Jakarta, Biskom- Kemenristekdikti bersama Departemen Bisnis, Energi dan Strategi Industri Inggris melalui Newton Fund menyiapkan Rp 31 miliar untuk mendanai tiga penelitian terbaik di bidang kebencanaan hidrometeorologi dalam jangka waktu tiga tahun.
Menristekdikti Mohamad Nasir mengungkapkan Indonesia memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap potensi gempa bumi, letusan gunung berapi, kekeringan, tsunami, banjir dan longsor. Ancaman bencana ini diperburuk oleh perubahan iklim, peningkatan populasi, perubahan penggunaan lahan serta urbanisasi.
Untuk itu, Kemenristekdikti bersama Natural Environment Research Council (NERC) dan Economic and Social Research Council (ESRC) bekerjasama mendanai ilmuwan terbaik Indonesia dan Inggris yang berkolaborasi dalam riset berstandar tinggi. Kegiatan ini bertujuan menghasilkan terobosan dalam kebencanaan, terutama dalam memahami dampak-dampak bencana terkait dengan air maupun lahan (hydrometeorological hazards).
“Hasil kolaborasi ini akan meningkatan ketahanan dan kesiapan Indonesia dalam menangani perubahan iklim yang mematikan, termasuk melalui intervensi kebijakan maupun komunikasi potensi bencana yang etektif,” lanjut Menristekdikti saat konferensi pers peluncuran kerja sama riset kebencanaan Indonesia – Inggris melalui Program Newton Fund di Gedung D, Kemenristekdikti, Jakarta, Kamis (7/2).
Menteri Nasir mengungkapkan, proses pemilihan tiga penelitian yang didanai dilakukan dengan proses yang terbuka, transparan, dan kompetitif. Sebanyak 23 proposal yang masuk dinilai reviewer dari Indonesia dan Inggris.
“Sepuluh proposal yang lolos didiskusikan pada panel meeting bulan Agustus 2018, sampai akhirnya diputuskan bersama tiga proposal yang didanai bersama dengan total dana 31 miliar rupiah selama tiga tahun,” ujar Menristekdikti.
Proyek penelitian terpilih adalah Mitigating hydro meteorology hazard impacts through transboundary river management in the Ciliwung River basin, dengan peneliti utama dari Indonesia yaitu Harkunti Rahayu (Institut Teknologi Bandung) dan dari Inggris adalah Richard Haigh (University of Huddersfield). Riset ini ditujukan untuk meningkatkan pengelolaan badan sungai Ciliwung dan kepedulian masyarakat terhadap ancaman banjir.
Riset selanjutnya, Java Flood One dengan peneliti utama Agus Mochamad Ramdhan (Institut Teknologi Bandung) dan Simon Mathias (Durham University). Hasil riset ini akan meningkatkan prediksi banjir jangka menengah di beberapa pusat kota pulau Jawa, termasuk Jakarta, Bandung dan Surakarta.
Terakhir, Extreme rainfall and its effects on flood risk in Indonesia, dengan peneliti utama Suroso (Universitas Jenderal Soedirman) dan Chris Kilsby (Newcastle University). Riset ini bertujuan mengidentifikasi penyebab utama banjir di Indonesia dan strategi-strategi utama yang dapat memitigasi resiko bencana.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN dan Timor Leste, Moazzam Malik mengatakan kolaborasi berskala internasional dan komitmen pendanaan akan memberikan dampak signifikan baik secara sosial maupun ekonomi. Newton Fund, dalam kemitraannya dengan Kemenristekdikti berkomitmen mendanai riset-riset kolaborasi berskala internasional yang dapat memberikan kontribusi positif baik secara sosial maupun ekonomi.
“Bencana banjir dan longsor tidak hanya mengancam keberlangsungan hidup masyarakat, namun juga perkembangan ekonomi Indonesia. Ilmuwan terbaik Inggris dan Indonesia bekerjasama dan saling belajar agar bisa membuat suatu perubahan besar, serta menginspirasi generasi ilmuwan muda berikutnya,” ujar Moazzam.
Menurut Moazzam, bidang sains dan riset Inggris menempati posisi kedua dunia dengan 54% hasil penelitiannya masuk ke dalam kategori terbaik dunia. Hasil riset Inggris dikutip lebih banyak, bila dibandingkan dengan hasil riset negara lainnya. Sebanyak 38% peraih Nobel memilih untuk bersekolah di Inggris.
“Saya bangga kami bisa bermitra dengan ilmuwan di Indonesia serta berkontribusi membangun Indonesia yang lebih aman, lebih makmur dan lebih unggul,” lanjutnya.
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti, Muhammad Dimyati menyatakan Pemerintah Indonesia melalui Kemenristekdikti memilih Inggris sebagai mitra kerjasama karena kualitas hasil penelitiannya merupakan salah satu terbaik di dunia. Kemitraan ini dapat memperkuat kerjasama sains kedua negara serta meningkatkan kesiapan Indonesia dalam kebencanaan.
“Kemenristekdikti juga telah berupaya untuk meningkatkan kerjasama dengan berbagai lembaga di luar negeri dalam bidang penelitian baik secara bilateral maupun multilateral seiring dengan usaha pengembangan keilmuan, peningkatan kualitas hasil penelitian dan kapasitas peneliti,” lanjutnya.
Kolaborasi riset ini mendukung Prioritas Riset Nasional 2020-2024 dalam manajemen bencana, terutama di bidang kerjasama multi-sektoral. Dimyati berharap ketiga riset yang terpilih akan membangun kekayaan ilmu pengetahuan bidang kebencanaan, sehingga kesiapan terhadap ancaman bencana di Indonesia dapat lahir dan berkembang dari penelitian-penelitian ini. (red/Ju)