Pernahkah Anda membayangkan pada suatu saat nanti layar pada piranti-piranti komunikasi akan bisa ditekuk, dilipat atau bahkan digulung? Perlakukan terhadap layar yang seperti ini memang bukan kabar baru. Pasalnya, sejak bertahun-tahun lalu, beberapa perusahaan telah memperkenalkan prototipe layar semacam ini. Bedanya kini, produk-produk dengan layar fleksibel mulai beredar di pasaran.
KEMUNCULAN layar fleksibel bukan tak mungkin bisa menyebabkan teknologi layar sentuh yang begitu populer belakangan ini, akan dianggap kuno. Teknologi layar lentur atau fleksibel adalah teknologi yang memungkinkan layar digital bisa ditekuk sampak tekukan maksimum tanpa mengalami patah, bahkan memungkinkan untuk digulung layaknya kertas, sehingga menghemat tempat penyimpanan.
Readius Mobile merupakan prototipe perangkat mobile pertama dengan layar gulung yang muncul di akhir 1990-an. Layarnya berukuran 5 inci, namun ukuran bodi perangkatnya lebih kecil dari layar. Hanya saja, layar gulung tersebut masih monokrom sehingga baru dapat menampilkan teks dan gambar.
Berjalan waktu, saat ini sejumlah perusahaan seakan berlomba memproduksi perangkat dengan layar fleksibel. Dua raksasa elektronik Korea, Samsung dan LG, adalah produsen pionir layar fleksibel, meskipun layarnya hanya bisa dilengkungkan, bukan digulung.
Melalui EA9800, sebuah TV Organic Light Emitting Diode (OLED), LG memperkenalkan teknologi layar lengkung (curved) pertamanya. Bentuk layar yang revolusioner tersebut sekaligus menjadikannya sebagai TV OLED dengan layar lengkung pertama di dunia.
Bukan hanya TV, layar fleksibel juga telah diadopsi oleh Samsung Galay Round dan LG G Flex. Samsung dan LG menjadikan ponsel layar lengkung buatannya sebagai jembatan ke produk impian mereka, yakni perangkat mobile yang dapat dikenakan (wearable device).
Dibanding pesaing-pesaing mereka seperti Dell, Microsoft, Apple, dan Google yang disebut-sebut paling getol mengkampanyekan layar fleksibel, harus diakui bahwa Samsung dan LG memang lebih berhasil membawa revolusi baru.
Mengutip Bloomberg, kabarnya Apple akan segera merilis iPhone berlayar 4,7 inci dan 5,5 inci yang bagian tepinya melengkung ke bawah. Konsep perangkat masa depan rekaan Apple tersebut menggunakan teknologi display yang ditanam secara melengkung ke tubuh smartphone sehingga “membungkus” sebagian besar permukaan, termasuk bagian pinggir.
Selain itu, Apple kabarnya juga tengah memulai pengembangan alat untuk menonton cerdas, semacam iPod untuk ‘mata’. Apple bahkan telah mematenkan teknologi layar kaca yang bisa dibengkokkan.
Keunggulan Layar Lengkung
Pertanyaannya, bagaimana layar fleksibel dibuat? Pemasok-pemasok layar milik Samsung dan LG memanfaatkan struktur sederhana OLED untuk menambahkan sedikit kelenturan di lapisan dasar layar smartphone. Dengan OLED, layar bisa menjadi lebih tipis lantaran tidak membutuhkan backlight seperti layar kristal alias LCD. Agar tidak pecah saat dilengkungkan, kaca di panel belakang layar diganti dengan plastik yang lebih ringan dan bisa dibengkokkan.
Namun, plastik lebih rentan terhadap gesekan dan sulit mencegah embun masuk ke dalam layar. Itu merupakan hambatan teknis yang masih coba dipecahkan perusahaan.
“Layar lengkung adalah langkah awal menuju penciptaan layar lentur,” ujar Lee Bang-soo, Wakil Presiden Senior LG Display, produsen layar untuk Apple. “Teknologi ini akan membuka jalan bagi pengembangan produk baru yang dapat ditekuk, dilipat, dan digulung,” tambahnya.
Ketika pertama diperkenalkan, banyak yang mengira layar melengkung milik smartphone Samsung Galaxy Round dan LG G Flex sebagai gimmick belaka alias tak benar-benar berguna. Namun, Presiden DisplayMate, Raymond Soneira, justru berpikir sebaliknya.
Sebagaimana dilkutip oleh ExtremeTech, Soneira berpendapat bahwa layar lengkung ternyata adalah “inovasi layar yang besar dan penting”, terutama untuk perangkat mobile. Di samping terasa lebih nyaman dalam genggaman tangan pengguna, lanjut Soneira, ponsel dengan layar melengkung memiliki kualitas tampilan yang lebih tinggi dibandingkan smartphone konvensional dengan display yang “rata”.
“Lengkungan layar Galaxy Round hanya sedikit saja, sekitar 0,1 inci dari sudut datar, mirip dengan lengkungan kaca pembesar. Namun, lengkungan kecil itu menghasilkan serangkaian efek optis yang secara dramatis mengurangi pantulan dari cahaya lingkungan sekitar,” tulis Soneira.
Ponsel dengan layar rata memang banyak memantulkan bayangan (refleksi) obyek di sekitar pengguna. Hal ini dapat dilihat dengan jelas ketika layar smartphone sedang tak dinyalakan. Ketika display aktif, pantulan tersebut tidak hilang, tetapi hanya berkurang karena cahaya dari smartphone.
Produsen smartphone selama ini berusaha mengurangi pantulan itu dengan berbagai cara, seperti meningkatkan tingkat kecerahan layar (brightness). Namun pada dasarnya, masalah pantulan akan tetap ada pada layar yang berbentuk rata. Dalam beberapa kasus, misalnya saat berada di bawah cahaya matahari langsung, pantulan tersebut bahkan bisa membuat layar smartphone sangat sulit dilihat.
Soneira menyebut, pantulan yang berkurang pada layar melengkung mampu menghasilkan tampilan yang lebih berkualitas, termasuk saturasi dan akurasi warna yang lebih baik. Lengkungan pada layar juga memperbesar refleksi obyek sehingga menurunkan tingkat pantulan lebih jauh. Karena pantulan berkurang, tingkat kecerahan layar pun bisa dikurangi. Hal tersebut pada gilirannya akan menghemat baterai smartphone.
Teknologi layar smartphone yang diproduksi sejauh ini masih belum benar-benar ditekuk sampai terlipat, tetapi mengandung substrat yang fleksibel yang memungkinkan untuk mencapai kelekukan maksimum namun tetap dapat mempertahankan ketipisannya.
Layar fleksibel yang dapat ditekuk akan datang segera, yang pada awalnya akan diterapkan pada layar besar atau smartphone berbentuk gelang dalam upaya untuk memaksimalkan ruang layar.
Lebih jauh ke depan, layar fleksibel akhirnya akan menjadi benar-benar fleksibel, bahkan bisa digulung (rollable) dan melingkar 360o. Layar seperti itu bukan saja bisa menghemat ruang, namun juga memungkinkan orang untuk dapat melihat dari berbagai sisi, tidak hanya dari sisi depan saja.
Permintaan Pasar
Organisasi riset IHS memprediksi akan ada hampir 800 juta unit pengiriman pada tahun 2020 dari hanya 3,2 juta yang telah dikirim para pabrikan tahun 2013, dengan pasar pendapatan meningkat menjadi US$ 41,3 miliar dari US$ 100.000.
“Permintaan untuk tampilan layar fleksibel diharapkan akan mengalami pertumbuhan besar-besaran selama tujuh tahun berikutnya, dengan berbagai macam aplikasi akan mendorong hampir 250 kali peningkatan pengiriman dari 2013 hingga 2020,” kata Direktur Mobile Emerging Displays and Technology Vinita, Jakhanwal.
Jakhanwal mengatakan, gerakan yang pertama dalam kategori ini cenderung lambat sampai tercapainya kematangan teknologi pelindung layar yang sesuai seperti teknologi temuan Gorilla Corning yang akan membantu melindungi layar pada tablet dan smartphone.
Hambatan utamanya nampak sepele, yakni mesin pemroduksi layar pada pabrik ponsel dan lainnya tidak didesain untuk menerima material berbentuk gulungan melainkan berbentuk lembaran. Sehingga dibutuhkan penyesuaian yang diperlukan.
Selain itu, pertimbangan apakah pasar akan menerima atau tidak kedatangan teknologi baru layar fleksibel ini juga bisa menjadi penghambat. Para pengamat mengungkapkan fakta bahwa layar fleksibel lebih menambah keindahan bentuk daripada pertambahkan fungsi. Terkecuali mungkin Google dan Apple, mengingat mereka mengklaim akan membentuk pasar baru untuk layar fleksibel ini. Dan khusus pengiriman lini produk smartphone dengan layar fleksibel diproyeksikan akan naik ke 351 juta unit pada 2020, atau naik dari 2 juta unit pada tahun 2013.
Para peneliti gabungan dari tiga lembaga, yaitu Intel, Plastic Logic, dan Queens University, juga tengah mengembangkan layar fleksibel yang tipisnya seperti kertas untuk diaplikasikan pada tablet dan perangkat wearable lainnya. Mengutip Vertegaal, perangkat ini secara komersil baru akan tersedia paling lambat pada 2018 mendatang. Jika hal ini terwujud, maka secara otomatis permintaan pasar akan layar fleksibel semakin meningkat. •