INDONESIA sebagai tuan rumah penyelenggaraan Asia Pacific ICT Alliance (APICTA) 2014 Awards ke-14 yang berlangsung 30 November 2014 di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta, telah berhasil melibatkan 17 negara mengikuti kompetisi internasional bergengsi ini. Negara-negara tersebut adalah Australia, Brunei Darussalam, China Taipei, Hong Kong, India, Korea, Macau, Malaysia, Myanmar, Pakistan, Republik Rakyat China, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Thailand dan tentunya Indonesia sendiri.
Berbeda dari tahun sebelumnya, kali ini dari 17 kategori yang diperlombakan tidak satu pun karya-karya anak bangsa yang berhasil menjadi juara. Indonesia hanya boleh puas dengan meraih 8 merit award. “Hasil ini tidak jelek, tetapi memang mengecewakan tidak ada yang winner. Padahal antara winner dan merit perbedaan nilainya hanya tipis sekali, antara 2-3 persen bahkan ada yang hanya 0,0 sekian persen,” ujar Richard Kartawidjaya, Ketua Panitia APICTA 2014, Jakarta (30/11).
Kendala yang dihadapi peserta Indonesia setiap tahunnya, menurut Richard adalah masalah bahasa. “Kita punya kebiasaan hanya memikirkan inovasi dan ide teknologinya tetapi cara menyampaikan atau presentasi tidak kelihatan. Selain itu tidak membuat produk yang dibuat dikemas dengan baik,” lanjutnya.
Hal tersebut juga dikatakan Kepala Sekretariat MDeC di APICTA, Najat Ahmad Marzuki, “Sebagian besar peserta APICTA Awards 2014 kategori sekolah dan tertiary meki memiliki inovasi yang tinggi, namun sering kali tidak memiliki soft skill untuk mengkomunikasikan pesan yang diinginkan dengan jelas.”
Namun demikian bila diakumulasikan penghargaan yang diperoleh bisa dibilang Indonesia meraih posisi tiga, dengan urutan Hong Kong di posisi pertama dengan 3 winner dan 7 merit, lalu Malaysia dengan 2 winner 6 merit.
Indonesia sendiri mendapatkan merit award dari kategori Tertiary Student Project sebanyak 3 tim, yaitu Politeknik Elektronika Negeri Surabaya dengan karya 2-in-1 Diamond, Telkom University dengan karya MonTrash dan Del Institute of Technology dengan karya The Lake Rescuer, Pora.
Tidak jauh berbeda, untuk kategori School Project juga terdapat 3 tim peraih merit award, yaitu Muh. Isfahani Ghiyath dengan karya My Spensav, Sekolah Dasar Regol 10 dengan karya Saron Simulator dan SMA 1 Sidoarja dengan karya SEAT (School Electricity Assistant).
Sementara itu, dua sisanya diraih ID-SIRTII dengan karya Mata Garuda untuk kategori Security dan Fasilkom Universitas Indonesia dengan karya e-Cardio masuk kategori Research & Development.
Dengan penghargaan yang dicapai ini, diharapkan Richard kedepannya para peserta nantinya bisa lebih serius lagi dalam persiapannya. “Kalau dari aplikasinya sendiri bagus sekali dan akan lebih bagus lagi bila produk dalam negeri ini diberikan semacam prioritas karena saat ini kebanyakan aplikasi asing yang digunakan padahal produk anak bangsa ini tidak kalah bagusnya. Ini perlu peran dan dukungan pemerintah tentunya,” tandasnya.
APICTA Awards 2014 didukung oleh BISKOM selaku media partner. •ANDRI