Jakarta, Biskom – Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) melalui Majelis pengukuhan Profesor Riset mengukuhkan dua profesor riset Batan yaitu Anhar Riza Antariksawan dan Mukh Syaifudin di Jakarta, Kamis (27/12).

Dengan dikukuhkan dua profesor ini maka menambah jumlah profesor di BATAN menjadi 52 orang. Dari jumlah tersebut yang masih aktif sebanyak 17 orang.

Kedua profesor riset tersebut,  Anhar Riza Antariksawan yang meniti karir sebagai Peneliti Utama sejak tahun 1 Mei 2004 dari Pusat Sains dan Teknologi Akselerator dan Mukh Syaifudin dari Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi, sebagai Peneliti Utama sejak tahun 1 Juli 2012

“Selamat kepada para profesor riset yang dikukuhkan, ” kata Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Laksana Trihandoko. Dia menambahkan,  di tengah banyaknya masyarakat yang masih takut terhadap pemanfaatan nuklir, kedua profesor ini tetap melakukan penelitian tentang teknologi nuklir. “Kedua profesor kita ini telah menunjukkan dedikasi dalam hidupnya dalam melakukan penelitian pemanfaatan teknologi nuklir,” kata Trihandoko

Menurutnya, hasil penelitian kedua profesor ini menunjukkan bahwa teknologi nuklir bukan hal yang menakutkan lagi, namun dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dalam kesejahteraan manusia. Hal ini dapat menjadi bukti kepada seluruh stake holder bahwa teknologi nuklir tidak perlu lagi ditakutkan

Di tempat yang sama, Sekretaris Utama BATAN, Falconi Margono mengatakan, BATAN sebagai lembaga penelitian terus berupaya meningkatkan kompetensi sumber daya manusianya. “Saat ini BATAN terus mendorong para pegawainya untuk meningkatkan kompetensinya untuk mencapai tujuan strategis lembaga,” kata Falconi.

Pengukuhan profesor riset kepada dua peneliti utama BATAN kali ini menjadi wujud nyata upaya batan dalam meningkatkan kompetensi SDMnya. “BATAN mengajak seluruh peneliti utama untuk terus berkarya dengan penelitiannya di bidang pengembangan teknologi nuklir,” lanjut Falconi.

Bertambahnya profesor di BATAN menurut Falconi semakin memantapkan posisi BATAN sebagai technical support organization (TSO), technology provider, dan Clearing House Teknologi Nuklir. Diharapkan, pemanfaatan teknologi nuklir kedepan semakin dirasakan oleh masyarakat luas melalui karya para peneliti BATAN.

Faktor Keselamatan Jadi yang Utama dalam Pengoperasian Reaktor Nuklir

Peneliti BATAN, Anhar Riza Antariksawan dalam orasi pengukuhannya mengatakan, faktor keselamatan dalam mengoperasikan fasilitas nuklir khususnya reaktor Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) menjadi hal yang utama.

Karena itulah, dalam membuat desain reaktor nuklir harus mengedepankan faktor keselamatan dengan berbagai jenis kemungkinan terjadinya kecelakaan yang dapat membahayakan pekerja, masyarakat, dan lingkungan.

Menurut Anhar, Kondisi kecelakaan dalam pengoperasian reaktor dibedakan menjadi dua yakni kecelakaan dasar desain dan kecelakaan parah. “Kecelakaan dasar desain adalah kecelakaan yang dapat terjadi pada masa reaktor hidup dan dijadikan dasar untuk desain sistem keselamatan, sedangkan kecelakaan parah adalah kecelakaann yang melibatka kerusaka pada bahan bakar reaktor,” kata Anhar pada orasinya.

Anhar menambahkan, seiring dengan berjalannya waktu dan belajar dari pengalaman terhadap kecelakaan nuklir yang pernah terjadi, teknologi keselamatan reaktor telah mengalami perkembangan. Tujuan dari pengembangan teknologi keselamatan reaktor nuklir ini adalah untuk menjamin bahwa penempatan dan operasi reaktor nuklir mampu memenuhi prinsip dan persyaratan keselamatan, kesehatan, dan proteksi radiasi.

Pembahasan keselamatan reaktor nuklir menurut Anhar, dapat dilihat dari berbagai aspek, yakni neutronik, mekanik, dan termohidraulika. “Aspek thermohidraulika merupakan aspek penting yang terkait dengan fugsi dasar keselamatan untuk pengambilan panas dari bahan bakar ke pendingin. Jika terjadi kecelakaan fungsi dasar keselamatan ini harus dipertahankan karena kegagalan fungsinya akan mengakibatkan akumulasi panas di teras reaktor nuklir,” tambahnya.

Melalui penelitiannya yang berjudul Peran Simulasi Eksperimental dan Numerik Aspek Termohidraulik dalam Peningkatan Keselamatan Reaktor Nuklir, Anhar menekankan pentingnya melakukan riset di bidang keselamatan di bidang termohidraulika baik yang berbasis metodologi simulasi eksperimental maupun numerik untuk mengetahui berbagai fenomena termohidraulika yang dapat menimbulkan kecelakaan. Dari hasil riset inilah nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan teknologi keselamatan reaktor nuklir secara tepat.

Menurutnya, secara numerik melalui aplikasi komputer, mekanisme dan fenomena fisis kecelakaan parah dapat dimodelkan. Sehingga dengan demikian kondisi kecelakaan pada sebuah PLTN khususnya yang menggunakan pendingin air dapat dianalisis dan dapat dintisipasi penanganannya.

Dari penelitiannya ini, Anhar berharap simulasi eksperimental dan numerik aspek termohidraulika dalam bidang keselamatan reaktor nuklir memiliki peran saling melengkapi, sehingga kedua model ini harus dikembangkan secara sinergi. Saat ini BATAN telah memiliki berbagai fasilitas eksperimental dan program perhitungan komputer terkait dengan kecelakaan PLTN.

“Dengan menyinergikan kegiatan simulasi eksperimental dan numerik serta melibatkan jejaring lembaga penelitian terkait, kegiatan riset yang lebih komprehensif di bidang keselamatan PLTN dapat dirancang dan dilaksanakan dengan baik,” harapnya.

Jika hal itu dapat dilakukan, lanjut Anhar, kontribusi saintifik dan sekaligus dapat meningkatkan kemampuan sumber daya manusia di bidang penguasaan teknologi keselamatan reaktor nuklir. Selain itu, dapat menunjang peran BATAN sebagai technical support organization di bidang energi nuklir. (red/Ju)