Mengenal Pasangan Kasur.
Pak Kasur lahir pada 26 Juli 1912 dengan nama Soerdjono. Kawan-kawannya semasa sekolah di HIS (setingkat SD) dan MULO (setingkat SMP) memanggilnya Susur. Sementara orang-orang di kepanduan memanggilnya Kak Soer. Dari sini nama Pak Kasur lekat dengan dirinya.
Keterbatasan biaya membuatnya tak lanjut sekolah setelah lulus MULO. Pak Kasur pun bekerja sebagai guru bantu di Ardjoena School di Yogyakarta. Melihat potensi dalam diri Pak Kasur muda, rekan-rekannya sesama guru menyekolahkannya ke HIK (Hollandsche Indische Kweekschool) atau sekolah pendidikan guru, melalui dana sekolah.
Selama Revolusi Fisik (1945-1949), Pak Kasur turut memanggul senjata, bergerilya di wilayah Priangan. Di Bandung ia bertemu dengan Sandiah, seorang anggota Palang Merah dan mantan pegawai Kantor Karesidenan Priangan.
Keduanya saling jatuh cinta dan memutuskan menikah pada 1946 di Yogyakarta. Saat perang berakhir, tepatnya pada 1950, Pak Kasur dan Sandiah hijrah ke Jakarta. Sang suami mendapat pekerjaan di sebuah lembaga pendidikan dan sempat menjadi anggota Lembaga Sensor Film. Karena garang menyensor film, orang-orang perfilman menyebutnya Algojo Film atau Singa Film.
Dalam mendidik, prinsip Pak Kasur adalah membiarkan anak-anak hidup dengan imajinasinya, bermain, dan berpikir mandiri. Orangtua tak perlu banyak ikut campur.
Sandiah atau lebih dikenal dengan nama Ibu Kasur adalah seorang seniman dan tokoh pendidikan Indonesia. Ia mendapat julukan Ibu Kasur karena suaminya, Soerjono, dipanggil Pak Kasur. Ia dan suaminya bertemu karena sama-sama anggota Kepanduan Indonesia. Mereka menikah di Yogyakarta pada tanggal 29 Juli 1946.
Ia mendapat julukan Ibu Kasur karena suaminya, Soerjono, dipanggil Pak Kasur. Ia dan suaminya bertemu karena sama-sama anggota Kepanduan Indonesia. Mereka menikah di Yogyakarta pada tanggal 29 Juli 1946. Bersama Pak Kasur pula, ia menjadi pembawa acara Taman Indria di TVRI dan juga pendiri TK Mini di Jakarta. Ketika televisi swasta muncul pada awal 1990-an, Ibu Kasur tampil dalam acara kuis Hip Hip Ceria di RCTI.
Beberapa lulusan TK Mini yang terkenal adalah mantan presiden Megawati Soekarnoputri, Guruh Soekarnoputra, Hayono Isman dan Ateng. TK ini didirikan pada tahun 1965.
Di samping sebagai pendidik dan pemerhati anak-anak, Ibu Kasur juga dikenal sebagai pencipta lagu anak-anak. Karyanya antara lain berjudul Kucingku, Bertepuk Tangan, dan Main Sembunyi.
Ibu Kasur sering menjadi pembicara seminar-seminar yang berhubungan dengan dunia anak. Memimpin Yayasan Setia Balita yang memiliki lima buah taman kanak-kanak di Jakarta, pun dia sanggup. Ia juga sempat menjadi pengasuh sebuah rubrik di majalah anak-anak Bocil. Berbagai penghargaan termasuk dari dunia internasional pernah diterimanya. Sebut saja Bintang Budaya Parama Dharma dan predikat pembawa acara anak-anak legendaris dari sebuah stasiun televisi.
Ibu Kasur meninggal di Rumah Sakit Cikini, Jakarta, pada tanggal 22 Oktober 2002 akibat serangan stroke. Ia dimakamkan di samping makam Pak Kasur di Desa Kaliori, Kalibagor, Banyumas, Jawa Tengah.
Pasangan Kasur
Sandiah terpikat pada pemuda pejuang itu. Usia yang terpaut 14 tahun tak menghalangi Sandiah menerima pinangan Soerdjono. Saat Pak Kasur pindah ke Jakarta, ia pun ikut serta. Sandiah kerap diajak sang suami untuk menemaninya ke RRI dan dilibatkan dalam program acara siaran anak-anak.
“Saya suka Bapak, karena dia disiplin dan budi bowo leksono—apa yang dilaksanakan adalah untuk kebaikan,” ujarnya.
Beberapa kali Pak Kasur berhalangan hadir dan digantikan oleh Sandiah, yang kelak tersohor dengan nama Bu Kasur, Ia mengumpulkan anak-anak dan menggantikan posisi sang suami sebagai pemandu acara. Namanya pun kian dikenal luas. Pasangan ini melambung bersama berkat kolaborasi dalam bidang pendidikan. Bagi Bu Kasur, sang suami adalah “guru besar”-nya.
Ketika TVRI mulai mengudara pada 1962, Pak dan Bu Kasur bersama-sama membawakan acara “Arena Anak-anak”, “Mengenal Tanah Air”, dan “Taman Indria Bu Kasur”. Serta saat televisi swasta muncul, Bu Kasur memandu acara “Hip-Hip Ceria” di RCTI dan mendulang kesuksesan.
Buah dari kecintaan pasangan ini pada dunia anak-anak mendorong berdirinya sebuah taman kanak-kanak. Pada 1968, setelah Pak Kasur pensiun, Taman Kanak-kanak Mini di rumah mereka di Jalan H. Agus Salim, Jakarta, diresmikan. Karena diselenggarakan di rumah, sekolah ini berpindah-pindah mengikuti empunya rumah.
Mula-mula mereka pindah ke Jalan Cikini V. Lalu setelah Pak Kasur wafat pada 1992, Taman Kanak-kanak Mini mempunyai empat cabang yakni di Cipinang, Pasar Minggu, Bekasi, dan Tangerang. Namanya pun berubah menjadi TK Mini Pak Kasur.
Jika suaminya menciptakan sekitar 140 lagu anak-anak, Bu Kasur hanya mengarang 20 lagu. Salah satu lagu ciptaannya yang terkenal berjudul “Sayang Semua”:
“Satu-satu, aku sayang ibu/dua-dua, juga sayang ayah/tiga-tiga, sayang adik-kakak/Satu dua tiga, sayang semuanya.”
Seperti lagu anak-anak pada umumnya, ia sengaja dibuat pendek. Jika diperhatikan liriknya, tak satu pun kata yang mengandung huruf “r”.
“Sedapat mungkin syairnya menghindari huruf ‘r’ karena anak balita sukar melafalkannya,” kata Bu Kasur dalam Gatra edisi 28 November 2002.
Pasangan ini pernah mendidik sejumlah tokoh seperti Seto Mulyadi, pelawak Ateng, Guruh Soekarnoputra, bahkan Megawati Soekarnoputri.
Sepuluh tahun setelah suaminya meninggal, pada Oktober 2002 Bu Kasur pun menyusul.
Pada 1953, dalam Mimbar Penyiaran Duta, Pram menyebutkan bahwa Indonesia dalam lima tahun ke depan membutuhkan paling sedikit sepuluh ribu Pak Kasur untuk mendidik jutaan anak Indonesia. Setelah pasangan Pak dan Buk Kasur tiada dan jumlah anak-anak terus bertambah, jumlah tenaga pendidik pun kian banyak dibutuhkan. Khususnya pendidik yang “mampu memberikan sebaik-baiknya pendidikan kepada bocah-bocah agar kelak mereka bisa lebih baik dari angkatan sekarang,” tulis Pram.
Era millenial, TK Mini Pak Kasur makin berkembang dan pekan lalu gelar wisuda dan pentas seni.
“Ela Elo……3x….”….disambut riuh Ole Ole dari murid-murid TK Mini Pak Kasur yang ada dibeberapa cabang seperti Cikini, Kemang, Pasar Minggu, Cipinang Indah dan ada TK lainnya seperti Cempaka, Amir Hamzah dan lainnya.
“TK mini adalah tempat mengajar saya yang pertama sejak 49 tahun yang lalu saat pertama kali diajak oleh pak Kasur 4 April sore hari jam 16.00 kala itu mulai disapa Kakak Batik, Saya Kak Seto mulai berkiprah, ” jelas Kak Seto didampingi putera puteri Pak dan Bu Kasur, Mas Pras, Mbak Nining, Mas Toto.
Mbak Nining jelaskan sudah banyak alumnus sampai hari ini ratusan lagi yang menjadi wisudawan dari konsep orang tua kami, Pak dan Bu Kasur. Mulai dari anak alm Presiden Soekarno seperti Megawati, Guruh SoekarnoPutra termasuk anak dan cucu alm HM.Soeharto alumnus TK Mini Kak Seto.
Sesaat lalu terperanjat dengan ritual upacara bendera sampai sapaan Ela Elo dan dijawab Ole Ole. Dipastikan memang tidak ada CalistunG tapi semua bermain, bernyanyi dan juga kelas mendongeng.
“TK Mini orang tua kami alm. Pak dan Bu Kasur untuk Anak-Anak Indonesia agar tumbuh kembang bersama dengan konsep khas orang tua kami bermain dan bergembira,” selorohnya sambil turun jemput Kak Seto bersama Mbak Nining dan Mas Toto.
Kak Seto hadir dan bergembira bersama serta berucap bangga,” Saya teringat kalimat beliau…. Dik andai saya sudah meninggal tolong adik yang melanjutkan usaha dan perjuangan saya ini yaa untuk dunia anak-anak sebagai amanat Pak Kasur dan meminta Kak Seto sebagai Psikolog Anak,”.
Dalam sambutan Kak Seto dan organisasi PA akan mengusulkan Pak dan Bu Kasur sebagai Pahlawan Nasional Dunia Anak kepada Mensos RI.
“Membuat tiap anak terus Riang Gembira” adalah amanat Pak Kasur, pantaslah beliau oleh negara raih gelar Pahlawan Nasional,” papar Kak Seto mantab.
Sementara itu selain penyerahan tanda kelulusan dan wisuda didahului gelar minat bakat dengan choir medley bersama 4 lagu bertema guru lalu permainan angklung untuk lagu ciptaan Pak Kasur yakni Senang Semua, Naik Delman dan lainnya. (Hoky)