Jakarta, BISKOM – Kondisi pandemi covid-19 membuat banyak perubahan di berbagai sektor kehidupan, tak terkecuali di bidang medis. Belum lama ini Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tengah memperbaiki infrastruktur alat pelayanan medis jarak jauh atau Telemedicine agar bisa diimplementasikan di seluruh rumah sakit maupun puskesmas di Indonesia demi menyembuhkan pasien virus corona Covid-19.
Telemedicine sendiri merupakan pelayanan kesehatan jarak jauh oleh tenaga medis dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, meliputi pertukaran informasi diagnosis dan pengobatan.
“Dengan telemedicine itu secara ‘real time’ pasien akan langsung didiagnosa, kemudian hasil diagnosanya langsung dikonsultasikan secara interaktif dengan dokter di rumah sakit,” terang Direktur Teknologi Elektronika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Yudi Purwantoro pada 14 Agustus 2019 lalu.
Melalui sistem telemedicine, maka diagnosa dapat dilakukan dengan cepat sehingga tindakan awal perawatan terhadap pasien dapat segera dilakukan, karena kecepatan dan ketepatan diagnosa untuk pengobatan pasien akan sangat mempengaruhi keselamatan pasien.
Bayangkan, jika tidak ada dokter spesialis di suatu daerah, maka akan kesulitan untuk segera mendapatkan diagnosa untuk pasien yang mendapatkan serangan jantung, padahal dibutuhkan diagnosa tepat dan cepat untuk segera melakukan penanganan
“Ya alat-alatnya telemedicine memang belum begitu bagus dan banyak juga regulasi yang kurang maka mesti ditambahkan terkait pemanfaatan teknologi ini,” kata Pakar Teknologi Telemedicine dari Pusat Teknologi Elektronika BPPT, Pratondo Busono beberapa waktu lalu.
Pratondo pun memaparkan infrastruktur yang sedang dikejar untuk membuat Telemedicine seperti memanfaatkan cloud server, EMR, PACS, dan Video Conference Server. Lalu BPPT juga menggunakan teknologi Goy-CA untuk keabsahan dan pengamanan data medis.
Menyoal pemanfaatan teknologi Telemedicine di Indonesia, Kepala BNPB sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo sebelumnya menyatakan lebih dari 300 ribu masyarakat sudah memanfaatkan layanan telemedicine Covid-19. Ia mengatakan telemedicine merupakan hasil dukungan dari Kementerian Kesehatan dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
“Sebab dengan menggunakan teknologi ini, banyak orang bisa berkonsultasi dengan dokter tanpa harus melalui tatap muka, tak hanya itu pasien juga bisa langsung membeli obat berdasarkan resep digital yang dikirimkan dokter setelah sesi konsultasi. Kemenkes dan BUMN telah memanfaatkan startup unicorn berbasis medis untuk mendukung penanganan Covid-19. Sudah ada sekitar 20 unicorn yang efektif membantu pemerintah menangani Covid-19,” tutup Doni. (red)