Jakarta, Biskom- PT Sentral Mitra Informatika Tbk (SMI) mengumumkan kemitraan strategis dengan Ultimaker, pemain penting 3D printing global. Kemitraan menunjukkan komitmen Ultimaker untuk berekspansi ke Indonesia, memberikan customer enterprise akses yang lebih cepat untuk solusi 3D printing.

Direktur Utama SMI Josephine Handayani Hidajat mengatakan, sebagai perusahaan TI yang terdepan selama satu dekade, kemitraan strategis dengan Ultimaker menambah misi untuk memperkuat customer enterprise dalam transformasi digital mereka.

“Ultimaker salah satu pemimpin 3D printing, produk, dan solusi yang superior. Kami melihat sinergi dalam kemitraan ini dengan saling mengisi keahlian masing-masing dan kemampuan untuk membangun diatas pengalaman masing masing,” ujar Josephine  di  CGV Pasific Place, Jakarta, Rabu (6/11).

Pada kesempatan ini, SMI meluncurkan dua produk 3D printer terbaru Ultimaker, yakni S5 dan S3. Kedua produk ini dirilis untuk menyongsong era industri 4.0 serta memenuhi kebutuhan para pelaku industri dan pengadopsi 3D printer pemula di Indonesia.

Vice President of Ultimaker Asia Pasific Benjamin Tan menerangkan, Indonesia merupakan pasar kunci perusahaan di Asia Pasifik. Perusahaan Indonesia bisa memanfaatkan kemajuan teknologi seperti 3D printing untuk merekayasa ulang model bisnis.

Dia menerangkan Ultimaker S3 dirancang untuk perusahaan pemula yang ingin memiliki printer 3D dengan pengaplikasian yang mudah. Sementara itu, Ultimaker S5 mengunggulkan aspek daya tahan. Tan mengklaim printer ini bisa beroperasi 26 hari berturut-turut tanpa henti.

“Dua printer ini memberdayakan perusahaan untuk mencetak aplikasi tanpa batas apakah itu alat produksi, suku cadang yang digunakan atau prototipe fungsional sesuai permintaan, kapan saja, di mana saja,” ujar Tan.

Untuk mencetak objek 3D, dia menerangkan, Ultimaker S5 mampu menampung hingga enam filamen dengan material beragam, mulai dari padat, seperti fiber, baja, kaca, dan sebagainya hingga fleksibel. Adapun Ultimaker S3 hanya bisa menampung dua filamen dan belum bisa memproses material berbahan super padat. Selain kapasitas dan filamen, dimensi kedua printer juga berbeda. Ultimaker S3 ukurannya lebih kecil dibandingkan S5, sehingga volume benda yang bisa dicetak pun lebih kecil.

Kedua 3D printer, kata dia, sama-sama memiliki layar sentuh mungil di bagian depannya yang bisa dimanfaatkan untuk pengoperasian printer dah menampilkan durasi berikut status pencetakan. Soal harga, 3D printer Ultimaker S5 dijual dengan bundling bersama komponen pembuangan udara serta penampung filamen dan sudah bisa dibeli melalui SMI dengan harga Rp 175 juta.

Sementara itu, Ultimaker S3 dibanderol dengan harga Rp 81 juta. Adapun beragam bahan filamen bisa didapatkan secara terpisah di marketplace yang bisa diakses melalui software 3D printer itu sendiri, Ultimaker Cura. (red/ju)