Jakarta, BISKOM – Kabar baik datang dari Selandia Baru. Negara ini mencatat 100 hari tanpa kasus virus covid-19. Sebuah pencapaian yang disambut baik tetapi tetap membawa peringatan agar tidak berpuas diri. Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern mengungkapkan kegembiraan yang diliputi dengan hati-hati.
“Penanda (bebas 100 hari tanpa kasus baru covid-19) ‘tidak mengurangi risiko’ dari lonjakan infeksi lainnya. Seratus hari adalah tonggak penting untuk ditandai, tetapi, sekali lagi, kami tetap harus waspada,” ujar Ardern.
Direktur Jenderal Kesehatan, Dr Ashley Bloomfield mengingatkan agar masyarakat tidak berpuas diri karena negara-negara seperti Vietnam dan Australia sudah pernah mengendalikan virus, namun sekarang memerangi kebangkitan infeksi.
“Kita telah melihat di luar negeri betapa cepatnya virus dapat muncul kembali dan menyebar di tempat-tempat yang sebelumnya terkendali, dan kita perlu bersiap untuk segera membasmi setiap kasus di masa depan di Selandia Baru,” ujar Ashley.
Menurut Ashley, siapa pun dengan gejala covid-19 harus berkonsultasi dengan dokter umum atau Healthline mereka dan tinggal di rumah. Saat ini, jumlah total kasus aktif covid-19 di Selandia Baru dilaporkan tetap pada 23 kasus. Semua kasus Corona tersebut tengah menjalani isolasi yang tetap dipantau.
Lalu, sebenarnya apa yang telah dilakukan di Selandia Baru hingga saat ini tidak ditemukan kasus baru covid-19?
Pemerintah Selandia Baru mulai memberlakukan lockdown nasional sejak 3 Februari 2020 lalu, meski belum ada kasus yang terkonfirmasi. Mereka mencatat kasus COVID-19 pertama yakni pada 28 Februari 2020, lalu satu bulan kemudian bertambah menjadi 102 kasus.
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern langsung memerintahkan pihak berwenang melakukan pembatasan level 3, yakni menutup sekolah, melarang kegiatan di tempat umum, hingga mengimbau masyarakat agar melakukan konsultasi dokter secara online. Dua hari kemudian, Jacinda memerintahkan pembatasan level 4 dengan mewajibkan tinggal di rumah dan membatasi perjalanan dengan ketat.
Selain itu, warga Selandia Baru dinilai serius dalam menanggapi bahaya covid-19, sehingga mereka mematuhi aturan pemerintah untuk tinggal di rumah. Seorang profesor dan pakar kesehatan masyarakat di Universitas Otago, Selandia Baru, Nick Wilson mengatakan, aktivitas pada masyarakat menurun hingga 90 persen selama pandemi berlangsung.
Menurut media setempat, pada 20 Mei 2020 lalu, total tes covid-19 yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Selandia Baru yang diketahui menggunakan aplikasi pelacak NZ Covid Tracer mencapai hingga 267.435 tes.
Aplikasi NZ Covid Tracer sendiri dapat membantu Pemerintah Selandia Baru untuk menekan penyebaran covid-19 saat aturan lockdown mulai diringankan. Penggunaan aplikasi NZ Covid Tracer memungkinkan pemerintah untuk memindai kode QR pada titik masuk di berbagai tempat. Kemudian, jika aplikasi tersebut menemukan pasien yang diduga positif covid -19, pemerintah akan langsung melacak keberadaannya dan juga memperingatkan mereka tentang risiko potensial penyebaran virus. (red)