Jakarta, Biskom- Fortinet yang mendukung visi dari Presiden Joko Widodo untuk fokus pada pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia merasa perlu untuk ikut memiliki andil, terutama dalam pengembangan SDM pada bidang teknologi khususnya keamanan siber. Salah satu cara yang Fortinet tempuh adalah dengan menyediakan beberapa fasilitas untuk mengedukasi masyarakat tentang keamanan siber.
“Fasilitas ini bertujuan untuk membantu tingkatkan kualitas SDM Indonesia pada bidang keamanan siber. Nantinya fasilitas bisa dimanfaatkan oleh partner-partner Fortinet untuk memahami lebih dalam tentang keamanan siber. Tidak hanya partner, fasilitas ini juga terbuka untuk umum seperti mahasiswa yang memang memiliki ketertarikan pada keamanan siber. Bentuk edukasinya sendiri adalah regular workshop.” Jelas Edwin Lim selaku Country Manager Fortinet Indonesia.
Nantinya fasilitas tersebut akan dimanfaatkan oleh Fortinet untuk menjalankan program Fast Track, pelatihan yang dilaksanakan setiap seminggu sekali selama 3 – 4 jam untuk melatih para peserta sebelum mereka benar-benar mengikuti ujian NSE. Program ini terbuka untuk umum dan gratis.
Edwin Lim menambahkan, “Tantangan bidang IT security ke depan bakal makin krusial. Di era industri 4.0, bakal makin banyak perangkat digital, mesin dan sejensinya yang terhubung ke cloud dan internet. Di sisi lain, tentu ini juga memicu cyberthreat (ancaman cyber) yang bakal makin canggih. Hal ini sduah pasti menuntut organisasi, lembaga atau perusahaan, lebih aware untuk memikirkan bagaimana strategi keamanan mereka secara lebih cermat dan tepat dalam menghadapinya, termasuk dengan menyiapkan tenaga SDM yang bisa diandalkan.”
Dalam kesempatan itu Manager Systems Engineering Fortinet Indonesia , Kurniawan Darmanto mengatakan, untuk tahap awal, informasi mengenai program pelatihan ini akan dibuka dan disebarlauskan melalui website dan melalui email undangan. Namun demikian, bagi masyarakat yang ingin mengikuti program pelatihan ini, juga bisa langsung menggubungi kantor Fortinet.
Tidak ada syarat khusus bagi yang ikut menjadi peserta, namun tentu lebih diarahkan bagi mereka yang memiliki minat IT security dan telah memiliki pengetahuan dan keahlian dasar di bidang jaringan komputer. Meski demikian, bagi mereka yang sama sekali belum memiliki pengetahuan dan keahlian dasar di bidang tersebut dan tetap ingin mengikuti training Fast Track ini, tetap diperbolehkan.
Pada kersempatan itu, Peerapong Jongvibool juga melakukan sharing tentang peran dan upaya Fortinet secara global di bidang keamanan cyber. Fortinet antara lain pada pertemuan tahunan World Economic Forum (WEF) awal 2019, ikut menginisiasi terbentuknya Center for Cybersecurity. WEF dan Fortinet sama-sama percaya bahwa ancaman global terhadap ekonomi digital memerlukan respons global, di mana WEF mengantisipasinya dengan membentuk, Center for Cybersecurity ini. Center for Cybersecurity merupakan sebuah jaringan mitra global dari bisnis, pemerintah, organisasi internasional, akademisi, dan masyarakat sipil untuk berkolaborasi dalam menghadapi tantangan keamanan siber.
Dalam rangka membantu mengatasi kesenjangan keterampilan bidang IT Security, Fortinet juga menawarkan program pelatihan Network Security Expert (NSE) di seluruh dunia. Program sertifikasi NSE ini bertujuan memajukan calon dan profesional teknis di bidang keterampilan dengan pengetahuan menyeluruh tentang lanskap keamanan siber saat ini. Dalam kaitan ini, Fortinet juga memiliki program untuk melatih para pendidik dan siswa melalui Fortinet Network Security Academy (FNSA) untuk membantu mendidik, melatih, dan mempersiapkan generasi ahli cybersecurity tahap lanjut. “Tahun ini secara global untuk NSE program kami targetkan bisa menyasar peserta sebanyak 300.000 dari berbagai negara,” ujarnya.
Ditambahkan, ke depan diperlukan inisiatif untuk memastikan keamanan dan keandalan bagi infrastruktur penting atau (critical infrastructure) yang sangat memiliki peran besar bagi kehidupan masyarakat luas. Seperti keamanan untuk ketersediaan layanan penting, seperti energi listrik, air, transportasi dan lainnya yang penting bagi masyarakat. “Infrastruktur ini untuk operasionalnya sudah banyak menggunakan teknologi yang disebut “Teknologi Operasional (OT)” dengan internet dan sistem otomatisasi yang juga rawan dari sasaran penjahat cyber. Makanya aspek securitynya juga harus dijaga dengan baik,” ujarnya. (red)