Jakarta, Biskom- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan penyerahan produk kegiatan hasil survei batimetri landas kontinen Indonesia di utara Papua tahun 2019 kepada Badan Informasi Geospasial (BIG) pada Selasa (29/10) di Hotel Sahid Jakarta.
BPPT bekerja sama dengan BIG dalam kegiatan survei Lintas Kontinen Indonesia (LKI) yang menggunakan Kapal Riset (KR) Baruna Jaya yang dilepas di Tanjung Priok, Jakut pada (10/4). Tujuan survei batimetri multibeam untuk memperoleh gambaran morfologi dasar laut dalam menentukan titik-titik Foot of Slope (FOS) terkait delimitasi batas terluar LKI diperairan Utara Papua.
Dalam sambutannya, Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan bahwa penandatanganan kontrak kerja sama swakelola PNBP BPPT terkait survei LKI itu telah disepakati pada 18 Maret 2019. Kontrak kerja sama melibatkan Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT serta Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai dari BIG.
“Survei tersebut dilakukan menggunakan wahana KR Baruna Jaya I BPPT dengan tujuan melakukan survei batimetri multibeam untuk mendapatkan gambaran morfologi dasar laut area survei,” ujar Hammam didampingi Kepala BIG Hasanuddin Z Abidin.
Selain untuk melakukan verifikasi data-data dokumen submisi Ekstensi LKI yang sudah ada, hasil survei tersebut akan dimanfaatkan pula untuk delimitasi batas terluar LKI di perairan bagian Utara pulau itu. “Itu nantinya digunakan untuk penentuan titik-titik FOS dalam rangka delimitasi batas terluar LKI di perairan utara Papua,” jelas Hammam.
Menurut Hammam, pelaksanaan Survei Batimetri LKI ini, merupakan peran Difusi Teknologi dari Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT melalui pemberian layanan jasa teknologi survei kelautan. Apalagi, BPPT selalu mengimplementasikan 7 peran strategisnya yakni Perekayasaan, Kliring Teknologi, Audit Teknologi, Alih Teknologi, Intermediasi Teknologi, Difusi Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Serta Komersialisasi Teknologi.
Sementara itu, dalam upaya pemberian layanan jasa teknologi survei kelautan ini, BPPT telah melakukan revitalisasi wahana KR Baruna Jaya I, II, III, dan IV secara menyeluruh sejak 2017 lalu untuk memenuhi kelayakan IMO dan SOLAS. Bahkan melakukan revitalisasi pada peralatan survei hidro-oseanografi, geologi, geofisika, geodesi, serta peralatan untuk kegiatan perikanan laut dan meteorologi.
Hammam pun menyebut bahwa satu diantara begitu banyak peralatan yang direvitalisasi BPPT adalah system Multibeam Echosounder Teledyne Hydrosweep DS yang digunakan BPPT dalam kegiatan survei LKI ini. Salah satu peralatan tersebut adalah system Multibeam Echosounder Teledyne Hydrosweep DS, yakni untuk survei dan pemetaan Laut Dalam yang kemampuannya mencapai kedalaman 11.000 m.
Dipaparkan, peralatan satu ini membantu KR Baruna Jaya I dalam memperoleh model 3D morfologi dasar laut perairan di Utara Papua. Dengan system multibeam echosounder tersebut, KR Baruna Jaya I berhasil mendapatkan model 3D morfologi dasar laut perairan di Utara Papua, yang selanjutnya dapat digunakan sebagai data primer untuk mendukung dokumen submisi Ekstensi LKI.. System multibeam ini juga memiliki kegunaan lainnya dalam mendukung program riset, pengembangan, inovasi, pembangunan infrastruktur kemaritiman nasional serta program nasional lainnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BIG Hasanuddin Z Abidin mengatakan pelaksanaan survey Hidrografi di wilayah Utara Papua untuk penentuan FOS dan membuktikan adanya jembatan (sadle) yang menghubungkan dataran Papua dengan Euripik rise. “Dalam kegiatan ini, kami menggunakan kapal Baruna Jaya 4 dan peralatan survey Hidrografi untuk keperluan akusisi data batimetri, personil pelaksana survey, pengolahan data yang digunakan dalam analisis penentuan foot of slope,” jelasnya. (red/ju)