Tomohon, Biskom- BPPT meresmikan dan serah terima pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) 500 Binary Cycle kapasitas 500 kW di Lahendong, Sulawesi Utara, Senin, (20/1). Menristekdikti, M. Nasir berharap PLTP tipe Organic Rankine Cycle (ORC), Binary Cycle (siklus biner) ini dapat direplikasi di daerah lain, khususnya di bagian timur Indonesia, yang memiliki sumber daya panas bumi serupa.
Sementara itu, Deputi Teknologi Informasi Energi dan Material (TIEM) BPPT, Eniya L. Dewi bahwa sistem PLTP 500 kW Lahendong menggunakan teknologi sistem binary cycle. PLTP ini memanfaatkan uap panas bumi basah yang tidak bisa digunakan PLTP konvensional. Selain itu, PLTP ini bisa juga digunakan untuk memanfaatkan air panas sisa PLTP konvensional sehingga menambah efisiensi total dan menambah kapasitas pembangkitan.
“PLTP ini dapat digunakan sebagai model pemanfaatan sumur panas bumi dengan uap basah yang menjadi karakteristik kebanyakan sumber panas bumi di indonesia terutama Sumatera dan Sulawesi,” papar Eniya.
Di awal masa operasi PLTP ini imbuhnya, ditemui beberapa kendala pada PLTP skala kecil ini, dimana sistem turbin Organic Rankin Cycle (ORC) menggunakan generator Direct Current (DC) dan diubah menjadi Alternating Current (AC) menggunakan Inverter.
“Inverter bekerja sangat bergantung pada pengaturan beban dan frekuensi (Hz) yang dikeluarkan oleh Pusat Pengaturan Beban (P2B) – PT.Pembangkit Listrik Negara (PLN). Distribusi PLN yang masih sering terkendala menyebabkan PLTP menjadi ikut mati saat PLN tidak ada beban. Namun atas kerjasama yang baik antara BPPT, PLN dan PGE masalah tersebut telah teratasi dengan meningkatkan kehandalan system transmisi PLN sehingga PLTP 500 kW dapat beroperasi lebih stabil,” terangnya.
Selama tahun 2018, BPPT bersama GFZ dan PGE telah berhasil melaksanakan pengoperasian kontinyu PLTP 500 kW selama lebih dari 10 bulan. Unit teknis yang terlibat langsung dari pihak BPPT adalah Balai Besar Teknologi Konversi Energi (B2TKE) yang telah memiliki pengalaman dalam berbagai program kaji terap teknologi energi baru terbarukan (EBT), yang sejak awal berkontribusi dalam engineering design.
“Hal ini menandakan kesiapan awal BPPT bersama operator dan industri dalam negeri untuk membangun PLTP di seluruh penjuru nusantara yang memiliki sumber energi panas bumi,” tegasnya. Pihaknya juga akan bekerja sama dengan local expertise seperti universitas dan Politeknik. Universitas Sam Ratulangi dan Politeknik Manado disebut Eniya, bersedia untuk berpartisipasi.
Dikatakan Plt Kepala BPPT, Wimpie AN. Aspar, BPPT bersama GFZ dan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) mengembangkan PLTP Binary Cycle kapasitas 500 kW di Lahendong, Sulawesi Utara. Kegiatan riset bersama ini mengimplentasikan salah satu peran BPPT yakni melaksanakan alih teknologi PLTP skala kecil.
“Kami bersama dengan PGE ini ya saat ini, tengah menjalankan yang namanya PLTP 500 kilowatt, di Lahendong. Alat ini hibah dari Jerman, kami ingin ya alat ini bermanfaat menjadi potensi pembangkit berbasis energi bersih untuk juga menjadi model yang dapat diterapkan di wilayah berpotensi sumber panasbumi di Indonesia,” ungkapnya. (red/ju)