Jakarta, Biskom – Hasil inovasi dan kajian  Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)  berupa Pesawat Udara nir Awak (PUNA)  atau Drone tipe Alap-Alap PA-06D meraih Sertifikat Kelaikan Udara Militer (Certificate of Airworthinness) dari Badan Sarana Pertahanan (Baranahan) Kementerian Pertahanan.

Deputi Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa BPPT, Wahyu Widodo Pandoe, mengatakan, proses sertifikasi memerlukan waktu 3 bulan sejak didaftarkan sampai lulus sertifikasi pada bulan Desember 2018. TC atau Sertifikat Type diberikan kepada BPPT sebagai lembaga yang melakukan perancangan dari PUNA Alap-alap tersebut.

“Setelah mendapatkan TC, PUNA Alap-Alap PA-06D diharapkan dapat diproduksi di dalam negeri dan dimanfaatkan oleh TNI,” katanya  disela acara serah terima Sertifikat Kelaikan Udara Militer (Certificate of Airworthinness) dari Baranahan Kementerian Pertahanan  di gedung BPPT Jakarta, Kamis (3/1).

BPPT mencari cara untuk meningkatkan Tingkat Kandungan Dalam Negeri dalam PUNA tipe Alap-alap ini. saat ini TKDN sudah mencapai 50 persen.

Lebih lanjut dikatakan,  dalam misi pemetaan, Drone BPPT ini dapat memetakan seluas lebih dari 8500HA, pada ketinggian 1500 ft. Sebagai gambaran, luas wilayah DKI adalah 66150 HA.

“Untuk altitude atau ketinggian terbangnya, Alap-alap ini mampu mencapai 12.000 feet, dengan jangkauan datalink 100 km (LOS). Untuk kecepatan saat cruise : 55 – 65 knot dan untuk takeoff landing memerlukan landasan pacu sepanjang 150-200 meter,” paparnya.

Sebagai informasi, spek Drone atau PUNA tipe Alap-Alap PA-06D adalah sebagai berikut: Bentang sayap : 3.2 m, berat maksimum saat takeoff (payload) : 31 kg, serta endurance : 5 jam terbang.

Kepala Baranahan Kemhan Laksda TNI Agus Setiadji berharap kedepan dengan adanya sertifikasi tersebut akan berlanjut pada pengembangan untuk produksi massal sehingga menambah devisa dari produk-produk militer hasil anak bangsa yang dapat diekspor.

“Saya sangat bersyukur dengan adanya inovasi Puna Alap-alap BPPT. Hal ini menunjukkan bahwa aspek diteksi baik untuk damai maupun militer menjadi besar dengan keterlibatan dan kemampuan kita dalam kemandirian teknologi Puna atau  Unmane Aerial Vehicle/UAV,” harapnya.

Dia menambahkan, teknologi pesawat nir awak akan membantu mengoptimalkan kegiatan militer, karena alat ini dapat dimanfaatkan untuk sistem deteksi dan kegiatan lainnya.

“Nantinya dengan  teknologi ini, kita bisa efesiensi sehingga tidak perlu lagi menggunakan pesawat atau kapal yang satu hari beroperasi bisa menelan biaya hingga Rp7 miliar ,” tambahnya. (red/Ju)