Jakarta, Biskom- Bicara target ekonomi digital yang dicanangkan pemerintah kita, tinggal setahun lagi. Lalu apakah bisa kita capai ?
Menurut Fanky Christian Experienced IT Infrastructure, bicara infrastruktur jaringan, negara kita berusaha semaksimal mungkin mengejar ketertinggalan dengan berbagai program kerja Kominfo, terutama terkait Palapa Ring. Tapi tantangan ekonomi digital bukan hanya di sebaran jaringan, tapi juga di kapasitas bandwidth yang bisa digunakan. Memang jumlah pengguna Internet dan sosmed kita meningkat tahun ini, bisa dilihat di data berikut.
Mereka kebanyakan menggunakan handphone dan smartphone untuk mengakses Internet. Dan jumlahnya mencapai 53% dari populasi Indonesia. Tapi apakah ini cukup?
Ternyata kecepatan kita masih di 10,53 MBPS untuk mobile phone, sedangkan 15.52 MBPS apabila menggunakan fixed line
Melihat dari angka-angka di atas, maka pendekatan ekonomi digital dengan menggunakan basis smartphone atau mobilephone adalah yang paling mudah dilakukan. Dan ini juga seiring dengan pertumbuhan pengguna sosial media di Indonesia. Peningkatannya hingga 15%.
Bagaimana mereka menggunakan Internet? Untuk mencari informasi, paling tinggi melalui Google, selanjutnya barulah sosial media Facebook dan Youtube. Yang menarik, detik.com dikalahkan oleh tribunnews.com. Pendekatan tribunnews yang menggunakan multiple kanal dan subdomain bisa menjadi faktor utama.
Selanjutnya marketplace Tokopedia.com, sebagai marketplace yang paling sering diakses. Dan berikutlah yahoo.com (masih ada yang pakai ya), dan yang menarik, adalah penggunaan whatsapp.com – tentunya ini asumsi menggunakan web akses dari whatsapp.com. Tanpa disadari, metode komunikasi kita sangat bergantung tinggi dengan whatsapp saat ini, dimana mengetik menggunakan web.whatsapp.com – dan berkomunikasi telepon melalui whatsapp call. Terakhir bukalapak.com menjadi web yang paling banyak diakses juga.
Bagaimana mereka mengakses ? Sebagian besar masih menggunakan smartphone. Jangan heran juga jumlah waktu yang kita habiskan mengakses Internet. Bayangkan, hingga 8 jam rata-rata. Sosial media hingga 3 jam, video hampir 3 jam, dan mendengarkan streaming music 1 jam lebih.
Bicara ekonomi digital, apa sebenarnya yang dicari di search engine oleh masyarakat Indonesia ? Inilah kata-kata yang kita cari di tahun 2018. Selain itu juga, penggunaan Internet juga digunakan untuk mengakses video streaming.
Maka sangat wajar, bila generasi sekarang adalah generasi youtuber. Dan tentunya kita harus gunakan ketertarikan ini untuk mengakses informasi produk dan solusi yang kita jual di streming atau dalam bentuk video.
Menarik juga melihat data penggunaan teknologi Internet, dimana ads-blocking telah digunakan. Selain itu penggunaan voice search, dan kesadaran penggunaan VPN untuk akses yang aman.
Kemudian kita bahas penggunaan sosial media di Indonesia. Sebagian besar menggunakan messaging, aktif dalam sosial media, dengan waktu akses rata-rata 3 jam, memiliki hingga 11 sosial media akun, dan 37% telah menggunakannya untuk kepentingan pekerjaan. Data ini sangat menarik, dimana kita bisa memaksimalkan perkenalan dan diskusi produk dan solusi melalui sosial media dan messaging.
Youtube menjadi sosmed yang paling banyak diakses. Disusul whatsapp, facebook dan instagram, dimana ketiganya dihandle oleh satu perusahaan. Barulah instagram dan Line yang diakses banyak anak muda. Serta Twitter, dunia lain Indonesia, serta FB Messanger yang mulai marak digunakan.
Semua perusahaan sosial media ini mendapatkan dana nya dari advertising. Dan, LinkedIn menempati pertumbuhan ads audience tertinggi.
Dengan profile mereka adalah sebagai berikut:
Apabila target dari aktifitas ekonomi kita ada di dalam data diatas, maka sepatutnya mempertimbangkan sosial media sebagai media iklan produk dan solusi kita.
Berikutnya, penggunaan mobile Internet Indonesia menyebutkan, 96% menggunakan mobile messenger. Pastikan bisnis anda menggunakan kemampuan dan bisa diakses dengan mudah oleh mobile messenger. Dan ada 89% menggunakan mobile map services, dan umumnya google map. Jadi pastikan kegiatan ekonomi anda menggunakan Google My Business agar bisa diakses dari google map.
Sekarang jika di lihat dari faktor penggunaan finansial mereka. Hampir 49% bank-able, punya rekening, dengan 2.4% memiliki credit card. Dan menariknya 3.1% punya money account, serta menggunakan belanja online hingga 11%. Jadi pastikan usaha ekonomi anda juga bisa menerima berbagai pembayaran yang ada.
Kemudian, kita ke tulang punggung berikutnya dari Ekonomi digital kita, yaitu e-commerce. Data menyebut ada 93% selalu mencari produk dan service melalui online, dengan 90% diakses dari web online store, dan 86% membeli secara online. Serta 37% membeli melalui laptop / desktop dan 76% melalui mobile device. Pastikan usaha anda bisa diakses dari mobile phone terutama search engine.
Apa yang mereka belanjakan di e-commerce ? data menyebut masih di bidang Fashion & Beauty, dan Electronic dan Physical media yang banyak, selain travel yang terus menempati angka tertinggi dalam transaksi e-commerce.
Apa saja yang berkembang pesat dalam e-commerce Indonesia ? Yang menarik, Food dan Personal care menunjukkan peningkatan yang tinggi. Jadi manfaatkan momen ini untuk berjualan e-commerce terkait food dan personal care.
Gerakan harbolnas, dan rangkaian diskon memang menggelorakan e-commerce. Tapi tetap kita harus perhatikan offline retail market juga.
Jadi apakah kita sudah siap masuk dan menjadi negara dengan ekonomi digital terkuat di asia di tahun 2020 ? Pertama, infrastruktur jaringan harus kita segera maksimalkan, agar semua pelosok negeri ini bisa mengakses Internet.
Kedua, perkembangan e-commerce diatas menunjukkan banyak peluang yang bisa kita lakukan, dengan menggunakan e-commerce kita bisa menggerakan ekonomi. Jangan lupa juga peluang ekosistem e-commerce, mulai dari logistik hingga payment, serta pembiayaan yang bisa berkembang.
Ketiga, semua aspek e-commerce, Internet dan sosial media, sangat membutuhkan Digital Talents. Maka harus kita kembangkan kemampuan dan kapabilitas terkait dengan sosial media, penggunaan teknologi berbasis internet. Diharapkan dengan adanya fokus ke digital talents, kita akan melihat startup-startup digital dan non digital gunakan teknologi akan bermunculan lebih banyak.
Itulah yang kami lakukan di dalam Asosiasi Pengusaha TIK Nasional, tempat bernaungnya ribuan pengusaha TIK tanah air. Bersatu padu menggunaakan e-commerce dan ekosistem marketplace, serta mengembangkan potensi dan bakat digital talents di seluruh tanah air. Dengan demikian, diharapkan target Indonesia menjadi negara digital 2020 dapat tercapai.
sumber gambar: https://www.slideshare.net/DataReportal/digital-2019-indonesia-january-2019-v01?ref=https://datareportal.com/reports/digital-2019-indonesia