Apa permainan di komputer yang paling digemari anak-anak saat ini? Mungkin Angry Birds, FIFA Soccer, atau Resident Evil. Pernahkah anak Anda mendengar permainan bernama Raid The Rats? Ini adalah game asli buatan anak Indonesia.

fahmaSECARA konsep, permainan Raid The Rats memang tidak jauh berbeda dengan game pada umumnya. Terdiri dari tiga tingkatan permainan: Level 1 dan 2, pemain cukup mengarahkan karakter burung Garuda yang membawa bambu dan mengeluarkan peluru ke arah tikus-tikus yang menyeberang dari sisi kanan ke kiri layar.

Garuda akan menang jika mampu menembak tikus yang menyeberang. Sebaliknya, Garuda akan kalah jika tikus berhasil lolos dari tembakan maut. Pada level 3, tikus-tikus berbalik menyerang burung garuda dengan karung-karung berisi pundi uang.

Sekilas tidak ada yang istimewa dari permainan yang diciptakan Fahma Waluya Rosmansyah ini. Namun, yang membuat menarik, game ini diciptakan oleh seorang anak bangsa berusia 13 tahun dan masih duduk di kelas 9 SMPN 2 Bandung. Hebatnya lagi, game ini tak sekadar mengurai permainan hanya demi melampiaskan adrenalin seorang gamer. Namun secara filosofi, permainan ini berusaha mengajak pemainnya untuk mengatakan tidak pada korupsi.

Kerennya lagi, Raid The Rats sempat dipresentasikan di depan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abraham Samad. Kabarnya, game ini digunakan sebagai sarana edukasi terkait korupsi. Raid The Rats juga dianggap sebagai kampanye antikorupsi gaya baru.

Ingin tahu lebih banyak tentang Raid The Rats? Simak wawancara dengan anak muda Indonesia yang mampu membuat sebuah aplikasi dalam 10 menit ini.

Apa yang memotivasi Anda untuk membuat Raid The Rats?
Saya melihat begitu banyak kasus-kasus korupsi yang dilansir di media. Dan melihat dampak yang dihasilkan dari perbuatan itu begitu merugikan orang banyak. Karena saya ingin berkontribusi, namun dalam hal ini saya tidak bisa berbuat banyak, jadi saya melakukannya lewat hobi yang saya sukai, yaitu membuat game. Sambil membuat game, saya juga ingin belajar menerapkan ilmu baru yang saya pelajari.

Bisakah diceritakan mengenai game Raid The Rats ini?
Dalam game ini, karakter utamanya adalah seekor burung bernama Garuda. Persis seperti simbol negara kita. Ia membawa senjata berbentuk bambu yang bisa menembak seperti meriam. Senjata tersebut harus diarahkan ke tikus-tikus yang berlarian dari kanan menuju kiri layar. Tugas utamanya adalah menembaki para tikus koruptor sebelum mereka mencapai bagian kiri layar.

Raid The Rats hanya memliki tiga level permainan. Level 1 dan 2 kita hanya menggerakan arah senjata ke tikus-tikus yang berkeliaran. Namun tantangannya, makin lama pergerakan tikus makin cepat dan lincah. Pada level ketiga, kecepatan berlari tikus kembali normal. Tapi mereka juga membawa karung uang yang dilemparkan ke Garuda sebagai senjata. Karakter utama ini harus menghindari hujan karung uang sambil menghalangi tikus-tikus dengan senjata bambunya.

Mengapa memilih bambu sebagai jenis senjata?
Bambu yang dibawa oleh Garuda diibaratkan layaknya meriam yang menjadi senjata khas di masa perjuangan kemerdekaan. Sementara tikus menjadi ikon dari koruptor yang menggerogoti sendi-sendi kehidupan negara.
Karakter tikus sangat sesuai dengan tindak tanduk koruptor yang dianggap mampu mewakilinya. Karena itu, koruptor harus dibasmi dan tidak boleh disisakan.

Aplikasi apa yang digunakan untuk membuat game ini?
Raid The Rats adalah permainan yang dibuat dengan XCode, yang biasa dipakai untuk pengembangan di Mac OS maupun iOS. Saya pakai aplikasi XCode Cocos 2D, yang saya pelajari di SKACI, Sekolah Komputer Aku Cinta Indonesia.

fahma2Lalu apa yang Anda harapkan dari game Raid The Rats?
Saya berharap sejak dini generasi muda telah mulai memahami apa itu korupsi. Saya bercita-cita, game ini akan membuat orang berpikir bahwa korupsi adalah sesuatu yang harus dilawan. Termasuk melawan korupsi di kalangan pelajar, seperti membolos dan mencontek.

Kabarnya, game ini sudah diperlihatkan kepada Ketua KPK?
Betul, saya sempat mengonsultasikan lebih dulu permainan ini kepada Ketua KPK, Bapak Abraham Samad, sebelum akhirnya dirilis pada 19 Juli 2013.

Setelah diluncurkan, berapa banyak orang yang telah memainkan game ini?
Hingga kini, telah ada sekurangnya tiga ribuan lebih gamer yang mengunduh Raid The Rats dari berbagai negara, seperti Malaysia, Inggris, dan Amerika Serikat.

Sebenarnya bagaimana awal ceritanya Anda tertarik pada dunia teknologi informasi (TI)?
Saya mengenal komputer sejak usia tiga tahun. Awalnya saya tertarik membuat aplikasi saat berkunjung ke kantor ayah saya. Ayah adalah dosen ITB. Dari situ saya tertarik untuk belajar multimedia dan selalu bertanya soal software apa yang bisa membuat aplikasi multimedia seperti itu.

Sementara awal ketertarikan saya akan dunia animasi dan game dipicu dari impian menjadi seorang animator dan programmer setiap menonton animasi atau main game.  Jadi, setiap saya nonton animasi atau lihat game, saya bermimpi kalau saya yang buat. Saya bilang sama ibu, seru kelihatannya kalau saya bisa buat animasi atau aplikasi sendiri. Dari situlah, kemudian saya mulai belajar mendesain dan membuat aplikasi edukasi.

Dari kelas 4 SD saya mulai belajar membuat aplikasi. Awalnya coba-coba sendiri di komputer. Terus diberi buku panduan oleh ayah. Dari membaca buku lalu coba-coba lagi. Akhirnya tahu shortkey dan bisa membuat aplikasi, animasi, dan presentasi.

Apa saja prestasi atau penghargaan yang sudah diraih?
Pada 2010, saya sempat dinobatkan sebagai programmer termuda, karena berhasil membuat sebuah karya aplikasi yang diberi nama Bahana, sebuah program aplikasi untuk belajar angka, huruf, dan warna.

Kemudian beberapa penghargaan menyusul saya dapatkan. Seperti juara pertama International APICTA Awards pada 2010 di Kuala Lumpur Malaysia, Juara pertama INAICTA 2010 kategori SD, dan Juara 1 IWIC 2010 kategori Challenging. Bahkan, sejumlah buku pun telah dihasilkannya, seperti Kecil-Kecil Jago Bikin Animasi yang diterbitkan AnakKita pada 2011 dan Kecil-Kecil Jago Bikin Game di tahun yang sama.

Yang menyenangkan, saya bersama adik saya, Hania Pracika Rosmansyah, yang berumur 10 tahun, juga pernah dinobatkan sebagai pengembang aplikasi game dan ” mobile software” termuda di dunia. Sebelumnya juga sempat mengantongi juara di Nokia Apps Developer 2010.

Bisa diceritakan mengenai Bahana yang pernah Anda buat?
Bahana adalah aplikasi yang dibuat dengan program Adobe Flash yang  memungkinkan teman sebaya saya atau yang  lebih muda untuk belajar huruf, angka dan juga warna. Aplikasi ini bisa dilakukan untuk Nokia E71. Itu yang membuat saya menjadi juara dalam pembuatan aplikasi untuk Nokia.

Saya dan adik saya juga sudah menghasilkan lebih dari 20 aplikasi untuk ponsel pintar berbasis Symbian seperti Bahana (Belajar Huruf Warna Angka), Duit (Doa Usaha Ikhlas Tawakal), Enrich (English for Children), Mantap (Matematika untuk Anak Pintar), dan Doa Anak Muslim (Prayers for Children).

Enrich bisa menerjemahkan kata Indonesia ke Bahasa Inggris dengan bantuan gambar berwarna dan juga kata-kata yang jelas untuk melengkapinya. Sedangkan Mantap, aplikasi lainnya,  mengajarkan anak Indonesia belajar matematika. Aplikasi ini sudah tersedia di Ovi Store, tempat mengunduh aplikasi untuk Nokia.

Sebenarnya apa cita-cita Anda?
Saya ingin membuat lebih banyak aplikasi agar bisa membantu anak-anak Indonesia belajar lebih mudah dan menyenangkan. Tutor untuk membuat berbagai aplikasi game itu ingin saya tuangkan ke dalam bentuk buku atau modul yang sudah mencapai 15 modul. Untuk berbagi ilmu, saya juga membuka telah kursus komputer yang dinamai Sekolah Komputer Aku Cinta Indonesia. •IWA

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.