Jakarta, Biskom– Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) berhasil mengembangkan teknologi siluman atau teknologi anti deteksi radar berbasis smart magnet dengan memanfaatkan material logam tanah jarang (LTJ).

Teknologi anti deteksi radar ini diujicobakan pada kapal Patkamla Sadarin milik TNI Angkatan Laut di Pantai Mutiara, Jakarta, Jumat (29/03).

Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti, Jumain Appe mengatakan, penelitian ini memberi dampak sangat luas dalam mendorong tumbuhnya industri logam tanah jarang.

“Penelitian ini mendorong terbangunnya industri logam tanah jarang di Indonesia, juga melalui pengembangan penelitian cat anti deteksi radar berbasis bahan smart magnet ini dapat meningkatkan kemampuan alutista TNI Angkatan Laut dalam rangka mendukung pertahanan nasional,” ujarnya.

Kegiatan riset tidak hanya terfokus kepada riset itu sendiri, namun juga mendorong hasil riset tersebut hingga mampu menggulirkan roda inovasi yang memiliki dampak luas kepada masyarakat dan negara.

Banyak hasil riset saat ini hanya berujung pada skala laboratorium saja dan tidak dilirik oleh industri atau tidak mampu bersaing di pasar.

Adapun pengembangan teknologi siluman ini hasil dari kerja sama antara BATAN dengan perusahaan cat PT. Sigma Utama Paint, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan TNI Angkatan Laut.

Kegiatan ini mendapat pendanaan dari Program Inovasi Industri Kemenrintekdikti, yang selama dua tahun ini telah menunjukkan kemampuan membuat produk bernilai strategis yaitu cat anti deteksi radar yang bisa dimanfaatkan dalam mendukung pertahanan nasional.

Sementara itu, Peneliti Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju (PSTBM BATAN), Wisnu Ari Adi mengatakan, penelitian cat anti deteksi radar ini merupakan pengembangan dari kemampuan BATAN dalam mengolah pasir monasit menjadi logam tanah jarang (LTJ).

Penelitian ini dimulai tahun 2015 dan tahun 2017 telah berhasil dibuat prototype skala pilot berupa cat anti deteksi radar yang telah diaplikasikan pada potongan plat kapal logam dari alumunium dan besi yang tidak dapat dideteksi oleh radar pada frekuensi X-band (8-12 GHz).

Ia menambahkan, teknologi ini merupakan teknologi terkini dan hanya dimiliki oleh negara-negara maju.

“Ini merupakan teknologi milenial yang mampu menyerap gelombang radar pada frekuensi tertentu. Teknologi ini hanya dimiliki oleh negara-negara maju dan tidak bersifat komersial karena merupakan bahan yang sangat strategis untuk pertahanan nasional suatu negara,” ujar Wisnu.

Lebih lanjut Wisnu mengungkapkan, teknologi siluman ini adalah salah satu hasil penelitian BATAN yang berupa bahan smart magnet untuk cat anti deteksi radar. Bahan ini memiliki sifat seperti gelombang elektromagnetik yang tersusun dari kombinasi unsur LTJ dan unsur logam transisi yang struktur magnetiknya hanya bisa diuji dengan menggunakan teknologi nuklir.

“Di kawasan Asia Tenggara, hanya BATAN yang mampu melakukan pengujian bahan dengan menggunakan teknologi berkas neutron. Teknik pengujian ini mampu menjelaskan berbagai interaksi magnetik dan elektrik yang terjadi di dalam bahan,” tambahnya.

Ia juga memberikan penghargaan yang tinggi kepada para peneliti dan para pelaku industri yang telah membantu hilirisasi hasil penelitian. “Saya memberikan apresiasi kepada para peneliti dan sekaligus terima kasih kepada para pelaku industri, yang dengan segala kerumitan dan resikonya bekerjasama dalam proses hilirisasi hasil riset dan pengembangan produk cat anti deteksi radar ini. (red)