Melbourne University ini.

Karena cukup dikenal, produk-produk TI dari SPC yang juga sempat mendapatkan kepercayaan dari produsen ternama lainnya untuk mambantu membuat komponen-komponen pendukung, seperti membuat printed circuit board (PCB) untuk TV Polytron dan remote control untuk Sony. Hal ini kemudian semakin memantapkan SPC untuk memasarkan perangkat mobile di pasar tanah air.

”Waktu itu kami termasuk original equipment manufacturer (OEM) yang bisa dibilang menjadi pabriknya orang. Itu karena kualitas SPC sudah dipercaya keunggulannya dan merk-merk SPC juga sempat eksport keluar negeri, diantaranya Srilanka, Singapura, India dan Rusia,” jelasnya.

Dengan pengalaman dua tahun di Australia sebagai auditor pada perusahaan accounting, Raymond mulai masuk SPC di tahun 2008 untuk membangun divisi baru yaitu SPC Mobile yang awalnya hanya memasarkan sekitar 5000 unit perangkat mobile di tahun 2009. Namun, kini perbulannya sudah mulai tembus 150 ribu unit untuk ponsel dan tablet. “Setiap tahun berkembang terus. Saya merasa pelanggan sudah mulai merasakan kualitasnya. Targetnya, tahun depan bisa mencapai 200 ribu unit perbulannya.”

Berikut ini petikan wawancara BISKOM dengan Raymond Tedjokusumo di tempat kerjanya.

Apa yang membuat SPC untuk terjun ke pasar mobile?
Kami melihat semakin lama pasar mobile semakin besar dan itu merupakan peluang bagi kami untuk masuk kesana. Apalagi dengan pengalaman di bidang elektronik yang sudah cukup lama, tentunya memudahkan untuk pengembangan teknologi yang ada kemudian disinergikan dengan teknologi ponsel, karena dasarnya principle barang elektronik itu hampir sama.

Bagaimana SPC menghadapi persaingan dengan brand yang sudah ada lebih dulu di pasaran?
Suatu merk harus mempunyai value chain. Salah satu yang kami berikan ke konsumen adalah dari sisi after sales yang kami kelola sendiri dengan teknisi terlatih yang sudah di-trainming dan spare part yang selalu tersedia. Selain itu, memberikan jaminan ke user bila ada kerusakan akan diselesaikan paling lama 21 hari. Bila tidak selesai akan diganti dengan yang baru.

Jadi dari sisi value service kami perkuat. Sementara itu dari sisi kualitas sudah diterapkan satu divisi di China yang khusus untuk menghandle original design manufacturer (OEM/ODM) SPC dengan menempatkan 4 engineer di sana untuk mengontrol quality control (QC) dan produksi. Karena memang pabrik SPC berada di China, dan di Indonesia hanya untuk QC dan perakitannya. Kami sangat menjaga kualitas produk dengan melakukan berbagai tes di lab sendiri sebelum barang dilempar kepasaran.

Strategi apa yang dilakukan agar brand SPC bisa lebih dikenal masyarakat?
Dalam penetrasi ke pasar, jaringan distribusi harus meluas. Saat ini saja kami sudah mempunyai sekitar 26 distributor yang tersebar di Jawa, Bali, Sulawesi maupun Kalimantan. Nanti fokusnya bukan di first city tetapi di second city dan third city agar produk kami dimanapun mudah didapatkan. Selain itu, melakukan program bundling dengan Telkomsel selaku operator terbesar di Indonesia.

Kedua, service center kami perbesar. Saat ini SPC sudah mempunyai 9 service center yang tersebar di 8 kota, yaitu Jakarta, Bandung, Garut, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Medan dan Cibinong. Rencananya tahun depan. Kami akan menambah 6 titik service center lagi. Ketiga, dari sisi kualitas melebihi harga. Pelanggan bisa merasakan produk berteknologi dengan harga yang murah.

 Apa yang membedakan produk SPC dengan produk lokal lainnya?
Kalau dari sisi hardware mungkin hampir sama. Tetapi dengan adanya operating system Android, kami mulai mengembangkan app store sendiri yang namanya SPC Store yang saat ini sudah tersedia di beberapa device kami. Untuk pengembangannya sendiri, kami bekerjasama dengan beberapa software house yang berada di Taiwan, Singapura dan China. Jadi pelanggan bisa men-download secara gratis berbagai aplikasi dari SPC Store yang saat ini sudah menyediakan sekitar 50 aplikasi.

Berapa kontribusi produk mobile dibandingkan produk TI terhadap pendapatan SPC?
Keduanya masih memberikan porsi yang sama besar, tetapi kami melihat saat ini smartphone maupun tablet sudah menjadi produk lifestyle yang mulai banyak dilirik masyarakat. Layaknya pakaian,  produk lifestyle itu tentunya membuat orang berkeinginan untuk mencoba atau menggunakan yang terbaru. Seperti terlihat sekarang ini saja, orang bisa dua kali mengganti perangkat mobile-nya selama setahun. Jadi saya rasa pasarnya akan terus berkembang dan kami yakin bisa berkontribusi lebih besar lagi.

Target marketnya sendiri kearah mana?
Fokusnya ke kelas middle-low karena pasar terbesar ada disana. Kami mencoba membawa value tertinggi buat user dengan menghadirkan produk-produk terjangkau, seperti ponsel dengan harga Rp. 300 ribuan, namun mempunyai fasilitas seperti smartphone, touchscreen, serta bisa mengakses Facebook dan Twitter.

Untuk pelanggan yang baru ingin menggunakan Android, juga kami menyediakan ponsel dengan harga yang terjangkau. Tetapi kami juga ada produk Android untuk power user yang mengerti spesifikasi dan aplikasi.

Berapa investasi yang dikeluarkan untuk membangun SPC Mobile?
Cukup besar, minim investasi awal saja sekitar US$ 1,5 juta untuk membentuk team, sewa tempat, renovasi dan lainnya. Setiap tahun tentunya bertambah, apalagi kami juga sudah berinvestasi di sisi software yang cukup besar, sekitar US$ 500 ribu.

Bagaimana target perusahaan kedepan dan strategi apa yang akan dilakukan?
Saya memprediksi,  2013 mendatang smartphone akan booming. Karenanya kami akan mengembangkan Android pada ponsel dan tablet yang kami keluarkan. Begitupula dengan aplikasi-aplikasi akan kami terus kembangkan untuk mendukung user yang butuh smartphone dengan banyak hiburannya.

Strategi yang akan kami lakukan adalah dengan selalu menjaga kualitas. Karena itu kami akan memperbesar divisi income QC SPC di China. Seperti saya sebutkan sebelumnya,  layanan distribusi akan kami perkuat dan service center akan terus kami perbanyak. • ANDRI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.