SEPAK TERJANGNYA DALAM PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI (TI) YANG PRO RAKYAT TELAH KEMBALI MEMBAWANYA MASUK DALAM CALON MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (MENKOMINFO). SEJUMLAH SITUS POLLING SEPERTI KABINET ALTERNATIF USULAN RAKYAT (KAUR) DAN KABINET RAKYAT YANG DISELENGGARAKAN OLEH RELAWAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TERPILIH, JOKOWI-JUSUF KALLA, MEMPOSISIKAN PAKAR INTERNET DAN TI INI DI URUTAN PERTAMA, DENGAN PEROLEHAN SUARA TERBANYAK DIBANDINGKAN CALON LAINNYA.
ONNO Widodo Purbo atau Onno W. Purbo yang dikenal sebagai sosok sederhana dan ceplas-ceplos ini telah mengembangkan banyak solusi murah dan sederhana agar rakyat kecil bisa menikmati kecanggihan TI. Ia menggagas program RT/RW Net dan penerapan Open Base Transceiver Station (OpenBTS) serta membuat karya Wajanbolik yang saat ini sudah banyak digunakan di desa-desa dan daerah pelosok. Selain tiga inovasi tersebut, Onno juga terlibat sebagai aktivis yang menyebarkan kampanye opensource berupa operating sistem terbuka yang free.
Keberpihakannya kepada rakyat inilah yang telah memunculkan kembali namanya untuk menduduki posisi Menkominfo. Bebagai dukungan banyak diterimanya agar pria kelahiran Bandung, 17 Agustus 1962 ini menerima jabatan tersebut bila nanti diminta oleh negara. Banyak pihak yang percaya dirinya akan membawa ‘angin segar’ bagi pertumbuhan TI di tanah air menjadi lebih baik lagi.
Menanggapi hal ini, lulusan ITB Jurusan Tehnik Elektro dengan predikat terbaik ini mengaku belum siap menerima mandat tersebut, namun akan mendukung apapun putusan presiden baru nantinya. “Hati kecil saya bertanya, apakah saya siap? Sebab saya bisa, hanya bila semesta mendukung. Saya tentu bukan apa-apa, tanpa bantuan rakyat. Semoga Allah SWT bersama kita semua, Amin,” ucap bapak dari enam anak ini.
Lebih lanjut, berikut ini petikan wawancara BISKOM dengan pendidik dan guru yang kerap dianugerahi beragam penghargaan secara nasional maupun internasional ini.
Sejauh mana kesiapan Anda menerima mandat atau tanggung jawab sebagai Menkominfo?
Jujur saya masih bertanya, apakah saya pantas dan siap. Terutama kalau harus menghadapi sejumlah birokrat yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat. Kalau rakyat, saya yakin banyak yang mendukung. Tetapi masalahnya kan bukan dukungan rakyat, namun mitra kerja saya yang mungkin saja berfikir saya hanya ingin memperkaya diri.
Jika Anda terpilih, apa yang akan membedakan Anda dengan Menkominfo sebelumnya dalam menentukan kebijakan-kebijakan nantinya?
Sebenarnya saya belum berfikir kesana. Tapi kalau dari cara saya bergerak selama ini, sebenarnya sederhana saja. Saya ingin mencerdaskan rakyat, dimana akhirnya rakyat bisa membangun infrastrukturnya sendiri yang menjadikan kita punya internet dan telekomunikasi murah. Semuanya berbasis pada Sumber Daya Manusia (SDM). Namun sekarang inikan banyak yang tidak suka dengan cara ini karena ada yang merasa dirugikan, termasuk pendapatan negara non-pajak yang bisa berkurang. Yang jadi pertanyaan sekarang ini adalah, apakah kabinet ini ikhlas jika rakyatnya maju tetapi pendapatan non-pajak turun?
Hal apa saja yang akan menjadi sorotan Anda untuk memajukan TI dalam negeri?
Ada 3 hal yang utama, yaitu internet (infrastruktur), konten (aplikasi) dan SDM yang menjadi kuncinya. Intinya saya masih bermimpi bangsa ini berdaulat di ketiganya, dan jangan sampai kita dijajah oleh asing dengan banyak melakukan impor.
Tantangan apa saja yang akan dihadapi dalam mendorong kemajuan TI tersebut dan bagaimana cara Anda menghadapi tantangan atau kendala yang ada?
Tantangan utamanya adalah adanya masalah setoran. Dengan open source seharusnya setoran atau pungutan persenan yang kerap terjadi ini tidak akan ada lagi. Kedua, budaya instan yang membiasakan selalu membeli. Saya ingin rakyat nantinya bisa membuat internet dan konten sendiri sehingga tidak perlu lagi impor. Masalahnya ini butuh waktu dan tidak instan. Ketiga, adalah SDM. Seringkali birokrat berfikir kalau ada komputer atau internet semua akan bisa dengan sendirinya. Ini merupakan suatu kebohongan! Seharusnya kita mendidik orang Indonesia sejak SD, SMP, SMA agar bisa memaksimalkan manfaat teknologi. Tapi apa yang terjadi sekarang ini? TI malah dibuang dari kurikulum yang ada.
Sebagai pakar internet dan seorang pendidik, bagaimana pandangan Anda terhadap pemanfaatan internet dilingkungan sekolah? Seperti apakah kurikulum yang tepat untuk memajukan TIK di tanah air?
Seperti saya sebutkan tadi, TI sekarang ini sudah tidak masuk dalam kurikulum sekolah dan saya jamin kita akan terpuruk bila hal ini dibiarkan. Kurikulum yang ada sekarang harus diubah habis-habisan dan kita harus membuat modul-modul yang mengintegrasikan TI di seluruh mata pelajaran dan sendi pendidikan.
Disamping itu, e-learning dan sharing kredit antar kampus harus mulai digalakkan agar bisa memaksimalkan sumber daya yang ada di internal republik.
Lalu, bagaimana dengan penyebaran internet di tanah air yang masih belum merata ke desa-desa. Apakah Anda mempunyai cara jitu mengatasi kesenjangan digital ini? Sebetulnya, apa yang menyebabkan kesenjangan ini bisa terjadi?
Sebetulnya kesenjangan ini bukan berarti desa tidak mampu beli internet dan bukan berarti desa tidak mampu membuat internet sendiri. Permasalahnya terletak pada regulasi atau aturan yang ada yang membatasi bahwa yang bisa membuat internet harus operator. Kendala ini sangat fatal, apalagi ada operator yang hanya mencari untung saja dan mengabaikan wilayah yang tidak menguntungkan bagi mereka. Akibatnya desa jadi tidak bisa melakukan akses ke internet.
Perlu diketahui sebagai masukan saja, sebetulnya ada beberapa desa di Indonesia yang selama 18 bulan ini sudah mempunyai akses internet 24 jam dengan jalan OpenBTS sendiri yang hanya membayar akses satelitnya saja sebesar US$ 300 perbulan. Ini membuktikan mereka mampu membangun internet sendiri dan bahkan bisa mengembalikan modalnya. Desa ini merupakan desa yang paling lama menjalankan OpenBTS di dunia. Tapi desa-desa ini terpaksa dirahasiakan karena mereka melakukannya dengan ilegal.
Masyarakat TI Indonesia sering dikatakan jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, seperti Singapura, Malaysia, dan Vietnam. Menurut bapak, cara apa yang paling efektif agar Indonesia dapat mengatasi ketertinggalan ini?
Mungkin bangsa ini tertinggal dari tetangga kita. Mungkin bangsa ini lebih miskin dari tetangga kita. Namun, saya percaya bangsa ini bukan bangsa yang bodoh. Saya pribadi sering diundang untuk memberikan workshop TI untuk Thailand, Kamboja, Vietnam, Myanmar, dan lain-lain. Saya melihat bahwa bangsa kita sebenarnya bisa, kalau saja kita bisa melakukan manuver agar 240.000 sekolah melek TI dan 46,5 juta siswa kita melek TI agar menjadi pandai.
Saya yakin Singapura, Malaysia, dan Vietnam tak ada artinya apa-apa. Kuncinya ada di sistem pendidikan di Indonesia, bagaimana supaya 5 juta siswa masuk SD per tahun dan menghasilkan 5 juta sarjana setiap tahun. Jangan seperti sekarang, hanya 600.000 orang yang jadi sarjana per tahun. Kita harus merombak sistem pendidikan yang ada agar hak asasi manusia untuk menjadi pandai terpenuhi.
Pada pemerintahan sebelumnya Anda juga pernah diusulkan untuk menjabat di Menkominfo, namun menolaknya. Kali ini, apa yang membuat Anda ‘goyah’ untuk masuk dalam kabinet pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla?
Hal ini karena banyaknya dorongan dari berbagai pihak yang menginginkan saya untuk menjadi Menkominfo, termasuk BISKOM. Tapi jadi menteri ataupun tidak, pastinya saya akan tetap mendukung Pak Jokowi dan akan terus berjuang untuk rakyat.
Lingkungan seperti apakah yang nanti akan Anda bangun di Kemkominfo?
Ini yang sulit. Saya punya mimpi bangsa ini bisa berdaulat dan merdeka di bidang TI serta mampu membuat semua infrastruktur dan aplikasi sendiri. Saya bermimpi kita mandiri dan tidak tergantung pada luar negeri dan mempunyai banyak ahli TI yang disegani. Bahkan syukur-syukur bisa mengekspornya ke negara berkembang lain, baik itu di Afrika, Asia Selatan, atau Amerika Selatan. Saya bermimpi TI bisa memberikan devisa pada republik bukan menjadi beban APBN dan belanja rakyat. Semoga. (Hoky, Andri & M. Taufik foto)
Arikel Terkait:
– TELAH TERBIT BISKOM EDISI AGUSTUS 2013
– ONNO W. PURBO: Lebih Baik Jadi Guru, Demi Cerdaskan Bangsa
– TELAH TERBIT BISKOM EDISI JUNI 2014
– JENDERAL TNI BUDIMAN: Modernisasi Alutsista Tingkatkan Pertahanan Negara
– Asosiasi dan Penggerak TIK Nasional Sepakati Roadmap dan Menteri TIK Kedepan
– Pegiat Internet Indonesia #AkhirnyaMilihJokowi
– Ratusan Pelaku Ekonomi Kreatif Padati Konser Salam Dua Jari
– TELAH TERBIT BISKOM EDISI JULI 2014
– FIRDAUS ALI: Ketahanan Air Lebih Krusial Dibanding Pangan dan Energi
– ROMI SATRIA WAHONO: Indonesia Butuh Penguasaan Teknologi
– Onno W. Purbo Masuk Dalam Calon Menteri Kabinet Jokowi
– Inilah 41 Calon Menteri Terpilih Versi Kabinet Rakyat
– Dicalonkan Jadi Menkominfo, Onno Raih Polling Tertinggi
Ada banyak pengertian untuk kata “Kemerdekaan”. Pengertian yang paling sederhana adalah “kebebasan”. Bagi Kang Onno W. Purbo, tokoh pendidik Indonesia, kemerdekaan TI berkaitan dengan kebebasan rakyat dalam mengakses internet sesuai dengan kebutuhannya. Namun nyatanya, hingga kini akses internet masih belum bisa didapatkan dengan mudah, terutama bagi rakyat di desa-desa terpencil.
Menurut Kang Onno, akses internet sebenarnya bisa diciptakan sendiri. Disini lah pentingnya pengetahuan. Karenanya, pria yang lahir tanggal 17 Agustus atau bertepatan dengan Hari Kemerdekaan RI ini memiliki keinginan agar rakyat Indonesia cerdas dan ahli sehingga bisa menciptakan banyak kreasi, termasuk akses internet.
Di lain pihak, Kang Onno tetap menaruh perhatian terhadap pertumbuhan bisnis yang bersumber pada internet, karena Kang Onno menyadari bahwa bebas bukan berarti tiada batas. Kang Onno tidak ingin mematikan bisnis di bidang TI, sebaliknya berharap Indonesia bisa menghasilkan teknologi yang bisa dipasarkan ke negara lain.
Menanggapi banyaknya situs-situs polling calon menteri yang muncul belakangan ini, maka kepada BISKOM, Kang Onno menyampaikan kesediaan dan harapannya jika ia terpilih menjadi Menkominfo, Bravo Kang Onno dan selamat ULTA yg ke 52 Tahun.
Dirgahayu RI ke 69, semoga Indonesia makin jaya, Amin.
Terima kasih.
Salam, Hoky.