Data Forbes 100 tidak memunculkan lagi perusahaan minyak pada posisi teratas sekarang, tapi perusahaan yang menggunakan teknologi yang mengesernya

Indonesia sedang memasuki era industri 4.0 seperti artificial intelligence/AI (kecerdasan buatan) dan internet of things (IoT). Implementasi ini diharapkan meningkatkan daya saing tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri.

“Apabila suatu perusahaan tidak menerapkan artificial intelligence sekarang, maka kemajuan perusahaan ini akan tertinggal dengan perusahaan lainnya,” kata Rudy Rusdiah, Ketua Umum (Ketum) Asosiasi Big Data and AI (ABDI) dalam sambutan ‘Data Gov AI Summit, Expo, dan Award 2019’ pada Rabu (6/11/2019).

Keberadaan AI berdampak persaingan bisnis pada industri apapun seperti perbankan dengan perusahan teknologi finansial (tekfin), perusahaan transportasi publik dengan perusahaan aplikasi transportasi, dan perusahaan perjalanan wisata dengan perusahaan aplikasi perjalanan wisata.

“Perusahaan yang menjalankan bisnis secara konvensional akan terganggu dengan perusahaan baru yang menerapkan AI,” ujarnya.

Walaupun demikian, pekerja tidak perlu khawatir, papar Rudy, dengan perusahaan tempat bekerjanya yang menerapkan AI. Karena, implementasi ini akan memunculkan jenis dan jumlah pekerjaan baru.

“Bahkan, penerapan AI akan meningkatkan kemampuan pekerja suatu perusahaan,” jelasnya.

Dari peningkatan kemampuan pekerja akan mendorong kenaikan kinerja perusahaan. Kondisi ini juga menghasilkan perusahaan yang beroperasional secara efektif dan efisien.

“Data Forbes 100 tidak memunculkan lagi perusahaan minyak pada posisi teratas sekarang, tapi perusahaan yang menggunakan teknologi yang mengesernya,” tandasnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut perusahaan berbasis teknologi sebagai perusahaan minyak selanjutnya atau perusahaan minyak baru. Perusahaan ini memperoleh pendapatan lebih besar dibandingkan perusahaan minyak konvensional.

Sugito, Direktur Utama (Dirut) PT BCA Finance, mengemukakan untuk menentukan target perusahaan tidak dapat dilakukan lagi dengan asumsi-asumsi saja pada saat sekarang. Begitupula guna memastikan teknologi yang mendukung bisnis tidak bisa dlakukan dengan langkah serupa. “Kami melakukan ini dengan ‘data driven’,” paparnya.

Dari data ini diketahui keberadaan cabang tetap disediakan perusahaan, meskipun sebagian besar masyarakat telah memiliki ponsel cerdas. Karena, tindakan bergerak baru dilakukan sebagian kecil masyarakat saja. “Sebagian besar nasabah di perkotaan sudah jarang datang ke cabang yang ada,” tuturnya.

BCA Finance terus mendorong nasabah menggunakan teknologi bergerak untuk memperoleh layanannya. Karena, langkah ini tidak hanya menguntungkan perusahaan, tetapi nasabah meraih hal yang sama.

Untuk memanfaatkan data yang dipunyai BCA Finance secara maksimal, maka perusahaan ini menjalankan ekosistemnya berbagai industri dan sesama sister company dalam satu induk perusahaan.

Kebijakan tersebut ditempuh dengan Application Programming Interface (API) yang memudahkan sekaligus mempercepat pertukaran informasi dan proses bisnis antarperusahaan. “Dengan pemakaian API pengajuan kredit kendaraan bermotor hanya satu hari saja, bahkan satu jam,” jelas Sugito.

Penggunaan analisa data dari big data dapat mengetahui kebutuhan nasabah sekaligus kapan itu ditawarkan kepadanya. Begitupula apakah layanan yang diberikan telah memenuhi keinginan nasabah. “Jadi layanan yang diberikan ke nasabah semakin baik,” lanjutnya.

Daya Saing

Pada kesempatan yang sama Kaspal Situmorang, Executive Vice President (EVP) Digital Center of Excellent PT Bank Rakyat Indonesia/BRI (Persero) Tbk mengemukakan kepemilikan big data diklaim sebagai kelebihan bank ini dibandingkan perusahaan sejenis di Tanah Air.

Informasi ini diperoleh BRI dari riset intensif secara nasional pada 2017. “Jika kita mampu meng-organize data ini, Insya Allah bisa menjadi berkah dan rahmat bagi bangsa Indonesia,” tegasnya.

Dari keunggulan tadi diimplementasikan risk management big data tools oleh BRI, lanjut Kaspal, pada tahun yang sama. Hal ini menciptakan ‘Best Credit Scoring in Asean’, ‘fraud detection in Asean’, dan ‘Assessment Services in Asean’. “Kenapa Asean, karena sebesar 48% populasi Asean ada di Indonesia dan dari angka itu 60% berputar di BRI,” tuturnya.

Penerapan big data juga akan dimanfaatkan untuk masuk era ‘Open Banking’ yang telah dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Adopsi Open Banking memberikan pengaruh bagi berbagai industri di kedua negara tersebut.

“Khusus di Indonesia akan dapat memecahkan persoalan ultra mikro dan mikro,” jelas Kaspal.

Platform E-Sport

Kepemilikan big data juga diungkapkan Shinta Danu Wardoyo, Founder dan Chief Executive Office (CEO) PT Bubu Kreasi Perdana (BubuCom), oleh beberapa perusahaan rintisan yang tergolong unicorn seperti Gojek. Bahkan, perusahaan ini telah naik kelas menjadi decacorn. “Untuk mengelola data ini diperlukan suatu perangkat oleh perusahaan,” paparnya.

Untuk mengelola big data di Indonesia menghadapi berbagai tantangan seperti jumlah tenaga ahli yang terbatas yakni programmer, analis data, pengembang dan data scientist. Kondisi ini tidak hanya dari sisi jumlahnya, tetapi kemampuan yang tinggi.

Sekedar informasi, Bubu Kreasi Perdana merupakan perusahaan yang membina perusahaan perintis secara daring. Perusahaan ini juga mencarikan kebutuhan dana bagi perusahaan perintis. “Mereka meminta masukan apakah bisnis yang dijalankannya sudah sesuai kebutuhan,” ucapnya.

Dengan begitu Bubu menghimpun data berbagai perusahaan perintis di Tanah Air. Kemudian, ini dipetakan sesuai kebutuhan mereka masing-masing dalam suatu platform yang bisa dihubungkan dengan pihak yang berkepentingan.

Platform khusus bagi electronics sport juga sedang dibangun Bubu lantaran bisnis ini sedang berkembang di Tanah Air yang dijalankan perusahaan perintis. Sebanyak delapan juta gamers di Indonesia yang terdiri dari 56% laki-laki dan sisanya perempuan.

“Ada gamers anak-anak yang spending uang sampai Rp10 untuk asesoris seperti baju dan permainan seperti senjata,” jelas Shinta.

Keamanan Data

Pada sisi lain BRI mengklaim telah mengamankan infrastrukur big data dengan meraih ISO 270001. Langkah ini dapat menjamin keamanan bagi nasabah.

Implementasi AI harus disertai dengan adopsi keamanan siber yang mumpuni guna menghindari pencurian data yang dipakai untuk penerapan AI. Jika pencurian data terjadi pada suatu perusahaan oleh pesaingnya, maka ini akan bisa menimbulkan rahasia keunggulannya.

Deputi III Bidang Penanggulangan dan Pemulihan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Mayjen TNI Yoseph Puguh Eka Setiawan hadir pada Pembukaan Data Gov AI Summit, Expo, dan Award 2019’.

Dia datang ke acara ini mewakili sekaligus membacakan sambutan Kepala BSSN Letjen TNI (Purna) Hinsa Subrian. Big data (data raksasa) disebutkannya sebagai salahsatu unsur yang dipakai dalam penerapan AI harus dikelola dengan baik dengan prinsip-prinsip oleh suatu organisasi pemerintah atau swasta.

“Tata kelola data penting dan strategis bagi suatu organisasi untuk mencegah kasus pencurian data yang dapat merugikan organisasi,” tegasnya.

Organisasi bisnis yang dinilai memunyai big data besar seperti perusahaan telekomunikasi, perusahaan perbankan, dan perusahaan asuransi.

Potensi ancaman keamanan data semakin besar dan tidak mengenal waktu dan batas negara. Jadi, adopsi keamanan data harus dipertimbangan suatu organisasi sejak awal dalam perencanaan dan pembangunan sistem teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Untuk menjamin keamanan siber nasional terhadap data dan informasi yang dipunyai organisasi pemerintah dan swasta nasional diimplementasikan oleh BSSN berupa sertifikat elektronik.

Aplikasi ini merupakan pengembangan teknologi kriptologi yang dipakai oleh Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) sebagai cikal bakal BSSN. “Implementasi ini diiringi dengan pelaksanaan Kebijakan Keamanan Nasional 2020-2024,” tukas Hinsa.

Dengan perkembangan pemakain big data mendorong Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nabile Makarin merencanakan sistem pendidikan nasional akan memberikan peserta didiknya kepada tiga pelajaran utama. Pelajaran-pelajaran yang dimaksud adalah statistik, pemograman, dan bahasa Inggris. (moc)