Jakarta, Biskom – Pelaksanaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) ke-V Asosiasi Science Center Indonesia (ASCI) menjadi ajang berbagi pengalaman atau sharing antar anggota yang merupakan para pimpinan Science Center.
“Melalui Rakornas ini, kita bisa mengetahui apa yang sedang dikembangkan Science Center lain dan saling bertukar pikiran apa yang bisa dikembangkan di Taman Pintar. Begitu juga sebaliknya, apa yang bisa diberikan Taman Pintar ke Science Center lain,” kata Kepala Bidang Pengelolaan Taman Pintar Yogykarta Afia Rosdiana di sela Rakornas ASCI ke-V di Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP-Iptek), TMII, Jakarta, Kamis (22/11).
Rakornas hari kedua menghadirkan dua nara sumber yakni Elidjen dari MinfoCommTech, Universitas Bina Nusantara membahas materi Revolusi Perguruan Tinggi di Era Revolusi Industri 4.0. Sedangkan nara sumber lainnya Naveem Nandan dari PT Amzon Web Services Indonesia. Dalam paparan berdurasi 10 menit, Naveem Nandan menyampaikan tentang Artificial Intelligence/AI atau Kecerdasan Buatan yang merupakan salah satu teknologi utama yang akan mendukung implementasi Industri 4.0 . Selain itu, Naveem berbicara mengenai cloud computing dalam sebuah industri.
“Dengan PP-Iptek kami sering bertukar pikiran untuk pengembangan Science Center ke depan serta berpartisipasi dalam kegiatan lomba berjenjang,” tutur Afia. Hal senada juga dikatakan Kepala UPT Pusat Iptek dan Bahasa Pontianak Teguh Sapto Prijadi. Ia berharap dengan mengikuti Rakornas ASCI ke-V ini, perkembangan science center di daerah lebih bagus lagi dan dapat meningkatkan perannya dalam menghadapi era era Revolusi Industri 4.0 “Hasil Rakornas ini nanti akan kami bawa ke pimpinan daerah. Saya berharap dukungan dari pusat semakin besar, terutama kepada kepala daerah setempat,” ungkapnya.
Lebih lanjut Afia menambahkan bahwa pada 16 Desember 2018, Taman Pintar genap berusia 10 tahun. Tema peringatan ulang tahun kali ini adalah Stay in Science atau Tetaplah dalam Sains. “Sekarang kan era Revolusi Industri 4.0, fungsi Taman Pintar sebagai Science Center adalah bagaimana memotivasi masyarakat untuk mencintai sains atau peduli dengan ilmu pengetahuan. Kalau bahasa kerennya literasi sains masyarakat, sehingga ketika orang bertindak itu punya dasar keilmuan,” pungkasnya.
Secara umum, kata Afia, layanan Taman Pintar dibagi menjadi tiga yaitu displai pameran, program kegiatan, dan pertunjukan seperti planetarium dan teater 4 dimensi. Taman Pintar milik Pemerintah Kota Yogyakarta telah menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Saat ini, pengunjung Taman Pintar sudah mencapai 1 juta orang per tahun. “Dalam pengelolaan dan pengembangan Taman Pintar, kita punya dua kata kunci yaitu semakin banyak ilmu pengetahuan yang kita berikan ke masyarakat, maka akan semakin banyak masyarakat yang memperoleh ilmu pengetahuan,” terangnya.
Pada lapis lain Teguh menambahkan, Pusat Iptek dan Bahasa di Pontianak, yang berdiri sejak 23 Oktober 2014, sampai sekarang baru memiliki 36 alat peraga iptek. Setiap tahunnya, direncanakan akan ditambah 10 alat peraga. “Jadi target kita paling tidak 150 unit alat peraga untuk lima tahun ke depan,” katanya
Menurutnya, yang menjadi daya tarik para pengunjung, selain alat peraga iptek, seperti halilintar, jembatan lengkung, teleskop bintang, mikroskop multi media, simulasi tsunami, dan lain sebagainya, juga ada demo sain, pemutaran film, dan sebagai seperti science center lainnya. Selain itu, di Pusat Iptek dan Bahasa ini juga diadakan kursus bahasa asing untuk masyarakat secara gratis. Terkait pengunjung, per tahun sekitar 6.000-an pengunjung. Selama berdiri sampai saat ini, kendala yang dihadapi, terutama dari segi sumber daya manusia (SDM) yang masih terbatas yakni baru 9 orang.
‘Belum ke Yogyakarta kalau belum ke Taman Pintar’
Menurut Afia, tagline tersebut menggambarkan keberadaan Taman Pintar sudah menjadi salah satu ikon kota Yogyakarta. Tercatat ada tiga ikon besar kota Yogyakarta yaitu kota pendidikan, kota budaya dan kota tujuan wisata. Ketiga ikon Yogyakarta tersebut diramu dalam Taman Pintar.
Sebagai ikon kota pendidikan, Taman Pintar merupakan Science Center yang sarat dengan nuansa pendidikan. Karena Yogyakarta juga punya ikon kota budaya, Taman Pintar juga menampilkan pengetahuan tentang budaya misalnya dalam zona Indonesiaku dan Zona Memorabilia. Yang menarik menurut Afia, Taman Pintar sangat kental dengan momen lokal yang ada di Yogyakarta untuk konten-konten pendidikan. “Sebagai kota wisata, kita sangat berupaya untuk menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di kota Yogyakarta,” kata Afia
Agar Taman Pintar menjadi destinasi wisata unggulan, selain melalui berbagai cara promosi, tutur Afia, yang paling penting adalah layanan ke masyarakat. “Sebenarnya orang kan butuh dilayani dengan baik. Nah, layanan di Taman Pintar tidak hanya bagaimana melayani masyarakat saja tapi juga memenuhi keingintahuan dari masyarakat,” lanjutnya.
Saat ini, Taman Pintar yang berdiri di lahan seluas 1,2 hektare memiliki 54 zona dengan sekitar 1.300 alat peraga. Untuk menarik pengunjung, Taman Pintar senantiasa me-refresh atau memperbarui zona-zona yang ada. “Kita punya strategi tiap tahun minimal ada 3 zona yang baru baik itu secara muatannya, maupun zona lama yang sudah tidak menarik lagi dan keilmuannya out of date (kadaluarsa) kita ganti dengan yang baru. Jika pengunjung ke Taman Pintar tahun ini, tahun depan ke sini lagi ada yang baru,” terang Afia.
Tak hanya zona yang terkait sains, Taman Pintar juga memiliki Zona Sahabat Pemberani KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), Zona SNI (Standar Nasional Indonesia), dan zona-zona menarik lainnya. Bahkan di tahun politik, Taman Pintar bekerjasama dengan KPU meluncurkan Zona Demokrasi dan Pemilu. Meskipun semua zona di Taman Pintar menarik, ada zona yang menjadi favorit pengunjung. Pertama, Zona Sains yang dikembangkan sendiri berdasarkan ilmu pengetahuan alam murni, fisika, dan kimia. Kedua, Zona Cuaca, Iklim dan Gempa Bumi hasil kerjasama Taman Pintar dengan BMKG. (red)