pandi2PEMERINTAH RI melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akan terus mendorong pemanfaatan internet oleh pesantren. Demikian disampaikan Menteri Kominfo, Rudiantara, dalam peringatan Nuzulul Quran di Pondok Pesantren Al-Mizan Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat (11/7).

Dalam kesempatan ini, Rudiantara bersama Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), M. Hanif Dhakiri, meluncurkan Santri Skill Center (SSC) yang beralamat di ssc.or.id. SSC merupakan portal lowongan kerja khusus santri yang dikembangkan bersama oleh Pondok Pesantren Al-Mizan, Gedhe Foundation, Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI), Domain Pesantren (Dompet) Pemalang, dan Relawan TIK Majalengka.

Selain SSC, Menkominfo bersama Menaker juga meluncurkan domain ponpes.id untuk pondok pesantren di Indonesia. Rudiantara mengatakan, peluncuran ini merupakan bentuk kecintaan semua pihak pada pondok pesantren. “Pemerintah sangat mendukung pengembangan teknologi informasi di Internet,” ujarnya.

Sebagai pelengkap ekosistem internet di pondok pesantren, dilakukan juga pre-launching DNS Kelompok Terbatas yang merupakan model DNS white list. DNS yang dikembangkan oleh PANDI ini merupakan bagian dari program DNS Nasional yang dimotori oleh Kementerian Kominfo dan didukung oleh berbagai pemangku kepentingan, seperti PANDI, Nawala, ID-SIRTII, dan ISOC Indonesia.

pandiKetua PANDI, Andi Budimansyah mengatakan, DNS Kelompok Terbatas ini akan melindungi kelompok-kelompok terbatas dalam masyarakat, seperti pesantren dan sekolah-sekolah dari konten-konten negatif di Internet. “Konten negatif yang terus tumbuh di Internet membuat beberapa kalangan seperti pesantren khawatir menyediakan akses internet bagi santri-santrinya. Dengan menggunakan DNS white list, pesantren atau sekolah bisa menentukan konten-konten mana saja yang boleh diakses,” jelas Andi.

Rudiantara berharap aplikasi-aplikasi yang sudah dikembangkan akan meningkatkan penggunaan internet oleh pesantren. “Semoga yang sudah dilakukan di sini bisa menjadi role model untuk pesantren lain,” ujar Rudiantara.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mizan, K.H. Maman Imanulhaq mengatakan, penggunaan teknologi untuk dakwah rahmatan-lil-alamin merupakan keharusan yang mendesak. “Karena di satu sisi ada pihak yang menggunakan teknologi untuk menyebarkan paham intoleransi dan radikal. Sementara di sisi lain, banyak pihak yang belum memakai teknologi sebagai alat dakwah, seperti pondok pesantren,” ujar Anggota Komisi VIII DPR-RI ini

Maman menyatakan sangat mengapresiasi peluncuran ponpes.id, SSC, dan DNS Kelompok Terbatas. “Ini merupakan sebuah jawaban dari harapan munculnya sebuah sistem teknologi yang menjadikan dakwah sebagai spirit untuk perubahan, persaudaraan, dan perdamaian,” pungkasnya. 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.