Jakarta, Biskom – Perayaan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75 tahun ini diwarnai dengan semangat dan kerja keras bangsa ini untuk bisa pulih kembali dari kelesuan akibat pandemi COVID-19 yang berdampak ke semua sektor. Berdekatan dengan perayaan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional, yang jatuh pada setiap 10 Agustus, Huawei Indonesia bekerja sama dengan Asosiasi Big Data & AI Indonesia (ABDI) menggelar webinar tentang urgensi pengembangan solusi-solusi efektif berbasis teknologi Kecerdasan Artifisial (KA) melalui riset dan pengembangan inovasi.
Webinar ini menghadirkan pembicara utama Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro dan CEO Huawei Indonesia Jacky Chen. Gelaran ini juga menghadirkan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dr. Ir. Hammam Riza, M.Sc, Dirjen Pendidikan Tinggi Kemdikbud Prof. Ir. Nizam, M.Sc, DIC, Ph.D, Dr. Rudi Rusdiah, MA, Ketua ABDI, dan beberapa praktisi serta akademisi lainnya.
Melalui diskusi berskala nasional bertema memperkuat riset dan inovasi dengan Kecerdasan Artifisial (KA) untuk mempercepat pemulihan ekonomi yang digelar secara daring ini, Huawei Indonesia, ABDI, dan tokoh-tokoh yang terlibat sebagai pembicara, sepakat bahwa riset dan pengembangan adalah faktor fundamental yang perlu mendapatkan dukungan dari semua pemangku kepentingan.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa riset dan pengembangan inovasi menjadi kunci dalam mendorong keberhasilan Indonesia dalam menemukan beragam solusi untuk berbagai tantangan yang dihadapi, termasuk dalam upaya memulihkan kondisi perekonomian nasional. Bambang Brodjonegoro yang dikenal juga sebagai menteri inovasi, melanjutkan riset dan inovasi harus menjadi modal utama untuk melakukan lompatan kemajuan yang signifikan terlebih di momen krisis seperti ini.
“Riset berbasis Kecerdasan Artifisial ini diyakini mampu menjadi landasan dalam akselerasi inovasi, yang tidak saja mampu menjadi solusi pemulihan ekonomi, namun juga berperan penting dalam memperkuat kompetensi, daya saing global, serta kemandirian dan kemajuan Indonesia di masa depan,” ujar menteri inovasi. “Kami berharap, gagasan-gagasan yang disampaikan oleh pemerintah, akademisi, lembaga riset, dan pengembang teknologi dunia melalui diskusi ini mampu berkontribusi terhadap pengembangan budaya riset berbasis IPTEK di Indonesia dan Strategi Nasional (Stranas) Kecerdasan Artifisial (KA) demi terwujudnya tata kelola yang sederhana, transparan, dan efisien.”
Lebih dari itu, sosok Bambang Brodjonegoro sebagai menteri yang terus mendorong inovasi di Indonesia, riset dan pengembangan menjadi fondasi keberhasilan transformasi dari negara berbasis sumber daya alam menjadi negara berbasis inovasi teknologi. Untuk itu, pendayagunaan terdepan seperti big data analitik dan juga Kecerdasan Artifisial (KA) menjadi bagian terintegrasi dalam membangun fondasi strategis ini. Kemenristek/BRIN saat ini sedang mengembangkan Strategi Nasional (Stranas) Kecerdasan Artifisial (KA) yang penerapannya akan fokus pada peningkatan kualitas layanan publik dan industri unggulan nasional. Program prioritas Strategi Nasional (Stranas) Kecerdasan Artifisial (KA) Kemenristek/BRIN antara lain layanan kesehatan, reformasi birokrasi, pendidikan dan riset, ketahanan pangan, mobilitas dan kota cerdas.
Strategi tersebut selaras dengan visi pemerintah “Indonesia Emas 2045” yang bertujuan mendorong ekonomi Indonesia menjadi kekuatan 5 Besar Dunia, serta menjadikan Indonesia lebih kompetitif secara global. Melalui visi tersebut, Presiden Jokowi optimis Indonesia segera keluar dari middle-income trap dengan memprioritaskan Advanced Research & Innovation (R&I) dengan Kecerdasan Artifisial (KA) untuk meningkatkan nilai tambah pada industri dan ekspor guna mendorong pemulihan ekonomi.
Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro juga mengatakan, kolaborasi seperti yang tergambar dalam tukar gagasan pada webinar ini berperan penting dalam sosialisasi kebijakan pemerintah terkait pengembangan riset dan inovasi yang berbasis IPTEK. Menurutnya, kolaborasi berkelanjutan penting untuk terus dikembangkan antara pemerintah, lembaga IPTEK, akademisi, peneliti, pelaku usaha, pelaku industri, serta pengembang teknologi seperti Huawei, agar ke depannya mampu dihasilkan solusi-solusi yang cepat dan tepat.
“Huawei Indonesia berkomitmen untuk memberikan dukungan optimal atas keseriusan Pemerintah Indonesia dalam melakukan pengembangan Kecerdasan Artifisial (KA) yang selaras dengan arah kebijakan nasional untuk penguatan daya saing dan kompetensinya di kancah global. Ini merupakan wujud penegasan komitmen jangka panjang kami untuk Indonesia di mana kami akan memberikan dukungan terhadap Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial (KA) Indonesia, bersinergi dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi di Indonesia untuk mengembangkan SDM di bidang Kecerdasan Artifisial (KA), membangun ekosistem industri Kecerdasan Artifisial (KA) bersama perusahaan-perusahaan startup lokal dengan dukungan referensi dari keberhasilan penerapan teknologi kami di tingkat global,” tutur Jacky Chen, CEO Huawei Indonesia.
Jacky juga menegaskan, “Tujuan dari dukungan kami yang terus berkelanjutan tersebut adalah untuk membantu keberhasilan Indonesia dalam melaksanakan transformasi digital dan penguatan ekonomi melalui inovasi-inovasi berbasis Cloud, Kecerdasan Artifisial (KA), 5G, dan Huawei Mobile Services (HMS). Huawei meyakini bahwa ekosistem industri Kecerdasan Artifisial (KA) yang kuat akan berperan penting dalam mewujudkan Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial (KA), serta meningkatkan inovasi dan pendayagunaannya yang bermanfaat bagi Indonesia di era yang serba cerdas.”
Terkait dengan komitmen mendukung pengembang riset, Jacky mengatakan bahwa Huawei memiliki semangat serupa yaitu menjadikan riset dan pengembangan sebagai landasan kuat yang paling mendasar dalam menciptakan inovasi-inovasi untuk dunia yang makin cerdas. Saat ini, Huawei didukung oleh sekira 96.000 karyawan yang fokus di bidang riset dan pengembangan, meliputi lebih dari 700 PhD spesialis matematika, lebih dari 200 PhD di bidang fisika dan kimia, serta lebih dari 5.000 PhD di bidang teknik. Huawei juga telah membangun kemitraan dalam riset dan inovasi dengan lebih dari 300 universitas dan dengan lebih dari 900 lembaga atau institusi riset di dunia.
Selama 20 tahun hadir dan berkiprah di Indonesia, Huawei yakin bahwa pembangunan ekosistem infrastruktur TIK Indonesia yang tangguh, seperti 5G, IoT, Fibre Network, Cloud, dan Kecerdasan Artifisial (KA), akan mampu mendukung percepatan pemulihan ekonomi Indonesia, menuju Indonesia yang cerdas dan semakin terhubung.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dr. Ir. Hammam Riza, M.Sc mengatakan, “Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial Republik Indonesia tahun 2020-2045 merupakan arah kebijakan nasional yang memuat area fokus dan bidang prioritas teknologi kecerdasan artifisial yang sebagai acuan kementerian, lembaga, komunitas, industri dan pemangku kepentingan lainnya dalam melaksanakan kegiatan di bidang teknologi kecerdasan artifisial di Indonesia.”
Ia menambahkan, “Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial Republik Indonesia membutuhkan sinergi ekosistem yang kuat untuk mendorong makin banyaknya inovasi karya anak bangsa, memperkuat landasan perumusan kebijakan, memulihkan dan memperkuat kembali perekonomian, sehingga Indonesia makin mampu berdiri kokoh sebagai negara terdepan di kancah dunia.”
Dr. Ir. Taufiek Bawazier, M.Si Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE), mengatakan, “Teknologi kecerdasan artifisial (AI) merupakan bagian terpenting dalam meningkatkan produktivitas di tujuh sektor prioritas menuju era revolusi industri 4.0, mendukung penyerapan produk-produk nasional oleh pasar internasional. Produk-produk yang sebelumnya harus diimpor, diharapkan dapat disubstitusi oleh produk-produk buatan Indonesia. Konsep besar yang dibangun serta diturunkan ke dalam kebijakan-kebijakan ini tentunya membutuhkan kerja sama dengan lembaga-lembaga riset agar mampu menghasilkan inovasi-inovasi yang selaras dengan visi tersebut.”
Ia menambahkan “Saya mengapresiasi Huawei untuk meningkatkan
pengetahuan terutama menyiapkan SDM unggul karena di sisi industri
membutuhkan tenaga kerja yg bisa adaptasi dengan perkembangan teknologi
untuk kepentingan Nasional” (red)
–