Jakarta, Biskom – Kepala Subdirektorat Sistem Informasi dan Diseminasi Inovasi Kemenristekdikti, Muhamad Amin menilai bahwa pemetaan Indeks Daya Saing Daerah (IDSD) mampu meningkatkan kualitas suatu daerah.
Pasalnya, dengan adanya pemetaan tersebut, pemerintah daerah khususnya akan dimudahkan dalam meramu kebijakan-kebiajakan ke depan dalam melihat potensi-potensi yang dimiliki daerahnya.
“Pemetaan ini untuk mempermudah pimpinan daerah terutama disaat melihat hasil pemetaannya, pertama secara warna yang bisa dilihat seperti warna merah (yang menunjukkan peringatan) yang berarti harus ada kebijakan-kebijakan daerah yang perlu didorong untuk meningkatkan daya saing daerah,” kata Amin disela acara Bimbingan Teknis Pengisian Indikator Indeks Daya Saing Daerah di Jakarta, Senin (20/5).
Lebih lanjut Amin menabahkan, dengan adanya pemetaan indeks daya saing ini juga mampu mendorong peningkatan investor yang ingin berinvestasi ke suatu daerah tersebut. Dalam indeks tersebut, akan dipetakan daerah-daerah yang memiliki indeks paling tinggi di seluruh wilayah Indonesia.
“Data ini juga bisa kita sampaikan ke calon investor untuk menunjukkan daya saing mana atau potensi mana yang perlu di support dan dikembangkan, atau mereka ambil untuk investasi,” tuturnya.
Meski memiliki manfaat bagus untuk daerah, namun kata Amin, masih banyak Kabupaten/Kota yang belum mengisi indeks daya saing. Salah satunya terkait anggaran yang harus dikeluarkan oleh setiap daerah. Hal inilah yang membuat Pemerintah, khususnya Kemenristekdikti untuk terus melakukan inovasi untuk mendorong setiap daerah menerapkan indesk daya saing.
“Belum semua menerapkan indeks karena terkait anggaran, makanya kita coba lakukan bimtek kepada seluruh provinsi dan Kabupaten/Kota. Bimbingan teknis ini kami lakukan untuk melihat bagaimana penetrasi pemanfaatan indeks daya saing sebagai pemetaan daya saing daerah untuk Provinsi, Kabupaten dan Kota,’ ujarnya.
“Kita memandang perlu untuk memanggil teman-teman daerah untuk memberikan bimbingan teknis bagaimana satu persatu indikator itu kita jelaskan. Fungsi nya apa, datanya darimana karena teman-teman daerah akan memanggil semua OPD yang terkait dengan indikator kemudian kita memanggil stakeholder lain seperti perguruan tinggi dan sebagainya,” tambahnya.
Terkait teknisnya, Amin menambahkan, karena ini berbasis online maka setiap daerah telah diberikan user dan password untuk memudahkan mereka mengisi kuisioner yang tercantum dalam website yang telah dibuat. Sejauh ini, ada 78 indikator yang telah ditetapkan oleh Kemenristekdikiti.
“Pemetaan indeks daerah ini dilakukan secara online, jadi kabupaten/kota dan provinsi sudah kita berikan user dan password untuk masuk kemudian mendownload kuisionernya. Setelah itu agar tidak ada duplikasi atau tumpah tindih data yang kami terima, mereka harus memasukkan melalui online juga. Jadi upload kembali quisioner yang sudah diisi,” tambah Amin.
Pada tahun 2018, Provinsi yang menempati tiga besar yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan DIY. Sementara untuk Kabupaten/Kota dihuni Magelang, Bogor dan Salatiga.