Jakarta, Biskom- Banjir yang melanda wilayah Jabodetabek selama nyaris sepekan ini menyebabkan kerugian bagi masyarakat, satu diantaranya munculnya permasalahan kesehatan. Sebagai lembaga pemerintah yang berfokus pada bidang kaji-terap teknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan memanfaatkan inovasinya untuk membantu masyarakat yang dilanda banjir ini.
BPPT mengerakan 3 unit armada Air Siap Minum (Arsinum) Mobile untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang kini tengah mengungsi, khususnya di wilayah Lebak, Banten yang juga terdampak banjir.
Perlu diketahui, Arsinum ini merupakan teknologi tanggap darurat bencana yang mampu beroperasi dalam memenuhi kebutuhan air bersih warga yang terpapar bencana. Tentunya teknologi satu ini pun dapat dimanfaatkan untuk masyarakat yang terkena musibah yang melanda Jakarta dan sekitarnya sejak awal 2020 ini.
Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan bahwa teknologi ini merupakan solusi dalam upaya pemenuhan kebutuhan para pengungsi yang kekurangan stok air bersih. “Arsinum Mobile ini adalah jawaban sekaligus solusi bagi masyarakat yang terdampak banjir, mereka bisa menggunakan teknologi ini untuk memenuhi kebutuhan mereka akan air bersih,” ujar Hammam, di Puspiptek Serpong, Tangsel, Senin (6/1).
Hammam tidak memungkiri bahwa kebutuhan terhadap air bersih menjadi hal yang sangat krusial demi menjaga kesehatan para pengungsi. Karena masalah krisis air bersih ini adalah hal yang biasa dialami korban banjir dan bisa berdampak pada menurunnya daya tahan tubuh mereka dalam menghadapi berbagai penyakit.
“Kita tahu saat dilanda bencana, tentunya faktor kebersihan menjadi hal yang sangat penting karena bisa berdampak pada kesehatan. Maka BPPT menawarkan Arsinum sebagai solusi air bersih bagi mereka selama mengungsi,” kata Hammam.
Arsinum Mobile dirancang khusus untuk memiliki ketangguhan dan mampu menjangkau daerah terdampak bencana yang sulit memperoleh sumber air bersih.Bahkan teknologi Arsinum dapat memproduksi air sebanyak 5.000 liter per hari dan air yang dihasilkan ini siap untuk dikonsumsi tanpa harus dimasak terlebih dahulu.
Hammam kemudian menuturkan, meskipun ditempatkan di daerah yang tidak memiliki sumber listrik, Arsinum Mobile ini tetap mampu beroperasi. “Nah keunggulannya, karena dilengkapi tenaga surya, Arsinum Mobile ini tetap dapat beroperasi walaupun dia ditempatkan di lokasi yang tidak ada sumber listriknya,” jelas Hammam.
Air olahan ini juga telah memenuhi standar air minum berdasarkan Permenkes Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990, sehingga aman untuk dikonsumsi. “Teknologi ini sangat praktis, tidak butuh listrik, mampu memproduksi hingga 5.000 liter air per harinya, dan tidak perlu dimasak lagi, Arsinum Mobile ini terjamin dan memenuhi standar, jadi aman diminum,” papar Hammam.
Lebih lanjut Hammam berharap agar Arsinum Mobile bisa benar-benar memenuhi kebutuhan para pengungsi di wilayah Lebak, Banten. “Semoga teknologi Arsinum ini bisa dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat Lebak yang kini mulai menghadapi krisis air bersih,” pungkas Hammam.
BISKUNEO, Solusi Pangan Darurat Bencana
Selain menurunkan 3 unit armada Air Siap Minum (Arsinum), untuk para korban banjir, BPPT juga mengirimkan bantuan pangan berupa Biskuneo yang merupakan inovasi pangan darurat bencana yang diyakini mampu memenuhi pasokan makanan untuk para korban banjir. Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan bahwa mengkonsumsi 1 bungkus Biskuneo setara dengan mengkonsumsi seporsi nasi.
Sehingga diharapkan inovasi ini mampu menghadirkan solusi krisis makanan yang biasa terjadi pada situasi darurat bencana. “Biskuneo ini mengandung 480 Kkal/100g dalam satu bungkusnya, mengkonsumsi sebungkus Biskuneo sama seperti satu kali makan sebungkus nasi, jadi ini tentunya akan mengenyangkan,” kata Hammam.
Hammam menyebut bahwa inovasi pangan satu ini sengaja dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan makanan pada kondisi darurat seperti saat ini. Karena biskuit satu ini memiliki kandungan protein di dalamnya dan tentunya sangat baik untuk menjaga kesehatsn tubuh.
“Biskuneo yang dirancang khusus untuk keadaan darurat ini mengandung unsur penting seperti protein untuk membantu menjaga kekebalan tubuh. Jadi ini cocok bagi korban bencana alam karena dapat mencukupi kebutuhan harian mereka,” jelas Hammam.
Terbuat dari bahan baku lokal berupa tepung ubi kayu, ubi jalar, jagung, tempe serta gula, tentunya Biskuneo telah mengandung nutrisi yang lengkap dan energi yang tinggi.
Hammam pun berharap inovasi pangan ini dapat memenuhi kebutuhan makanan para pengungsi di Lebak, Banten agar menjadi subtitusi kebutuhan logistik seperti mie instan dan nasi bungkus yang biasa dikonsumsi masyarakat yang berada di pengungsian. “Semoga Biskuneo ini bermanfaat sebagai subtitusi untuk pengganti mie instan, dan melengkapi makanan lainnya seperti nasi,” pungkas Hammam. (red)