Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop dan UKM) menyebutkan sebanyak 62 juta usaha di Indonesia merupakan UKM di Indonesia. Dari usaha ini menyumbang 60% Produk Domestik Bruto (PDB).

“UKM juga mengurangi 70% pengangguran di Indonesia,” kata Asisten Deputi (Asdep) Pengembangan Kewirausahaan Kemenkop dan UKM, Budi Mustopo, dalam ‘Wirausaha Baru bagi Kalangan Media Massa’ di Jakarta pada Kamis (26/4/2019).

Kewirausahaan ini terus tumbuh tanpa batas di Tanah Air didorong semangat dan kreatifitas. Hal ini juga ditunjang kesempatan berwirausaha yang diberikan penerintah.

“Keberadaan kewirausahaan unlimited (tak terbatas) ditimbulkan oleh berbagai kreativitas,” ujarnya.

Budi meneruskan kewirausahaan juga terus lahir ditunjang oleh keberadaan koperasi. Namun, ada koperasi yang tidak bisa menciptakan usaha. “Padahal, banyak bidang usaha yang bisa dijalankan koperasi,” ujarnya.

Kelahiran wirausaha terus didorong Kemenkop dan UKM dengan sosialisasi dan pelatihan tersebut. Dari pelatihan diharapkan pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia (SDM).

“Dari hal ini dilakukan sertifikasi dan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia),” jelasnya.

Syarif Hidayat, Chief Executive Officer (CEO) Rumah Belajar Online (Rubelu), menambahkan sejumlah usaha bisa diciptakan dari keberadaan 355 juta pengguna telepon selular (ponsel) cerdas di Tanah Air.

Apalagi, 150 juta pengguna itu memainkan media sosial (medsos) dan 120 juta pengguna melakukan jual beli daring. “Dari hal ini dapat diciptakan tiga model bisnis di Indonesia yakni Infomediary, Licensing, dan Merchant,” ucapnya.

Untuk perorangan dapat menjalankan web development, membuat startup, membuat blog, dan membuat desain grafis. Selain itu menjual plugin dan template WordPress, penulis konten atau artikel.

Hal lainnya adalah membangun agensi pembuatan artikel dan konten, membuat aplikasi bergerak, membuat piranti lunak, menyediakan jasa intenet marketing, medsos, dan Youtuber.

“Kita harus relearn (mempelajari hal-hal baru) dan unlearn (meninggalkan hal-hal yang lama),” tandasnya.

Sementara itu Usman, CEO Rumah Kreatif Bekasi (RKB) Mitra Binaan Bank Negara Indonesia (BNI), menyoroti sejumlah produk yang dihasilkan UKM belum memperhatikan kemasannya. Padahal, hal ini menunjang pemasaran. “Kemasan yang bagus bisa memudahkan marketing (pemasaran),” jelasnya.

Untuk penjualan produk, lanjut Seli Hadiyati dari RKB BNI, harus dilakukan UKM dengan AIDA yakni Attention, Interest, Design, dan Action. “Ini memaksimalkan penjualan,” tuturnya. (moc)