Mengalir begitu saja. Inilah salah satu prinsip hidup yang dipegang oleh salah satu pebisnis sukses Indonesia: Nana Osay. Mengibarkan bendera PT. Harrisma yang bergerak pada pendistribusian produk teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sejak tahun 1988, lulusan Elektro di Institut Teknologi Bandung (ITB) ini  berhasil memperluas usahanya di kota-kota besar tanah air.

 

PENGALAMAN yang panjang telah menghantarkan Nana Osay menempati posisi startegis pada TIK terbesar di tanah air yaitu Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo) pada tahun lalu. Sebagai Ketua DPD Apkomindo DKI Jakarta, seluruh anggota Apkomindo manaruh harapan agar Nana bisa membawa kemajuan pada industry maupun TIK secara luas di dalam negeri. Terlebih pemilihannya bertepatan dengan adanya perubahan struktur organisasi dimana sebelumnya wilayah DKI Jakarta diatur oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP), kini dilimpahkan ke Dewan Pimpinan Daerah (DPD).

Bagi Nana Osay, ini tentunya menjadi hal baru buat DPD DKI Jakarta yang baru saja didirikan. “Struktur organisasinya tidak lagi mengacu seperti pemerintahan secara mutlak. Konsepnya, dimana pengusaha kumpul, mempunyai masalah dan suatu tujuan yang sama, maka bisa didirikan kepengurusan di sana. Jadi, DPP menaungi secara nasional, sementara DPD menaungi tingkat provinsi maupun kotamadya,” ujar bapak dari dua anak ini.

Alasan terjadinya perubahan struktur ini karena didorong oleh meningkatnya pertumbuhan bisnis, semakin berkembangnya asosiasi serta tingkat kompleksitas yang semakin besar. “Sekarang ini seolah-olah kita mulai dari nol lagi dalam kepengurusan, meskipun Apkomindo ini sebenarnya sudah berdiri lebih dari 20 tahun,” ungkapnya.

Nana Osay sendiri mengawali karir bisnisnya tanpa mimpi, mengingat pria ramah ini sempat menjadi pekerja biasa selama 5 tahun di perusahaan TIK. Ia mengaku jiwa bisnis yang dimilikinya ini sudah mendarah daging karena orangtuanya merupakan seorang pedagang. Di saat ada kesempatan melakukan bisnis sendiri, diapun memulainya dengan mendirikan perusahaan TIK.

“Saya melihat bahwa bisnis yang mudah itu adalah yang belum berkembang. Pada waktu itu bisnis TIK masih kecil, sehingga ada opportunity masuk kesana dengan modal yang kecil.”

Ingin tahu lebih banyak mengenai pebisnis tangguh ini? Berikut petikan wawancara BISKOM dengan Nana Osay yang memiliki prinsip memimpin dengan memperhatikan kesejahteraan bawahannya untuk menimbulkan sense of belonging pada setiap karyawannya.

Anda baru saja terpilih sebagai Ketua DPD Apkomindo DKI Jakarta pada tahun lalu. Apa saja tugas-tugas Anda ke depan?
Apkomindo itu berdiri dengan tiga pilar di dalam AD/ART, yaitu kebersamaan, dimana pilar pertama ini sangat penting karena waktu didirikan Apkomindo memang untuk hal tersebut. Kedua, bagaimana mengembangkan bisnis ini supaya perkembangan menjadi besar, provitable dan sehat. Ketiga, meskipun kami berada dalam asosiasi, tetapi perlu juga menjalin hubungan dengan pihak ketiga dan stakeholder lainnya. Apalagi keterkaitan dengan pemerintah dan peraturan-peraturan pemerintah. Disinilah kami membantu menjembatani ini. Peran saya sebagai Ketua DPD, harus mampu menjalankan ini semua dengan baik.

Apa yang akan menjadi perhatian utama di awal kepemimpinan Anda?
Saat inikan penambahan jumlah anggota kami semakin tumbuh, apalagi banyak yang muda-muda mulai masuk. Tentunya saya harus mampu menjembatani generasi senior dengan yang muda-muda ini. Apalagi sebagai pengusaha, tentunya tidak selamanya menyediakan waktu untuk asosiasi, dimana yang muda mungkin masih sibuk mencari jati diri buat perusahaannya, sedangkan yang lebih senior banyak diversifikasi kemana-mana.

Jadi tugas saya menjembatani ini dan organisasi yang saya pimpin harus lebih memberdayakan anak muda untuk berkiprah. Lebih-lebih teknologi TIK sendiri  perkembangannya sudah begitu pesat dan dinamikanya sudah begitu besar, sehingga sesuai dengan mereka yang berjiwa muda.

 Apa yang menjadi  target  awal Anda untuk semakin meningkatkan kualitas Apkomindo sebagai asosiasi pengusaha komputer  yang berskala nasional?
Pertama, seperti yang saya sebutkan sebelumnya, yakni adanya regenerasi. Kedua, menjalankan program-program yang telah ada tentunya. Kalau development bisinis di Apkomindo adalah pameran yang utama, begitupula kegiatan-kegiatan yang lainnya dalam rangka marketing maupun pengembangan bisnis. Karena cukup prihatin, sebenarnya walaupun berkembang, namun penetrasi TIK di Indonesia masih rendah. Dalam hal jumlah bisnis TIK saja baru bisa mengalahkan Malaysia. Padahal kan dengan jumlah penduduk 250 juta dibandingkan 27 juta penduduk, seharusnya Indonesia bisa 10 kali lebih besar dibandingkan Malaysia. Dengan China saja kita baru 5 persennya.

Apakah hal ini disebabkan masih terpusat bisnis TIK di Jakarta?
Saya rasa sekarang sudah tidak. Sejak pemerintah melakukan desentralisasi, bisnis itu shift memang dari pusat ke daerah. Hanya masalahnya karena dulu Jakarta merupakan pusat bisnis, tentunya distributor-distributor besar adanya di Jakarta. Tetapi sekarang marketnya sudah banyak ke daerah, mungkin di Jakarta sekitar 30%-40%. Kalau dulukan jamannya pertama saya berbisnis, istilahnya bisnis itu 80% di Indonesia katanya 80% di Glodok. Tetapi sekarang telah berubah, di mal-mal kini juga sudah mulai banyak menjual produk TI.

Apa perbedaan yang mencolok di dunia bisnis komputer Indonesia pada tahun-tahun lalu dibanding saat ini?
Dalam hal teknologi, salah satunya achievement dari mini note menjadi ke tablet dan juga ada smartphone. Personal Computer (PC) tentunya sudah makin mengecil dan tablet yang makin naik karena harganya juga mulai banyak yang terjangkau. Selain itu, Cloud Computing telah didukung oleh kemampuan server yang semakin besar, murah dan infrastruktur broadband semakin cepat. Itu yang membuat teknologi berubah. Harga hardware juga semakin murah dan terjangkau.

Jadi pertumbuhan secara equipment luar biasa, tetapi secara keuangan mungkin masih konservatif di 20%. Karena kuantitinya makin banyak tetapi harga makin murah, otomatis secara harga ada pertumbuhan tetapi sebenarnya pertumbuhan dari jumlah pemakai atau equipment yang terjual itu yang luar biasa.

Potensi seperti apakah yang berpeluang terus berkembang di tahun ini dan mendatang?
Sudah pasti di hardware, data center dan infrastruktur broadband. Saat ini saja proyek fiber optic sedang dilakukan secara besar-besaran. Agar akses internet bisa dilakukan di berbagai tempat, infrastruktur WiFi juga sudah banyak dilakukan di Jakarta maupun luar kota. Sedangkan dari sisi jasa, otomatis seperti konten, games dan bisnis online akan berkembang secara pesat. Tentunya berbarengan dengan perbankan juga, yang mulai menggunakan sistem online dan kartu untuk berbagai transaksi.

Industri TIK terus berkembang, namun kenapa Indonesia masih ketinggalan dalam produksi hardware?
Karena infrastrukturnya tidak ada. Sebetulnya tahun 1974 kita itu ada pabrik chipset di Bandung yang namanya Fairchild. Namun karena suatu hal berkaitan dengan kebijakan pemerintah akhirnya perusahaan tersebut hengkang ke Malaysia.  Padahal bila ini masih berjalan tentunya bisa mendukung pengembangan industri TIK di tanah air, seperti PT INTI yang saat itu bisa memproduksi telepon. Namun karena infrastrukturnya hengkang akhirnya tidak bisa berkembang.

Kedua, mungkin pengusaha seperti kami jiwa industrinya kurang, maunya short saja, akhirnya hanya jadi pedagang. Mungkin ini tantangan buat generasi muda kedepannya.

Tapi balik lagi, saya rasa memang untuk jadi manufacturing TIK, baik itu seperti Hewlett Packard ataupun Dell, sekarang ini mereka memang sedang struggling. Karena semua komponennya ini sudah dibuat oleh Intel, harddisk oleh Seagate atau WesternDigital dan motherboardnya dari Taiwan seperti Asus. Jadi added value di hardware memang rendah sekali.

Bagaimana pula pertumbuhan internet di masa mendatang dilihat dari karakter masyarakat dan wilayah grafis Indonesia?
Akan luar biasa, karena fiber optic sedang digelar untuk menggantikan tembaga. Kabel bawah laut juga ada beberapa intekoneksi. Jadi kalau itu sudah terjadi, akan luar biasa. Biaya koneksi jadi murah dan WiFi dimana-mana, tinggal mengembangkan industri kontennya saja. Saya lebih cenderung ke anak-anak muda untuk lebih mengarah ke kontennya. Karena mereka itukan kreatifitasnya sangat tinggi, smart, dan punya pengetahuan karena teknologinya sudah masuk ke eranya mereka. Tinggal industri kreatif ini sejauhmana bisa diperjuangkan.

Apakah industri kreatif ini masih terkendala masalah modal?
Saya terkadang suka menantang anak muda. Sebagai pebisnis itukan melihatnya begini, kalau Anda punya gagasan yang bagus, bisa ditransformasikan ke uang, pastinya modal berapapun ada dan akan diberikan. Karena pengusaha juga selalu ingin mengembangkan bisnisnya, sebab itu suka mencari-cari partner yang punya ide dan gagasan bisnis untuk bisa kita kasih modal. Jadi saya pikir modal itu bukan satu-satunya hambatan.

Apa yang dilakukan Apkomindo untuk memperluas bisnis para anggotanya?
Salah satunya pameran, kedua banyak bermitra dengan Kamar Dagang Indonesia (Kadin), government, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) maupun Menteri Perdagangan agar pemerintah bisa pro bisnis dan bisa mengerti keinginan dari pengusaha.

Selain itu juga melakukan upaya-upaya agar peraturan-peraturan jangan semakin banyak tetapi kurang bermanfaat. Melainkan lebih sederhana dan makin kondusif sehingga iklim usaha di tanah air lebih bagus. Selanjutnya, mengenai pajak lebih sederhana tetapi tetap bisa menunjang pemerintah untuk melakukan pembangunan dan hal lainnya. Terakhir, masalah perburuhan seperti kemarin ini mengenai upah minimum provinsi (UMP) menjadi kendala untuk pengusaha kecil. Semua hal inikan perlu didiskusikan dan harus ada wadahnya.

Bagaimana dengan regulasi, apakah cukup mendukung anggota Apkomindo?
Peraturan pemerintah di bidang perdagangan dan import makin kompleks Banyak sekali perubahan, importasi dengan banyaknya peraturan dan izin frekuensi di Kemkominfo juga semakin banyak peraturannya. Semua ini yang membuat penguasaha sulit.

Walaupun pemerintah punya ide bagus, sebenarnya menjadikan importer itu seolah-olah diregulasi, justru malah membuat pemain besar saja yang bisa import. Sisi bagusnya katanya karena mudah dikontrol, tetapi jeleknya kan pengusaha muda akan terhambat untuk mengimport sendiri.

 Asosiasi inikan masuk dalam Kadin, seharusnya bisa mempermudah Apkomindo dalam memberikan masukan-masukan mengenai regulasi ke pemerintah. Benarkah demikian?
Kadin tentunya selalu mensuport kami kalau ada peraturan-peraturan yang tidak pro bisnis. Mereka selalu memfasilitasi kami untuk bisa berbicara dengan pemerintah, karena Kadin sendirikan organisasinya cukup kuat dan pemimpin-pemimpinnya kebanyakan dari kalangan pemerintah juga sehingga bisa mempertemukan kami.

Tapi tetap ya, tiap peraturan pemerintah terkadang hanya masalah sosialisasinya. Kita terkadang tidak mengerti maksudnya, seharusnya keterbukaan inilah yang perlu terjadi. Contohnya, kasus IM2 yang dituntut kejaksaan dianggap melanggar peraturan terkait frekuensi. Padahal Kemkominfo sudah memberikan informasi kepada kejaksaan bahwa itu tidak melanggar hukum tetapi kejaksaan tetap saja menjalankan kasus tersebut. Inikan jadi membingungkan, sebenarnya ada apa sih? Kalau ada keterbukaan yang jelas kan kita semua paham. Saya pikir masih ada hal-hal yang harus diperbaiki kedepannya.

Anda dikenal fokus terhadap bidang sertifikasi. Jenis sertifikasi apakah yang perlu dimiliki anggota Apkomindo?
Terkadang kita bermimpi bahwa pengusaha itu jangan hanya dagang tetapi harus meningkatkan diri agar bisa melayani customer dengan baik dan juga bisa bekerja lebih profesional. Dalam arti bukan hanya di manajemen atau di sales saja, tetapi di teknisnya juga harus lebih profesional. Mungkin, itulah sertifikasi kompetensi yang harus digalakkan agar perusahaan punya added value, bukan hanya dagang saja. Memang tidak mudah karena TIK itukan berkembang terus. Besok belajar, dapat sertifikasi, kemudian keluar lagi yang baru. Tetapi justru inilah tantangannya agar kita bisa meyakini customer bahwa kita mempunyai support level yang baik, terlatih, punya sertifikasi dari vendor, dan kemudian saat kita melayani juga ada standar level agreement-nya dengan customer.

Sudah berjalankah sertifikasi ini?
Pendapat pribadi saya belum baik karena masih bergerak sendiri-sendiri. Padahal, seperti saya bilang tadi kalau di dunia TIK, ketergantungan antara perusahaan yang satu dengan lainnya tinggi. Tidak mungkin satu perusahaan menguasai semua produk TIK disertifikasi karyawannya karena belum tentu sesuai dengan skala bisnis atau produk tersebut, jadi tidak efektif. Kalau asosiasi yang mengadakan tentunya lebih baik karena kami akan melakukan kerjasama dengan vendor maupun lembaga pendidikan.

Secara pribadi, apa yang sudah Anda lakukan dalam mendukung pembangun perekonomian Indonesia?
Saat ada kesempatan menjadi pebisnis, tentunya saya telah menciptakan lapangan kerja untuk diri saya sendiri, lalu mulai menciptakan  lapangan kerja untuk teman lainnya. Setelah itu, kami memberikan konstribusi negara lewat perpajakan. Jadi kontribusinya adalah dengan kami bekerja, menciptakan lapangan kerja, membayar pajak akhirnya perekonomian bisa tumbuh sekian persen dan gross domestic product (GDP) juga naik. Artinya kami selaku pebisnis secara tidak langsung berkontribusi besar terhadap pembangunan.  ANDRI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.