Jakarta, Biskom- Mentari perlahan menampakan sinarnya. Awan tampak menggayut di ujung landasan. Lalu lalang segelintir orang menandai aktivitas bandara pagi itu. Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) kali ini dikerahkan di Batam yang termasuk wilayah bagian Kepulauan Riau. Posko TMC ditempatkan di area Bandara Hang Nadim, kota Batam.
Rapat rutin pagi mulai berlangsung. Seluruh data dipaparkan dan tim ambil keputusan lakukan penerbangan hari itu. Persiapan segera dilaksanakan. Sarah Firlyza bergegas memasuki kabin pilot pesawat Piper Cheyenne II PA31T milik BPPT. Beberapa menit kemudian, pesawat terbang menjelajahi angkasa menuju target awan yang akan disemai.
Tidak banyak wanita yang bercita-cita menjadi pilot dan Sarah Firlyza diantaranya yang mampu mewujudkan impiannya. Selepas menamatkan SMU, Sarah langsung memilih Akademi Pilot di Bandung (Bandung Pilot Academy). “Menjadi pilot adalah cita-cita yang terwujud,” ungkapnya.
Tidak perlu lama bagi Sarah untuk terjun langsung sebagai pilot profesional. Tawaran Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT untuk terbang melakukan penyemaian awan diterima Sarah dengan suka cita. “Tidak pernah terbayang bisa ada di posisi seperti ini bisa terbang membantu modifikasi cuaca di berbagai daerah yang membutuhkan di Indonesia,” tuturnya.
Kendati usia muda, Sarah mampu unjuk kemampuan mengendalikan burung besi. “Setelah pendidikan saya langsung bergabung bersama BPPT untuk tujuan menambah pengalaman dalam dunia penerbangan. Saat itu, usia saya masih 21 tahun,” ujarnya.
Tugas penerbangan menyemai awan tentu berbeda dengan penerbangan biasa yang mengangkut penumpang. Dalam operasi teknologi modifikasi cuaca, Sarah dituntut mampu menjelajahi awan-awan tebal untuk disemai garam mempercepat turunnya hujan.
“Setiap penerbangan bisa menyenangkan sekaligus menakutkan karena kita tidak pernah bisa menduga apa yang akan terjadi setiap penerbangan. Sampai saat ini saya belum menemukan hal menakutkan. Justru paling berkesan jika penerbangan berhasil membuat hujan sehingga membuat saya semakin bersemangat untuk terbang,” papar wanita kelahiran 21 April 1997 ini.
Kerap dalam beberapa kali operasi TMC, Sarah menjadi satu-satunya wanita dalam tim yang bertugas. Fungsi pilot menjadikan posisinya sangat penting sebagai penentu keselamatan tim yang bertugas melaksanakan penyemaian awan.
Selama berkarir, Sarah sudah mencatatkan 298 jam terbang, dan 10 jam diantaranya melakukan penerbangan malam hari. Tugas sebagai pilot utama dibukukan selama 74 jam terbang. “Untuk semua wanita di Indonesia jangan pernah merasa ada perbedaan gender di dunia penerbangan karena kita sebagai wanita juga bisa melakukannya,” pesannya. (red)