Keputusan pemerintah di minggu ini adalah menerapkan kembali keputusan untuk tidak bekerja di kantor, atau sebelumnya kita kenal dengan Work From Home.
Hal ini dipicu oleh menaiknya kasus Omicron di Indonesia dari waktu ke waktu. Guna mencegah kolaps nya fasilitas dan tenaga kesehatan, maka anjuran dan ketetapan PPKM kembali diberlakukan.
Minggu ketiga ini kembali kita diuji bersama, untuk bisa menerapkan secara bersama mengenai fleksibiltas bekerja. Manusia dari awal hidupnya ribuan tahun yang lalu membedakan tempat bekerja dan tempat beristirahat (rumah). Tapi dengan pandemi terjadi dua tahun ini, kita terbiasa melakukan pola bekerja dari rumah (work from home).
Banyak perusahaan yang belum siap menerapkan sepenuhnya aturan Work From Home, karena adanya beberapa kendala, seperti :
1. Respon tim yang lambat saat WFH.
Pasti sebagian besar pemilik, direktur, manager ataupun supervisor merasa jengkel, karena tidak bisa mendapatkan respon secara langsung dari tim yang bekerja secara remote. Hal ini sebagian besar karena saat bekerja di rumah, kita tidak bisa konsentrasi penuh terhadap apa yang harus dikerjakan.
Maka sangat penting memastikan semua kesiapan tim agar bisa bekerja di rumah. Tidak sedikit yang memiliki kendala dengan alat kerja, mulai dari laptop, smartphone, hingga koneksi Internet yang terbatas, sehingga mereka tidak bisa perform.
Sangat penting bagi perusahaan, dan supervisi untuk memastikan tim bisa bekerja dengan dukungan alat, koneksi Internet yang cukup, sehingga mereka bisa merespon dengan cepat.
Kemungkinan lain juga terjadi karena saat diminta WFH, karyawan malah bepergian dan bekerja yang lain, sehingga target yang diberikan tidak tercapai.
2. Tidak ada kejelasan apa yang harus dilakukan per hari.
Gunakan cara dan buat daftar apa yang harus dikerjakan tim per hari saat WFH. Bila tidak ada target, maka orang tidak akan bekerja dengan optimal. Supervisor dan manager juga jadi pusing, karena tidak bisa mencapai target.
Maka perlu ditentukan obyektif yang mereka bisa kerjakan per hari, ada juga per jam. Inilah konsep awal OKR (Objective Key Result), diukur per obyektif. Sangat detail akan membantu karyawan bekerja optimal.
3. Punish-Reward.
Tidak sedikit juga yang bekerja dari rumah dan menjadi bekerja seenaknya. Bangun siang, tidak absensi dan mengabaikan tugas. Maka perlu ada ketentuan yang jelas mengenai Punish. Tapi juga ada ketentuan yang jelas mengenai Reward yang mereka dapatkan bila melakukan pekerjaan dengan optimal.
4. Sesuaikan SOP.
Dengan adanya WFH, WFO dan mungkin menjadi Work from Everywhere, maka perusahaan harus menyesuaikan SOP (Standard Operation Procedure) yang ada.
Semula semua menggunakan tanda tangan, sekarang diganti dengan email. Semula menggunakan manual, semua masuk ke sistem aplikasi, dan menyebabkan semua SOP harus disesuaikan.
Proses approval yang semula perlu tanda tangan, mungkin sekarang hanya konfirmasi by whatsapp dan di simpan. Semua bisa disesuaikan dengan bisnis proses masing-masing usaha.
Work from Home, Work from Office dan mungkin menjadi Work from Everywhere adalah satu hal yang tidak terhindarkan, maka kita harus siap menyiapkan segala sesuatunya untuk memastikan usaha tetap bisa berjalan meskipun sebagian bekerja secara terpisah.
Anda sudah siap ? Coba cek segera.
sumber: https://www.kompasiana.com/startmeup/61e75db74b660d2e4238b133/minggu-ketiga-kembali-work-from-home-atau-everywhere