Jakarta, Biskom- Profesor Riset bidang keselamatan reaktor nuklir, Prof. Dr. Ir. Anhar Riza Antariksawan resmi dilantik sebagai Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) oleh Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir di gedung Batan Jakarta, Jumat (28/6). Anhar menggantikan Kepala Batan sebelumnya, Djarot Sulistio Wisnubroto yang masa jabatannya habis pada Desember 2018.
Saat pelantikan, Menristekdikti berpesan agar Anhar sebagai Kepala Batan yang baru menjalankan tata kelola pemerintahan yang baik dan meningkatkan riset yang memberi manfaat bagi bangsa Indonesia.
“Tugas yang harus dilakukan adalah bagaimana Batan bisa memberikan kontribusi dalam meningkatkan riset yang bisa memberi manfaat pada rakyat Indonesia baik di bidang pangan, kesehatan, maupun bidang energi,” ujar Menristekdikti.
Terkait bidang energi, lanjutnya, bagaimana Batan mengembangkan riset ke depan dan melanjutkan rencana pembangunan reaktor nuklir untuk riset atau reaktor daya eksperimen. Pengembangan renewable energy sangat penting untuk meningkatkan bauran energi agar Indonesia tidak hanya mengandalkan energi fosil.
Selain membutuhkan sosialisasi kepada masyarakat, pembangunan reaktor daya eksperimen ini membutuhkan alokasi anggaran yang sustain karena pembangunannya tidak cukup dalam waktu satu-dua tahun. Pembangunan reaktor tersebut memerlukan berbagai tahapan dan pengujian. Untuk itu Kemenristekdikti telah mengajukan anggaran kepada Presiden dan berkoordinasi dengan Kementerian ESDM yang mempunyai kewenangan di bidang energi.
“Indonesia sudah punya tiga reaktor di Yogyakarta, Bandung dan Serpong. Kita punya pengalaman sejak 1965, sampai sekarang kita punya kemampuan mengelola reaktor dengan baik tanpa ada kendala, tanpa ada masalah dan gangguan,” terangnya.
Untuk itu, Menristekdikti mendorong agar reaktor yang selama ini dimanfaatkan oleh masyarakat di bidang pangan dan kesehatan, ditingkatkan di bidang energi.
Sebelumnya, Menristekdikti menargetkan pembangunan reaktor daya ekperimental selesai pada 2021. Tetapi dalam perkembangannya, target pembangunan mundur hingga periode kabinet 2019-2024.
Sebagai nahkoda baru di Batan, Anhar pada tahun ini akan menyelesaikan dan mengevaluasi target-target Renstra 2015-2019, sekaligus menyiapkan Renstra berikutnya. “Tahun berikutnya kita akan membuat program yang betul-betul menyentuh masyarakat dalam pembangunan ekonomi secara umum,” lanjut pria kelahiran Semarang, 6 November 1962 ini.
Pihaknya bertekad untuk menghadirkan iptek nuklir dalam pembangunan nasional secara nyata. Indikatornya, bagaimana kontribusi iptek nuklir bisa memberi sumbangan pada kemajuan ekonomi Indonesia.
Terkait pembangunan reaktor nuklir untuk riset, jika Batan sudah mendapat kewenangan dan izin, pihaknya akan memilih dan mengkaji teknologi nuklir yang sudah teruji. Misalnya reaktor berbasis pendingin air. “Nanti kita akan lihat juga kemajuan teknologi lain baik yang berpendingin gas maupun berpendingin logam cair. Itu akan masuk radar kita,” lanjutnya.
Menurutnya, selama ini Indonesia memiliki reaktor riset yang penggunaanya bukan untuk energi. Selanjutnya, Kemenristekdikti akan mengembangkan reaktor riset untuk pembangkit energi. “Semacam demonstration plant. Seperti ini PLTN yang mungkin akan cocok untuk Indonesia dan itu ditunjukkan seperti apa safety-nya, ekonominya, pengelolaan limbah dan sebagainya,” terangnya.
Antariksawan sudah berkarir di Batan sejak 1986 dan pernah menduduki beberapa jabatan. Diantaranya, Kepala Instalasi Termohidrolika – PPTKR, Kabid. Analisis Risiko dan Mitigasi Kecelakaan, Kepala Pusat Teknologi Reaktor, dan Deputi Kepala Bidang Penelitian Dasar.
Saat menjabat sebagai Deputi Kepala Batan bidang Pendayagunaan Teknologi Nuklir, Anhar mendapat tugas mendorong hasil-hasil iptek Batan agar bisa digunakan masyarakat. Misalnya, varietas padi dan bahan pangan lain, serta alat kesehatan dengan bekerjasama dengan instansi terkait.
Menurutnya, tantangan penelitian di bidang nuklir hampir mirip dengan penelitian di bidang lain yaitu agar penelitian jangan berhenti pada publikasi tapi harus ada sesuatu yang dirasakan masyarakat. Namun, teknologi nuklir agar berbeda terutama terkait penerimaan masyarakat. Namun bagi Anhar, hal itu menjadi tantangan yang menarik.
Untuk peneliti muda, Anhar berpesan untuk mengasah daya inovatif. “Tanpa inovasi tidak akan bisa membuat terobosan. Inovasi itu sendiri tidak akan mudah, tetapi jangan patah semangat,” tegasnya. (red)