Jakarta, Biskom- Global Channel Resources (GCR), perusahaan IT berbasis e-Commerce dengan fokus B2B (Business to Bussines) yang bergerak di sektor teknologi Internet of Things (IoT) mengungkapkan GCR sangat fokus mengembangkan bisnisnya di Indonesia, menyusul pasar Indonesia memiliki potensi besar di Asia.
Tony Tsao (Chairman GCR) mengatakan Indonesia memiliki pasar yang besar, terlihat dari jumlah populasinya. GCR pun memilih Indonesia sebagai salah pusat bisnisnya selain Singapura, Taiwan, India, China, Malaysia dan Australia. “Kami akan terus mengembangkan bisnis dan menggali potensi IoT di Indonesia tahun depan,” katanya di Jakarta, Jumat (6/12).
Tahun ini, GCR telah melakukan beberapa hal penting seperti melakukan smart education yaitu menggandeng beberapa universitas dan SMK di RI untuk melatih siswanya untuk membuat perangkat IoT seperti sensor air, banjir dll. Bahkan, GCR pun akan mempromosikan perangkat IoT buatan anak bangsa ke luar negeri. “Kami memiliki ekosistem yang bagus di India. Kesuksesan itu akan kami tularkan ke Indonesia dengan cara melokalisasi dan menciptakan ekosistem IoT di Indonesia,” ucapnya.
Tak hanya itu, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian RI menggandeng GCR Indonesia untuk mempromosikan perkembangan teknologi IoT Indonesia di ajang konferensi IoT di Taiwan. Harapannya, ada beberapa investor yang tertarik menanamkan investasinya di sektor IoT di Indonesia.
Tahun Depan, GCR Indonesia akan mengandalkan tiga amunisi yaitu smart education, smart retail dan smart manufacturing. Smart education, GCR Indonesia akan terus menggandeng universitas dan SMK untuk membuat sensor IoT. “Cara ini akan menciptakan ekosistem dan meningkatkan kualitas SDM Indonesia di Iot,” ujarnya.
Country Manager GCR Indonesia Andi Tanudiredja melihat penurunan pasar ritel di Indonesia dalah peluang emas GCR untuk menawarkan solusi smart retail yang terbukti dapat meningkatkan keuntungan toko ritel itu sendiri. “Ketika banyak toko ritel yang tutup, solusi ini dapat membantu pengusaha ritel untuk kembali meningkatkan omset mereka. Solusi ini membantu para pengusaha ritel dalam pengambilan keputusan,” ucapnya.
Solusi smart retail terdiri dari kamera, sensor dan aplikasi software yang akan membaca perilaku pelanggan yang datang ke toko Anda. Solusi itu dapat memberikan informasi jenis kelamin, umur, rak mana saja yang menarik perhatian pengunjung. “Solusi ini dapat membaca pelanggan lebih banyak datangi rak barang yang mana saja dan rak mana saja yang sepi. Jadi para pemilik toko dapat menyiasati rak-rak yang sepi itu dengan cara baru yang menarik pelanggan,” ujarnya.
Tak hanya itu, solusi smart retail juga dapat menghitung berapa banyak pelanggan yang datang ke toko Anda setiap harinya sehingga pemilik toko retail dapat memperhitungkan berapa banyak pramuniaga yang hadir. “Solusi dapat memberikan Anda keputusan yang tepat berapa banyak pramuniaga yang disiapkan. Misal, jika hari-hari sepi, Anda bisa menggunakan sedikit pramuniaga dan ini dapat menghemat gaji pegawai,” katanya.
Terakhir, smart manufacturing. GCR Indonesia memiliki banyak sensor-sensor IoT yang sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda terutama di sektor manufaktur. Sensor-sensor IoT di industri manufaktur umumnya berbentuk tracking atau melacak. Kasus terkecil, GCR Indonesia memiliki sensor yang dapat mendeteksi tong-tong sampah di pabrik Anda, dimana posisinya, berapa banyak jumlah sampah dan kapan sampah itu harus diambil.
Andi mengatakan salah satu tantangan implementasi IoT di Indonesia adalah kecepatan teknologi. Indonesia sangat lambat mengadopsi teknologi baru. Contoh kasus, jaringan 5G. Jaringan 5G memiliki peran besar dalam menghubungan perangkat IoT lantaran menawarkan kecepatan tingkat tinggi. Ironisnya, pemerintah Indonesia tidak ingin terburu-buru mengadopsi 5G di Indonesia.
Rencananya, pemerintah baru menggelar frekuensi 5G pada 2022. Padahal, China dan Korea Selatan telah mengimplementasikan 5G tahun ini. “Teknologi itu perkembangannya cepat sekali di Indonesia. 2022 bukan lagi 5G, bisa saja 6G,” ujarnya. (red)