Jakarta, Biskom- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah berhasil menghadirkan inovasi kapsul rumput laut yang dapat digunakan di dalam negeri untuk mengurangi volume impor gelatin.
Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan kapsul rumput laut yang digunakan untuk pengganti cangkang gelatin tersebut diproduksi melalui kerja sama dengan Rulindo Caps.
“Dengan menggunakan bahan baku rumput laut yang sangat melimpah dan halal, produk cangkang kapsul ini diharapkan mempunyai daya saing yang tinggi secara ekonomi, dan dapat diterima baik oleh masyarakat pengguna,” kata Hammam aat peluncuran cangkang kapsul rumput laut di PT Kapsulindo Nusantara, Gunung Putri, Bogor, Rabu (10/7).
Diharapkan, Cangkang kapsul rumput laut buatan lokal yang siap diproduksi secara massal it akanmendorong daya saing industri farmasi dalam negeri. Hingga saat ini pembungkus kapsul untuk obat dibuat dari gelatin yang bahan bakunya diimpor karena produksi dalam negeri belum mencukupi kebutuhan.
Di sisi lain, Indonesia merupakan salah satu negara produsen rumput laut terbesar dunia yang masih mengekspor sebagian besar rumput laut dalam bentuk bahan mentah. Dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang melimpah, produksi cangkang kapsul rumput laut berpotensi besar mengisi pasar pembungkus kapsul.
Kapsul rumput laut merupakan hasil inovasi yang pada awalnya dikembangkan di laboratorium oleh para perekayasa Pusat Teknologi Agroindustri BPPT.
BPPT kemudian menjalin kerja sama dengan PT Kapsulindo Nusantara untuk mengembangkan produk, menyesuaikannya dengan mesin produksi yang sebelumnya digunakan untuk produksi kapsul gelatin. PT Kapsulindo Nusantara sekarang sudah siap memproduksi kapsul rumput laut itu secara komersial.
“Untuk mengkomersialisasikan produk invensi, BPPT sebagai lembaga pemerintah, tidak dapat bekerja sendiri. Oleh karena itu BPPT harus menggandeng mitra industri,” jelas Hammam.
Kami memberi apresiasi kepada tim dari PT Kapsulindo Nusantara atas kerjasamanya, kerja keras dan ketekunan serta kesabarannya bersama dengan tim perekayasa Pusat Teknologi Agroindustri – BPPT yang telah bekerja keras menghasilkan paten bersama dan mewujudkan inovasi kapsul rumput laut, hingga dapat diproduksi secara massal pada skala komersial,” ujarnya.
Hammam lantas berharap agar inovasi BPPT lainnya dapat segera dimanfaatkan oleh industri, guna peningkatan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), serta mewujudkan industri lokal yang berdaya saing tinggi.
“Semoga wujud sinergi yang baik antara BPPT, sebagai lembaga Pemerintah, dengan mitra industri seperti ini, semakin banyak tercipta,” pungkasnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), yang diolah Kementerian Perindustrian, total impor gelatin Indonesia sepanjang 2012—2016 cenderung mengalami tren kenaikan. Pada 2012 total impor gelatin mencapai 62.044 ton, 2013 sebanyak 66.738 ton, 2014 sejumlah 78.476 ton, 2015 sebanyak 73.044 ton, dan 2016 sejumlah 80.316 ton.
Cangkang Kapsul Rumput Laut
Kapsul rumput laut merupakan hasil inovasi yang pada awalnya dikembangkan di laboratorium oleh para perekayasa Pusat Teknologi Agroindustri – BPPT, kemudian dikerjasamakan dengan mitra industri yaitu PT Kapsulindo Nusantara dan dikembangkan lebih lanjut disesuikan dengan mesin produksi yang sebelumnya digunakan untuk produksi kapsul gelatin sehingga hari ini siap untuk diproduksi secara komersial oleh PT Kapsulindo Nusantara.
Kapsul berbahan baku utama dari karagenan yaitu ekstrak rumput laut jenis Eucheuma cotonii yang tumbuh subur di perairan tropis speperti Indonesia. Saat ini Indonesia merpakan negara produsen rumput laut terbesar sedunia, akan tetapi sebagian besar diekspor dalam bentuk bahan mentah. Sebagian sudah diolah di dalam negeri dalam bentuk agar dan semi refine carageenan. Sedangkan produksi dalam bentuk refine carageenan masih sedikit.
Pengolahan hasil rumput laut menjadi produk aplikatif seperti halnya kapsul rumput laut ini merupakan upaya agar semakin banyak produk aplikatif diproduksi di dalam negeri sehingga nilai tambahnya dinikmati di dalam negeri.
Dampaknya (impact) diharapkan meningkatkan perekonomian di dalam negeri. Pada tahap awal konkritnya akan memberi kemudahan produsen karagenan Indonesia untuk memasarkan produknys yakni memasok kebutuhan bahan baku untuk produksi kapsul rumput laut.
Kapsul rumput laut merupakan produk nabati sehingga dapat mengisi segmen pasar vegetarian. Permintaan produk vegetarian dunia cenderung terus meningkat seiring dengan semakin berkembangnya pola hidup sehat atau terkenal dengan istilah vegan.
Sedangkan khusus untuk produk kapsul vegetarian, sebuah lembaga riset pasar (Zion Market Research) menyatakan nilai pasar kapsul vegetarian global tahun 2016 sebesar US$ 278,16 juta dan diprediksi meningkat menjadi US$ 509,13 juta pada tahun 2022 atau tumbuh sekitar 10,6% antara 2017 – 2022.
Selain dari perubahan pola hidup masyarakat dunia, segmen pasar konsumen vegetarian telah ada sejak jaman dahulu yakni masyarakat penganut agama atau kepercayaan Hindu, Budha, Taoisme, Baha’í, Sikh, dan Jainisme yang dari dahulu memang tidak mengonsumsi produk hewani, tidak mengkonsumsi kapsul gelatin. Populasi ini mencapai 70% di India dan juga tersebar di negara-negara Asia termasuk Indonesia. Ini merupakan segmen pasar yang bisa dimasuki produk kapsul rumput laut baik untuk pasar domestik maupun ekspor, paling tidak Asia.
Sebagai produk pasar khusus kapsul vegetarian mempunyai harga lebih tinggi, sekitar tiga kali lipat harga kapsul gelatin. Harga yang tinggi ini menjadi satu kelebihan sendiri bagi kapsul rumput laut. Disamping itu sebagai produk berbahan dari ekstrak tanaman rumput laut, kapsul rumput laut akan semakin menambah persediaan produk bahan alam halal di masyarakat. (red/ju)