BISKOM, Jakarta – Seberapa jauh, dan dalam peran orang tua, terutama ibu, bagi anak-anaknya? Sangat jauh dan dalam sekali. Atau vital sekali. Karena peran perempuan, terutama yang berposisi sebagai orang tua, atau ibu, menjadi kunci utama dalam perjalanan sebuah bangsa. Bukan semata hanya di dalam sebuah keluarga belaka.
Meski pada sebuah masa, posisi perempuan dalam dunia perfilman, misalnya, masih sangat kecil.
“Sejak seabad lalu, dunia film didominasi kaum pria. Yang menjadi pelaku utamanya. Di Indonesia, di tahun 50an juga didominasi kaum pria. Saya saat terjun di dunia perfilman di tahun 73, dominasi kaum pria masih kuat. Perempuan hanya mendapatkan peran kecil, seperti bagian make up dan wardrobe. Sekarang, Masya Allah, bahkan perempuan memanggul kamera yang beratnya 25 kg. Bukan hanya fisiknya yang kuat, tapi inner power-nya juga. Ini yang membuat perempuan mampu menghadapi segala tantangan,” kata Christine Hakim, secara daring dalam FFWI Webinar Series III
Selasa, 21 September 2021.
Webinar yang diinisiasi panitia Festival Wartawan Film Indonesia (FFWI) XI, dan didukung penuh Direktorat Perfilman Musik dan Media (PMM), Kemendikbud Ristek RI, mengusung topik, “Peran dan Posisi Perempuan dalam Perfilman Indonesia.”
Selain menghadirkan Christine Hakim, Webinar yang diikuti puluhan wartawan itu, juga melibatkan Melanie Subono, dan Cinta Laura K, serta dihadiri Slamet Rahardjo Djarot dan Tommy F Awuy.
Christine Hakim, aktris peraih sembilan Piala Citra, itu menambahkan, jika perempuan Indonesia mempunyai inner power yang luar biasa sekali. Dan tidak hanya pandai bersolek.
“Bagaimana mungkin tidak mempunyai inner power, jika bisa mengandung selama sembilan bulan, sembari menjalankan banyak fungsi lainnya. Seperti sebagai ibu rumah tangga, pendidik, pelindung hingga penjaga keseimbangan rumah tangga. Jadi, Super Hero bukan Superman, tapi Super Woman,” tekan Christine Hakim.
Meski demikian, masih menurut Christine, laki-laki dan perempuan sejatinya diciptakan untuk saling menyempurnakan.
“Makanya harus ada understanding diantara keduanya. Kenapa sangat penting peran perempuan? Karenanya, peran perempuan harus makin dioptimalkan, baik di belakang layar pun di depan layar. Karena perempuan adalah kunci,” katanya.
Menyadari posisi dan potensi perempuan Indonesia sangat besar sekali, Christine Hakim berpesan tugas perempuan, terutama yang berposisi sebagai orang tua tidak akan pernah mudah.
“Karena, tugas orang tua tidak pernah selesai. Jika saya analogikan dalam dunia film adalah sebuah keluarga. Kita membutuhkan sosok ibu, atau perempuan yang turut menanamkan nilai-nilai di keluarganya,” katanya.
Christine Hakim bercerita, sejak tahun 80an, dirinya selalu hadir di Tokyo Women Internasional Film Festival yang bersinergi dengan Women Internasional Film di Korea dan Hong Kongong . Di Women Festival itu, posisi perempuan menjadi sorotan dan dimuliakan.
“Bayangkan, sebelum kita dijajah Belanda, ada 33 Kesultanan di Aceh yang dipimpin perempuan. Juga perempuan-perempuan lainnya di berbagai wilayah Indonesia. Mudah-mudahan perempuan Indonesia bisa menginspirasi perempuan-perempuan di dunia,” katanya.
Berkenaan dengan posisi perempuan di dunia perfilman kiwari, Christine Hakim meminta perempuan untuk mengambil posisi berbeda, atau penentu kebijakan. Karena sentuhan perempuan berbeda dengan sentuhan laki-laki.
“Saya menjadi produser film kali pertama umur 30an. Karena saya berpikir, harus menciptakan dan membuka peluang, bagi generasi perfilman Indonesia. Saya tidak bisa menunggu dikontak produser film atau sutradara film. Makanya saya memutuskan membuka dan menciptakan peluang sendiri. Selain kita harus mendengar suara anak muda, kalau kita ingin investasi untuk masa depan, kita harus berinvestasi untuk anak muda,” pungkasnya.
Sebelumnya, Webinar dibuka Kepala Direktorat PMM Ahmad Mahendra. Salam sambutannya Ahmad Mahendra mengatakan, negara berupaya senantiasa hadir dalam setiap lini kehidupan masyarakat Indonesia. Juga dalam ekosistem perfilman nasional.
Karenanya, Direktorat PMM mendukung penuh gelaran FFWI XI, yang akan berpuncak pada tanggal 28 Oktober 2021. “Kita mendukung FFWI, karena wartawan menjadi bagian aktif dan memperkuat ekosistem perfilman Indonesia,” kata Ahmad Mahendra. (Arul)