KOMPUTASI TELAH MENGALAMI TRANSFORMASI SEIRING SEMAKIN TUMBUHNYA KEBUTUHAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KUALITAS HIDUPNYA. PERKEMBANGANNYA PUN TELAH MEMBUAT MANUSIA TIDAK LAGI TERPAKU PADA SATU PERANGKAT ATAUPUN PADA KONEKTIVITAS DASAR SAJA, TETAPI JUGA DIGUNAKAN PADA BEBERAPA PERANGKAT YANG SALING TERHUBUNG DAN BERINTERAKSI SATU DENGAN LAINNYA.
DI TAHUN ini, Intel sebagai perusahaan inovasi komputasi terkemuka di dunia memprediksi, maraknya adopsi Internet of things (IoT) akan menjembatani kehidupan manusia menuju “The Era of Integration”, dimana perangkat komputasi akan semakin pintar dalam mendukung produktivitas. Setiap orang akan merasakan komputasi berada di dalam benda-benda di sekitarnya, termasuk perangkat rumah yang akan saling terhubung melalui internet.
Menyongsong era of integration ini, Intel Indonesia menyatakan komitmennya untuk menumbuhkan IoT di tanah air dengan menjadi penggerak inovasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) lokal. Hal ini disampaikan Harry K. Nugraha yang belum lama ini ditunjuk sebagai Country Manager Intel Indonesia.
Sebagai orang nomor satu di Intel Indonesia, kini dirinya bersama Intel memastikan akan fokus menjalin kemitraan dengan integrator partner system, komunitas developer dan pemerintah untuk mendukung ekosistem TIK lokal agar berinovasi menuju era integrasi. Hal ini pun telah menjadi visi Intel di 2015 untuk berperan serta dalam menggalakkan inovasi lokal dibidang TIK.
Harry meyakini bahwa pihaknya akan berhasil mendorong hal tersebut, seperti pengalaman Intel saat mulai masuk ke ranah mobility di awal tahun 2014 masih berada di urutan kedelapan, yang akhirnya di kuartal ketiga bisa masuk ke peringkat dua untuk tablet berprosesor Intel.
“Apa yang kami lakukan untuk bisa ke posisi itu adalah dengan membangun awareness, interest, design dan action,” ujar Harry yang mulai bergabung di Intel sejak 2011.
Sementara untuk mendorong inovasi lokal, Intel sebenarnya sudah memulainya sejak beberapa tahun lalu dengan menggandeng komunitas developer yang saat ini sudah tergabung sekitar 8000 anggota aktif. Para developer ini secara rutin melakukan berbagai kegiatan, seperti developer meet up, webinar, hack event dan berbagai event lainnya yang diselenggarakan oleh asosiasi-asosiasi ataupun perkumpulan lain.
Dari berbagai event yang diselenggarakan Intel, talenta-talenta dalam negeri menunjukkan kemampuan luar biasa yang dapat bersaing secara global. Terlihat, dalam Intel Developer Zone yang merupakan forum global Intel telah menempatkan Aulia Faqih dari Yogyakarta dan Sidiq Permana dari Depok sebagai Top Inovator. Hasil penilaian menyebutkan Aulia sangat aktif di RealSense yang merupakan perceptual computing dan Sidiq sangat aktif dari sisi Advokasi Intel Adroid Indonesia.
Selain itu, Intel juga mempromosikan dan mengirim pemenang karya ilmiah yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ke ajang Intel Science and Engineering Fair di Amerika yang hasilnya cukup menggembirakan. Dua siswi dari SMAN 2 Sekayu, Sumatera Selatan mendapatkan award atas inovasinyanya membuat kulkas tanpa freon.
Tidak hanya dari sisi developer dan young innovator, tetapi dalam mendorong inovasi lokal juga melakukan kerjasama dengan partner lokal seperti SpeedUp dan Advan untuk meluncuran tablet lokal.
“Kami sangat konsen untuk mendorong ini semua karena banyak talenta dan ide yang luar biasa dari anak-anak bangsa yang bila dieksplor lagi bisa melakukan banyak hal untuk menggarap tren IoT dengan inovasi dari sisi lokal,” papar pemilik gelar sarjana Teknik Mesin dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan gelar pascasarjana MM/MBA dari Institut Pengembangan Manajemen Indonesia (IPMI) ini.
Harry menambahkan, di tahun ini akan menjadi The Year of Local Innovation bagi Intel Indonesia karena ada potensi besar dengan maraknya adopsi IoT di dunia. Maka diharapkannya, para developer serta inovator harus dapat memanfaatkan momentum ini. Tidak ketinggalan, untuk lebih banyak melahirkan inovator-inovator Intel juga sangat aktif di dunia pendidikan dan bahkan pendidikan menjadi salah satu investasi yang banyak dilakukan.
Lebih lanjut, berikut ini petikan wawancara BISKOM dengan Harry K Nugraha yang sebelumnya berkarier selama 18 tahun di berbagai perusahaan multinasional, seperti Astra Daihatsu, NEC, Ericsson, dan Qualcomm.
Apa yang dimaksud dengan era integrasi?
Integrasi disini adalah bagaimana membuat peralatan-peralatan menjadi terhubung satu sama lain sehingga menjadi terintegrasi. Bagaimana membuat peralatan-peralatan ini menjadi lebih pintar terhubung satu sama lain menjadi suatu solusi yang terintegrasi. Secara pendekatan mudahnya, Intel melihat bahwa semua benda jika dibuat lebih pintar dan terhubung maka itu sudah mulai masuk IoT.
Bagaimana IoT bisa menyebabkan era integrasi di Indonesia nantinya?
Tentunya dengan pengadopsian IoT, maka semua device yang ada nantinya akan saling terhubung sehingga akan masuk ke era integrasi. Bila tahun 2012 ada sekitar 500 ribu yang saling terkoneksi maka di tahun 2015 akan lebih meningkat jumlahnya dan tahun 2018 akan banyak sekali yang terhubung.
IoT di Indonesia sendiri tanpa disadari sebetulnya sudah memulainya, sebut saja beberapa waktu lalu pemerintah menerapkan tracking system subsidi dengan menerapkan Radio Frequency Integration (RFID). Meskipun belum terintegrasi secara penuh tetapi kita sudah memulai ke arah sana.
Kita baru saja memulainya, apakah ini berarti Indonesia masih jauh dalam penerapan IoT?
Tentunya tidak, buktinya beberapa pemerintah daerah sudah berbicara tentang smart city. Gubernur DKI, Basuki Tjahja Purnama, bahkan sudah mencanangkan Jakarta untuk terpantau CCTV seluruhnya. Selain itu, Electronic Road Pricing (ERP) juga akan masuk, dimana nantinya setiap mobil akan terdapat onboard unit yang bisa terdeteksi ke ERP system. Jadi, sebentar lagi pastinya akan banyak digital submit yang terpasang. Dengan demikian akan banyak opportunity yang bisa digarap disini dan Intel ingin berpartisipasi menjadi driver bagi penggerak inovasi lokal di Indonesia.
Apakah ini berarti Intel ada kerjasama dengan Pemda DKI Jakarta?
Intel bekerjasama dengan integrator system yang ada disini. Yang bisa kami bisa share adalah, salah satu mitra Intel menggunakan komponen yang berbasis Intel. Kami juga menyediakan dukungan dari solusi untuk engineer yang membuat itu. Kalau tidak salah, Intel terlibat untuk pengawasan di pintu-pintu air dengan kamera. Tidak hanya Jakarta, dengan Pemda yang lain juga ada pembicaraan tetapi yang paling banyak idenya adalah terkait dengan security atau early warning system dan e-government.
Hal apa saja yang perlu diperhatikan untuk mempercepat penerapan IoT?
IoT itu sebenarnya adalah problem solver. Harus ada problemnya dulu yang didefinisikan kemudian dibuat solusinya. Menurut opini kami yang membuat IoT lebih cepat berkembang adalah, pertama ketersedian dari produk, kedua dari sisi integrator system dan ketiga dari sisi user–nya tadi yang mendefinisikan masalahnya apa.
Ketiga hal tersebut harus ketemu, karena IoT adalah sesuatu yang luas tidak hanya smart city tetapi benda-benda lain untuk keperluan rumah tangga. Benda-benda lain yang tergantung dari sisi lifestyle, seperti tahun 2014 banyak sekali menggunakan gelang kesehatan yang smart dan terkoneksi. Jadi selama itu terhubung dan smart itu adalah IoT.
Seberapa besar market dari IoT nantinya?
Ini adalah new market. Kalau berbicara jumlah penduduk dunia melawan device saja bisa dibayangkan berdasarkan statistik setiap orangnya rata-rata memegang 5 devices, mulai dari ponsel, jam tangan, sepatu, kacamata dan lainnya. Akhirnya nanti akan banyak device yang terkoneksi. Jadi bisa dibayangkan berapa besar pasarnya kalau semua benda-bendaa ini smart dan terkoneksi.
Kenapa baru sekarang?
Karena teknologinya sudah memungkinkan. Sekarang ini sudah bisa dibuat prosesor-prosesor yang sangat kecil dengan low voltage dan sudah bisa dibuat sensor-sensor kamera yang sangat lebih kecil dengan harga yang murah.
Meski tahun lalu sebenarnya sudah ada, namun harganya cukup mahal tetapi sekarang ini harga sudah mulai masuk ke economic of skills. Jadi itu kenapa di 2015 ini kami melihat tumbuhnya akan luar biasa karena di seluruh dunia economic of skill–nya sudah masuk dan teknologinya sudah ada.
Apakah kesempatan semua negara sama dalam IoT ini?
Sama seimbang, itu makanya kenapa disebutkan bahwa kita punya opportunity yang sama karena pada dasarnya hampir semua Negara global itu belum ada yang sudah maju sekali. Misalnya, masih kamera saja atau sensor untuk air banjir saja. Baru mau masuk untuk kemudian menghubungkan satu sama lainnya. Tidak ada barang langsung jadi, tetapi harus didesign terlebih dahulu dan dibuat solusinya. Seperti berapa kamera baru yang digunakan dan berapa yang lama, serta berapa parameter yang ingin lihat.
Lalu, bagaimana Intel mendorong inovasi tersebut?
Kalau selama ini developer selalu berbicara software dan aplikasi, sebetulnya ada hal lain yang bisa dilakukan. Intel sudah mengumumkan ada beberapa kit yang bisa dilakukan untuk membuat prototipe menjadi suatu solusi. Namanya Intel Galileo yang merupakan sebuah board yang di dalamnya adalah expost dari prosesor Quark. Ukurannya sangat kecil, low power consumption, sudah lengkap dengan Ethernet dan USB.
Bagi anak SMA atau siapapun yang hobi membuat prototipe bisa membuat sistemnya untuk dikoneksikan ke sensor mereka ke dalam board ini dan diprogram untuk bisa menjadi sesuatu. Jadi dari sisi hardware sebenarnya bisa berinovasi, tidak hanya dari sisi software dan aplikasi. Bahkan tidak hanya terbatas dari peralatan yang baru tetapi bagaimana peralatan lama juga bisa dikoneksikan menjadi lebih pintar.
Intel sudah men-sounding ini ke universitas-universitas di Indonesia dengan harapan nantinya dari kalangan universitas bisa membuat beberapa inovasi. Dalam waktu dekat, kami juga akan mengajak mereka mempresentasikan kepada publik apa yang bisa dilakukan dengan board-board seperti ini.
Jadi tidak hanya terbatas peralataan baru tetapi peralatan lama juga bisa terkoneksi?
Betul. Misalnya, beberapa waktu lalu Intel bersama Taksi Blue Bird, Microsoft, NEC dan Acer mengumumkan kerjasama untuk menghadirkan Interactive Taxi Entertaiment. Pada Taksi Blue Bird tersedia tablet di kursi belakangnya. Pada tablet ini bukan hanya bisa untuk memutar video dan musik saja, tetapi juga akan memudahkan penumpang mengetahui argo yang sudah berjalan. Argo itukan perangkat lama, tetapi ternyata bisa kami koneksikan. Inilah kelebihan Intel, kami mempunyai solusinya dari sisi hardware dan juga mempunyai support di belakangnya dari komunitas, solution finder dan lainnya.
Kenapa Intel begitu yakin untuk merambah ke IoT, padahal di perangkat mobile sendiri belum begitu mendominasi pasar?
Pasar mobilitas itu tetap dan akan terus growth. Intel akan tetap interest kesana dan apa yang sudah kami lakukan di mobilitas tidak berarti akan ditinggalkan. Ada hal lain lagi yang kami lakukan, yaitu IoT sebagai fokus kedua yang kami tambahkan.
Jadi bisnis yang sudah ada akan tetap kami jalankan. Persetiap pertumbuhan tablet dan smartphone masih akan tumbuh di tahun 2015 dan akan tetap fokus investasi. Nah, sekarang ada satu lagi yang kami garap pasarnya yaitu terkait dengan integrasi berkaitan dengan IoT.
Bagaimana Intel memandang pertumbuhan bisnis TIK di Indonesia?
Kami melihat pemerintah sekarang ini juga melihat bahwa TIK menjadi backbone untuk meningkatkan efisiensi. Bahkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dalam peluncuran National Broadband Plan menyebutkan 5 sektor terkait, ada e-government, e-procurement, e-tax, e-education dan e-health. Kalau dari sisi kami optimis dari sisi penggunaan TI yang terkait dengan kebutuhan pemerintah akan meningkat di 2015. TI di pemerintahan akan menjadi backbone untuk efisiensi.
Produk apa saja yang akan diluncurkan Intel di tahun ini, terutama untuk prosesor mobile?
Dari sisi smartphone dan tablet akan banyak produk yang kami keluarkan tetapi tidak bisa menyebutkan apa yang akan kami luncurkan nanti. Tetapi uniknya Intel itukan karena kami berada di dalam device orang lain. Jadi yang bisa saya ceritakan adalah ada beberapa teknologi yang sudah kami announce.
Pada pameran Computex Taiwan tahun lalu kami juga memperkenalkan prosesor entry level untuk smartphone yang namanya Sofia. Prosesor ini mempunyai kemampuan diatas kelasnya, termasuk dari sisi kesiapan akses yang akan support SOC, integrated di dalamnya ada HSDP 42Mbps, bahkan sampai LTE untuk TDD/FDD. Jadi kalau dari sisi Intel berbicara affordability menyasar kebutuhan yang banyak sudah ada di sana. Produk lain yang kami expect di tahun 2015 adalah 3D camera sync. Dengan kamera 3D ini interaksi teknologinya akan lebih menarik lagi.
Apakah Intel berencana untuk investasi membangun pabrik di Indonesia?
Ada banyak hal yang dilihat saat melakukan investasi di suatu negara. Tidak hanya mengenai dari sisi produksi dan pasar tetapi juga banyak hal lainnya, misalnya dari kesiapan sarana infrastrukturnya hingga kesiapan dari SDM-nya. Hal-hal inilah yang menjadi view dari sisi Intel. Sementara ini, masih belum menjadi suatu investasi untuk membangun pabrik.
Investasi yang kami lakukan di Indonesia lebih banyak di sisi pendidikan TIK. Hal ini penting kami lakukan untuk mendukung program Presiden Joko Widodo untuk menumbuhkan tingkat ekonomi Indonesia mencapai 7%. Itu dapat terjadi apabila ada optimalisasi di bidang pendidikan.
Hal ini tercatat berdasarkan report McKinsey yang menyebutkan bila ingin tingkat pertumbuhan 7% pertahun maka tingkat produktivitas tenaga kerja harus 60% lebih produktif dari 10 tahun terakhir. Bagaimana ini bisa dilakukan, Intel melihatnya salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas adalah melalui TIK. Kami mencoba tingkatkan kualitas gurunya dan membantu kualitas pendidikan di sekolah. Inilah fokus Intel, yang selama tiga tahun terakhir ini sudah melakukan kerjasama dengan Diknas.
Apa target Anda bersama Intel kedepannya?
Target kami adalah bagaimana menumbuhkan bisnis Intel di Indonesia bisa growth. Tetapi secara pribadi, saya ingin sekali dengan adanya saya sebagai orang Indonesia yang dipercaya untuk menjalankan ini bisa memanfaatkan apa yang kita punya, baik itu resources maupun kemampuan lainnya yang ada di negeri ini bisa dipakai untuk menumbuhkan dari sisi potensi lokal.
Ini suatu keinginan dan kesempatan untuk menjadi motor penggerak inovasi lokal. Jadi kami terbuka bekerjasama dengan pihak-pihak yang bisa mewujudkan ini. Intel tidak bisa sendiri karena kami hanya brand ingredient. Hanya komponen yang ada di dalam produk yang produknya sendiri merupakan produk pihak lain. •Hoky, ANDRI/FIQI (foto)