Jakarta, BISKOM – PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menargetkan bisa segera memproduksi secara massal pesawat N 219 dan mulai pengiriman pesawat pada 2022-2023. Direktur Utama PTDI Elfien Goentoro mengatakan saat ini, persiapan produksi ada dalam tahap menyelesaikan proses sertifikasi pesawat. “Rencana setelah tc (type certificate) di pertengahan tahun ini. Ya kita kearah persiapan kearah produksi. Mudahan mudahan kita harus bisa tetap sesuatu schedule,” ujar Elfien belum lama ini.
Elfien mengatakan produksi massal pesawat tersebut akan dilakukan secara bertahap. Hal ini dilakukan agar kualitas dari pesawat yang dihasilkan sesuai dengan diharapkan. “Produksi massal targetnya bertahap, dari mulai 4 kita delivery pasti 2 dulu. Setelah itu 12 dan bergerak mengikuti pasar, saya kira sangat besar untuk Indonesia bisa sampai 36 per tahun,” jelasnya.
Terkait dengan skema pembiayaan produksi pesawat N 219 ini pihaknya terbuka bagi investor yang ingin menanam modal. Sebab anggaran pemerintah difokuskan hanya untuk pengembangan. “Nah untuk bisnis produksi massal kita harus cari investor, dan itu terbuka baik swasta atau swasta luar negeri. Jadi memang kita membuat SVP yang terpisah, dan itu kita jajaki beberapa perusahaan yang memungkinkan untuk itu. Jadi tidak berbatas dari anggaran pemerintah,” ujar Elfien.
Sehubungan dengan pembiayaan, Kementerian Pertahanan, BPPT, LAPAN, PTDI dan PT LEN Industi Persero akan melakukan sinergitas dengan membentuk konsorsium pengembangan pesawat N 219 dan Puma Male. Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto mengungkapkan bahwa program pengembangan pesawat N 219 dan Puma Male adalah wujud kepedulian Komisi VII terhadap teknologi hasil karya anak Indonesia.
“Komisi VII berharap alutsista ini dapat diproduksi di dalam negeri terutama inovasi teknologi yang diprakarsai BPPT. Selain itu juga diharapkan konsep Male ini mampu menjaga kedaulatan Indonesia dari ancaman yang terjadi di wilayah perbatasan baik darat, laut dan udara,” paparnya.
Elfien menuturkan hingga kini serangkaian uji coba terbang pesawat pun masih terus dilakukan untuk memastikan pesawat aman sebelum digunakan oleh masyarakat. “Kita sudah uji terbang flighter dan udah di film kan dan kita tunjukkan (di RDP) tadi. Uji terbang untuk 1 engine off juga sudah kita lakukan baik take off maupun landing yang tersulit,” katanya.
Meski terdapat kendala, hal itu bisa diatasi dengan baik oleh pesawat N 219 tersebut, sehingga saat terbang bisa stabil. “Kalau take off itu pasti harus 1 engine kan off, kalau 1 engine off itu berarti powernya ada di kanan, kalau kita tidak bisa mengimbangin dari sisi flight control dia akan berbelok. Ini tadi (N219) kan lurus berarti sesuai dan berarti itu sesuai safety,” imbuhnya.
Pesawat N 219 secara khusus diperuntukkan meningkatkan konektivitas transportasi antar pulau kecil di wilayah Indonesia diperlukan sarana transportasi yang baik sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia. (red)