Menurut Jonan, industri logistik perlu sistem teknologi informasi teknologi agar bisnis tak lesu di tengah pandemi corona.
Mantan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan industri logistik tengah lesu karena pandemi corona. Ia pun menyarankan perusahaan logistik mengembangkan sistem teknologi informasi berbasis internet of thing (IoT).
Jonan meyebut bisnis logistik bergantung pada ketersediaan angkutan transportasi. Apabila transportasi dibatasi, maka industri logistik tidak bisa berjalan.
“Saran saya, perusahaan logistik perlu mempelajari bisnisnya. Penggunaan IT di Indonesia masih sangat kurang dari berbagai sisi,” ujar Jonan dalam video conference, Jumat (17/4).
Apalagi penyebaran Covid-19 belum bisa dipastikan berhenti karena belum ada vaksinnya. Di sisi lain, konsumen membutuhkan penggunaan teknologi seperti IoT pada sektor logistik di tengah pandemi corona.
Lebih lanjut, menurut dia, teknologi IT tidak akan memberatkan industri logistik dan pelanggan. “Saya pikir biayanya pun tidak akan terlalu banyak dibandingkan fiskal transportasi yang investasinya mungkin jauh lebih besar. Dari segi biaya, fasilitas teknologi ini seharusnya tidak menjadi masalah besar,” ujar Jonan.
CEO Sigfox Indonesia Johnny Swandi Sjam menyatakan perusahaan logistik harus menggunakan teknologi agar bisa berkompetisi di tengah pandemi corona. Ia menjelaskan, penggunaan IoT pada industri logistik sangat membantu operasional.
Pasalnya, teknologi memungkinan adanya sensor yang ditempelkan pada benda yang dikirim. “Di mana pun lokasinya (sensor IoT), dia akan mentransfer sinyal posisinya mulai dari pabrik, pelabuhan, hingga negara tujuanya bisa langsung terdeteksi. Itulah keunggulannya,” ujar Swandi.
Bahkan, lanjut dia, sensor itu juga bisa mendeteksi pergeseran cuaca atau suhu tertentu di sekitar barang. Ia mengatakan sensor IoT itu juga bisa memiliki informasi yang lebih valid daripada penggunaan barcode.
Mayoritas perusahaan logistik memang masih menggunakan barcode. Sigfox merupakan perusahaan penyedia jaringan IoT yang berasal dari Perancis. Swandi mengklaim layanan IoT perusahaan tidak menggunakan baterai yang besar karena memiliki daya rendah (low power).
“Daya baterai (IoT) kami bisa tahan lama, bisa mencapai setahun sampai lima tahun,” ujar dia. Ia pun menjamin bahwa tarif yang dikenakan oleh layanannya juga lebih murah karena baterainya tahan lama.