Jakarta, BISKOM – Webinar Koperasi Seniman Indonesia www.kreasindonesia.com menghadirkan narasumber H.Deddy Mizwar selaku Ketua Umum PPFI yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas KReaSI bersama CEO MD Pictures, Manoj Punjabi, Senin sore (05/4) mengadakan webinar via zoom dengan tema; “Bisakah Industri Film Indonesia Andalkan Platform Digital OTT?”
“KReaSI laiknya sarang madu untuk beri manfaat sebanyak-banyaknya untuk peradaban yang mensejahterakan,” papar Ketua Umum Koperasi Seniman Indonesia, Rudi Aryanto yang saat ini sedang mengkelarin OTT Roman Picisan dan serial laris sudah 340an episode berjudul Puteri Untuk Pangeran.
Rudi lanjut jelaskan bahwa peradaban millenial menandai kebudayaan dengan temuan dari kreasi makin terdepan mensejahterahkan umat manusia.
Koperasi pun khas nusantara sejak digagas oleh Bung Hatta hingga kini 2021 tidak sekedar menjadi Soko Guru Perekonomian Anak Negeri tapi sudah bermetamorfosa menjadi sentra sinergi IDE dan Gagasan kolektif untuk saling mensejahterakan anggotanya.
Laiknya seekor Lebah butuh kebersamaan jutaan lainnya dari sari bunga mewangi untuk menghasilkan tetesan madu yang punya sejuta manfaat.
KReaSI hadir lebih dari sekedar Koperasi Modern yang hanya mengandalkan pembiayaan dengan konsep simpan pinjam tapi mengedepankan 3 hal yakni;
1. Kolektivitas IDE yang melahirkan gagasan kreasi atau project yang tidak hanya memberikan rejekin bagi dirinya tapi anggota lainnya ikut diberdayakan karena akan menjadi Task Force/Satgas.
Contoh; Project Mural Perkotaan Modern tentu saja melibatkan Seniman Mural bersama dengan seniman lainnya di bidang perfilman untuk melahirkan dokumenter ataukan webseries berbasis medsos untuk mendunia.
2. Berbasis IoT atau Internet untuk semua artinya IDE yang melahirkan KREASI itu harus linear dengan market place sehingga user dalam hal ini masyarakat atau pemerintah yang membutuhkan bisa berinteraksi akan IDE tersebut dalam platform eCommerce.
Contoh: Website berbasis kolaborasi IDe dengan melibatkan semua seniman berlatar kreasi yang up to date. Indonesia akan punya SENIMAN yang menjajakan IDe dan Kreasinya berbasis IoT sehingga bisa menjangkau dan dunia.
3. Koperasi yang berbasis platform apps dan hibrid. Artinya kolaborasi menjadi kata kunci untuk terjadinya sinergi antara seniman mural, seniman dokumenter/filmaker dengan seniman musik dan tari dengan “Art Street Perfomance” sehingga KOTA berdampak wisata bagi turis dan keindahan Bagi warganya.
Contoh: Apps KReaSI Berbagi adalah Aplikasi pendataan Seniman muda dan senior dengan latar belakang berbeda-beda yang menjangkau lintas batas seluruh pelosok negeri agar tiap kota PASTI punya seniman sehingga pemberdayaan seniman lokal/daerah terwujud karena sudah ada pendataan berkonsep Artificial Intelegent yang bisa diunduh di Playstore android sehingga Seniman Nusantara ikut menerima manisnya MADU dari KReaSI.
Maksud & Tujuan; Tentu saja KReaSI sebagai Koperasi Seniman Indonesia yang modern dengan platform tiga hal di atas berlatar lebih dari Revolusi Mental tapi akan memiliki hilir mensejahterakan anggotanya secara kolektif.
Tujuan KReaSI: Dua hal yang urgent dan krusial lebih dari hanya mensejahterakan yakni;
1. Koperasi yang bertumpu pada kearifan lokal sebagai Gerakan Nasional sehingga dari daerah untuk semua.
2. Koperasi yang egaliter dan humanis serta menjunjung nilai-nilai kemanusiaan yang berakhlakul karimah bermanfaat bagi semua.
Usulan Program Jangka Pendek adalah sebagai berikut;
1. Webinar KReaSI untuk Anak Negeri via Zoom (Launching Program bersama 30 Media/blogger), Hari Film Nasional 30 Maret Selasa Pk 10.00 – 11.30 bersama Menko PMK Prof Muhadjir, Pengagas dan Senior Perfilman H. Deddy Mizwar, Kemenko Koperasi bersama 30 media, 10 komunitas seniman dan dFI.
2. Website KReaSI dengan renovasi logo yang lebih millenial dan berkonsep IoT.
3. Rakernas dilanjutkan audiensi terbatas (prokes) ke Kemenko PMK, Koperasi dan Kemenparekraf setelah website sudah jadi.
Tentu saja imbuh Rudi bahwa ia berharap KReaSI menjadi Mitra Strategis mereka dengan menjalankan program sosialisasi untuk serapan anggaran pemerintah dengan mengendorse para seniman artis sebagai Duta/PR nya yang diketahui oleh publik.
Banyak hal menarik terungkap di Webinar bahwa harusnya OTT menjadi komplimen bagi bisnis bioskop. Tapi karena ada pandemi akhirnya semua berubah (sistem bisnisnya).
Hal itu dipapar Lugas Manoj dalam webinar “Bisakah Film Indonesia Andalkan Platform Digital OTT,” yang diinisiasi oleh KReasi; Koperasi Seniman Indonesia, Senin (5/4/2021) petang seperti dilansir media online Suara Merdeka.
Manoj menambahkan, dalam kondisi normal, bisnisnya harusnya bermula dari bioskop, OTT baru FTA (Free To Air).
Karenanya, produser film seperti dia, masih menunggu untuk tetap menayangkan filmnya di bioskop. “Supaya bisa mendapatkan pemasukan yang optimal. Karena betapapun, OTT tidak bisa menggantikan bioskop,” kata Manoj lagi sembari mengatakan, jika kondisi normal dia prediksi film produksinya, Asih bisa mendapatkan 1,5 – 2 juta penonton. Tapi karena di masa pandemi hanya mendapatkan 250 ribu penonton.
Masih menurut Manoj, krisis pandemi justru harusnya membuat insan film makin kreatif. Sekaligus terbuka dengan OTT. Meski secara bersamaan pemasukan OTT dipatok keuntungannya. Disesuaikan dengan bujet pembuatan, dan dikurasi dengan sangat ketat.
Dengan kata lain, tidak ada Jack pot dalam bisnis ini. Dan secara bersamaan tidak ada laporan jumlah penontonnya dari OTT yang bersangkutan.
Hal itu diaminkan oleh Deddy Mizwar selaku Ketua Umum PPFI dan mengatakan, betapapun juga layanan bioskop belum tergantikan. Betapapun canggihnya teknologi menonton film dari rumah. Karena ada teknologi suara yang modern di sana.
Menurut dia, di kondisi pandemi saat ini, sebenarnya para pekerja film sudah bekerja dengan maksimal. Meski di saat bersamaan ada beberapa produser film memilih untuk istirahat beberapa saat. (Arul)