Jakarta, Biskom- Direktur Sistem Inovasi Kementerian Riset Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Ophirtus Sumule mengatakan, implementasi pengembangan klaster inovasi berbasis Produk Unggulan Daerah (PUD) dinilai mampu mendorong peningkatan kejayaan produk lokal bahkan bisa menembus pasar internasional.

Kemenristekdikti telah menetapkan 7 lokasi pembangunan Klaster Inovasi Berbasis PUD yang tersebar di 6 provinsi. Ke tujuh daerah yang mendapatkan insentif implementasi klaster inovasi adalah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (PUD Atsiri Nilam), Sulawesi Selatan (PUD Kopi dan Gula Aren), Bangka Belitung (PUD Lada Putih), Maluku Utara (PUD Atsiri Pala), NTB (PUD Madu Trigona), Sulawesi Tenggara (PUD Kakao).

“Implementasi Klaster Inovasi Berbasis PUD merupakan strategi penguatan inovasi untuk membawa produk unggulan daerah yang lebih kompetitif di pasar domestik dan manca negara,” kata Ophir di Jakarta, kemarin.

Dirjen Penguatan  Inovasi Kemenrsitekdikti  telah menyediakan insentif sekitar Rp200-600 juta yang akan disesuaikan dengan jenis klaster yang dikembangkan.

“Nanti anggaran setiap klaster berkisar 200-600 juta untuk sementara ini, tapi nanti kita akan diskusi lagi mengenai fixnya berapa. Kalau tahun sebelumnya kita memang memberikan anggaran sedikit untuk menyusun perencanaan. Sebelumnya kita memberikan anggaran yang disesuaikan dengan jaraknya tempat itu, mobilitas untuk melakukan diskusi di daerah-daerah tersebut,” lanjutnya.

Ditambahkan Ophir,  implementasi klaster inovasi merupakan tahap pembangunan industri dan unit bisnis PUD hasil kolaborasi dan sinergi stakeholder yang dikenal sebagai penta helix, yakni akademisi, dunia usaha, pemerintah daerah, komunitas, dan media.

“Ini bukan hanya bagiannya Ristek tapi melibatkan industri, melibatkan pemerintah daerah, provinsi, pusat kemudian melibatkan masyarakat. Ini semua kita rangkai ini masing-masing dimana perannya dengan catatan produk yang dibawa ada pasarnya disitu peran industrinya,” ujarnya.

Eka Gandara, Kasubdit Kemitraan Strategis dan Wahana Inovasi menyampaikan bahwa implementasi klaster inovasi merupakan tahap pembangunan industri dan unit bisnis PUD hasil kolaborasi dan sinergi stakeholder yang dikenal sebagai penta helix, yakni akademisi, dunia usaha, pemerintah daerah, komunitas, dan media.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, penerima insentif implementasi klaster inovasi tahun ini mendapatkan bantuan peralatan produksi dan pendampingan teknis sebagai upaya mempercepat terbangun dan beroperasinya industri serta unit bisnis PUD.

“Bantuan peralatan produksi dari Kemenristekdikti ini hanya sebagai trigger atau stimulus, selanjutnya perguruan tinggi, pemerintah daerah, dunia usaha dan komunitas akan sharing fasilitas dan sumber daya dalam membangun industri dan unit bisnis PUD dengan pola konsorsium,” jelas Eka Gandara.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Astra Mitra Ventura Jefri Rudyanto menilai program pengembangan klaster inovasi akan membantu pengembangan kekayaan alam bisa menembus pasar global.

“Kita akan kembali memastikan nilai manfaat itu akan ada di seluruh klaster regional kita. Kita akan menggunakan kekayaan dan seluruh potensi alam, ditambah dari kekayaan intelektual kita. Jadi kemampuan kita mengolah sumber daya alam,” tuturnya. (red/*)