Jakarta, Biskom – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) pada 2020 akan terjadi 1-2 kali yang mencapai 2,5 persen-3 persen.

Hal tersebut diungkapkan oleh Head of Economy Research Pefindo Fikri C Permana. Menurutnya, ada dua alasan hal itu dapat terjadi.

Pertama, aliran modal yang masih negatif dibandingkan dengan negara-negara besar lainnya. Adanya suku bunga acuan dapat mendorong penguatan arus masuk modal domestik dalam bentuk real return.

“Yang kita lihat dari the Fed yang punya 1,75 persen real return dan inflasinya 2 persen. Bandingkan Indonesia yang punya 2 persen-2,5 persen real return, inflasi kita 3 persen, dan kita punya suku bunga acuan sekitar 5 persen, artinya kalau real return negatif, harusnya kita masih bisa untuk menurunkan suku bunga acuan kita bahkan ke angka 2,5 persen-3 persen,” kata Fikri di Jakarta, Jumat (20/12/2019).

Kedua, kredit stagnan. Dengan adanya penurunan suku bunga acuan, kredit diharapkan dapat meningkat.

“Ditambah kredit kita yang masih stagnan, makanya kita masih bisa berasumsi bahwa mungkin BI akan memilih kebijakan akomodatif dengan pertumbuhan kita yang sepertinya masih stagnan, dan untuk mendorong hal tersebut dari sisi moneter caranya dengan menurunkan suku bunga acuan,” tambahnya.

Namun, tentunya penurunan suku bunga acuan ini perlu diiringi oleh kebijakan akomodatif lainnya. Hal ini karena jika tidak diseimbangkan, akan berdampak negatif pada aliran modal di Indonesia.

“Kita bisa berasumsi bahwa harusnya sweeter-nya jika yang lain sudah mulai turun, harusnya sweeter kita juga bisa diturunkan lagi dong,” jelasnya.

“Jika tidak tentunya, hal itu akan berdampak negatif kepada flow dari kapital di Indonesia dan kita tahu domestik savings kita belum sekuat AS atau negara maju lainya, sehingga kita perlu sweetener untuk mendorong capital flow masuk ke Indonesia,” tegasnya.

Selain itu, tahun 2020 menjadi peluang lebih besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi seiring risiko domestik yang lebih turun dari 2019.

Kendati demikian, risalah Rapat Komite Terbuka Federal (FOMC) yang terakhir mengindikasikan bank sentral AS, The Fed, juga akan menahan suku bunga. Kebijakan The Fed sebenarnya selalu menjadi acuan bank sentral negara berkembang lainnya. (Red/ foto Dadang Subur)