Jakarta, BISKOM – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Sekretariat Negara kembali menjalin kerja sama dengan Colombo Plan selaku organisasi regional yang berperan untuk memperkuat ekonomi dan sosial negara-negara anggotanya di wilayah Asia-Pasifik. Kolaborasi lanjutan ini adalah pelaksanaan program pelatihan dalam kerangka Kerja Sama Teknik Selatan-Selatan dan Triangular (KTSST) di sektor industri kecil menengah IKM).
“Program ini telah dilaksanakan sejak tahun 2016. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, pelaksanaan kegiatan di tahun ini dilakukan secara virtual karena dampak pandemi Covid-19,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih di Jakarta, Sabtu (14/11).
Kerja sama tahun ini bertajuk Knowledge Sharing Program on Enhancing the Development of Small and Medium Industry yang dilaksanakan pada 9-12 November 2020. Jumlah peserta pelatihan mencapai 42 orang dari delapan negara Asia Tenggara, meliputi Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, dan Vietnam.
“Mengingat besarnya dampak pandemi terhadap sektor IKM, topik yang diangkat adalah The Impact of Industry 4.0 in Enhancing the Development of Small and Medium Enterprises, especially during the COVID-19 Pandemic,” ungkap Gati yang saat itu turut membuka secara resmi pelatihan tersebut.
Dirjen IKMA menekankan, bahwa literasi digital merupakan hal yang sangat penting bagi setiap industri untuk dapat bertahan dan bersaing di masa pandemi, termasuk sektor IKM. “Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia telah meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0 yang berisi berbagai aspirasi, strategi, dan wawasan untuk mendukung sektor industri di Indonesia, terutama sektor IKM yang selama ini telah menjadi tulang punggung perekonomian nasional,” tuturnya.
Sektor IKM dipandang memiliki peran besar terhadap PDB nasional, terlihat dari sisi jumlah unit usaha atau serapan tenaga kerja. Tercatat dari total 16,5 juta tenaga kerja di sektor industri, sebanyak 10,5 juta berasal dari IKM yang tersebar di 4,2 juta unit usaha.
Gati menambahkan, penerapan teknologi 4.0 merupakan keniscayaan bagi pelaku IKM, termasuk sektor logam, agar memiliki daya saing dalam menghadapi revolusi industri 4.0 dan siap memasuki adaptasi kebiasaan baru akibat pandemi. “Untuk itu, kami akan terus mendorong kolaborasi antara IKM logam dengan startup penyedia teknologi terkait penggunaan inovasi digital,” imbuhnya.
Contohnya, PT. Sinar Mulia Teknalum, perusahaan yang dirintis sejak awal tahun 2010 di Sleman ini dipercaya menjadi pemasok pada industri lokal yang meliputi produk otomotif, sparepart mesin, alat-alat rumah tangga dan barang-barang mebel. Pemanfaatan industri 4.0 di PT. Sinar Mulia Teknalum, antara lain adalah penggunaan sistem Enterprise Resource Planning (ERP).
“Penerapan industri 4.0 itu setelah melalui pendampingan dari Kemenperin bekerjasama dengan PT. Arkana Solusi Digital. Implementasi sistem ini akan memudahkan dalam perencanaan dan pengelolaan sumber daya perusahaan serta mengintegrasikan semua divisi di dalam perusahaan,” papar Gati. (red)