Artificial intelligence bukanlah sebuah topik baru dalam dunia industri, melainkan topik yang sudah tertanam dalam perbincangan kita sehari-hari. Pengaruh artificial intelligence telah meningkat selama sepuluh tahun terakhir. Percepatan ini disebut revolusi industri keempat (industry 4.0), ini terlihat dari kebangkitan machine learning yang luar biasa, cryptocurrency, internet of things, virtual reality, dan blockchain telah menjadi ‘angin segar’ untuk inovasi serta telah membawa dunia ke puncak revolusi industri kelima (society 5.0). Akan tetapi, kekhawatiran yang ditimbulkan dari adanya artificial intelligence tidak bisa dielakkan.
Artificial intelligence banyak membawa perubahan pada bidang kehidupan kita, tak terkecuali dalam bidang healthcare. Kini, artificial intelligence sungguh-sungguh dapat meningkatkan kesehatan bagi jutaan pasien di seluruh dunia, bahkan dapat menyelamatkan nyawa pasien. Revolusi big data menjadi salah satu terobosan baru dalam bidang perbankan, perpajakan, retail, dan agrikultura. Akan tetapi, bidang healthcare dibantu artificial intelligence memiliki tantangan yang berbeda dengan industri lain dan bisa dikatakan lebih susah. Dalam tulisan ini, saya akan menjelaskan mengapa artificial intelligence dalam healthcare menimbulkan kenaikan yang lebih curam serta peluang potensial yang membuatnya layak untuk diusahakan.
Implementasi Artificial Intelligence dalam Healthcare: Kesempatan
Artificial intelligence membantu dokter untuk mendistribusikan pengiriman perawatan. Hal ini membuat rumah sakit lebih efisien dan meningkatkan akses ke healthcare dengan menyediakan alat pengambilan keputusan yang akurat. Artificial intelligence memiliki akses ke model komputer yang mengetahui berdasarkan pengalaman ribuan pasien lain. Apa masalah yang dialami oleh pasien dan apa rencana pengobatan yang terbaik untuk pasien itu berdasarkan kondisi masing-masing. Di mana pun pasien berada, model artificial intelligence membantu dokter dari pasien dengan kondisi yang sama atau bahkan informasi genetik yang serupa. Artificial intelligence telah diimplementasikan terhadap penyakit-penyakit, seperti demensia, diabetes, dan kanker.
Penyakit demensia adalah penyakit yang memiliki gejala yang mempengaruhi aspek pemikiran dan fungsi otak. Penyakit ini membuat orang yang mengalaminya akan semakin bertambah buruk sehingga memengaruhi cara mereka menjalani hidup. Demensia bukanlah bagian normal dari proses penuaan. Itu adalah akibat dari penyakit fisik yang merusak otak. Hal itu menjadikan kepribadian, kecerdasan, emosi, harapan, dan ketakutan didorong oleh organ yang luar biasa ini. Penyebab paling umum (hampir 70%) dari demensia di seluruh dunia adalah penyakit alzheimer. Pada tahap awal penyakit ini sulit didiagnosis karena penurunan kognitif secara halus dan perlahan.
Namun, kini model artificial intelligence telah diimplementasikan ke pasien penderita demensia, yaitu algoritma electroencephalograms (EEG). EEG dapat memberikan akurasi klasifikasi tinggi dalam membedakan ada tidaknya plak pada pasien pra-demensia. Electroencephalograms (EEG) mendeteksi aktivitas listrik di otak menggunakan beberapa elektroda kulit kepala. Studi ini menggunakan desain kohort multicenter menggunakan data EEG dari pasien yang didiagnosis dengan penurunan kognitif subjektif (SCD) atau MCI, yang masing-masing juga dinilai menggunakan PET amyloid.
Penyakit diabetes mengacu pada keadaan yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah, biasanya disebut sebagai gula darah. Terlalu banyak gula dalam darah bisa menyebabkan serius, terkadang masalah kesehatan yang mengancam jiwa. Menurut data yang diberikan oleh Organisation International Diabetes Federation (IDF), sekitar 500 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes dan jumlah ini terus berkembang. Sebagian besar dari mereka tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. IDF juga melaporkan 1,6 juta kematian setiap tahun akibat diabetes.
Seperti halnya penyakit demensia, diabetes merupakan penyakit pembunuh yang sulit dideteksi sejak awal. Namun, kini terdapat algoritma XGBoost untuk deteksi diabetes berdasarkan analisis napas buatan disajikan. Hasilnya telah menunjukkan bahwa sistem yang dirancang berdasarkan algoritma XGBoost sangat selektif untuk aseton, bahkan pada konsentrasi rendah. Selain itu, dibandingkan dengan algoritma lain yang umum digunakan, ditunjukkan bahwa XGBoost menunjukkan kinerja dan penarikan tertinggi.
Implementasi Artificial Intelligence dalam Healthcare: Tantangan
Dalam healthcare, tidak ada dua pengalaman pasien yang sama. Bahkan, jika hanya ingin melihat interaksi dokter-pasien standar, seperti pemeriksaan kesehatan tahunan. Jika pasien yang sama mengunjungi dua dokter yang berbeda, setiap dokter kemungkinan akan mencatat informasi yang berbeda. Bahkan, dalam satu praktik penyedia, jumlah dan jenis data yang dikumpulkan untuk setiap pasien bervariasi menurut dokter. Selain itu, sebagian besar data yang memengaruhi kesehatan pasien — apa yang pasien makan, berapa banyak pasien tidur, tingkat stres pasien, dan lain-lain. — tidak dapat dikumpulkan dalam kunjungan dokter. Data semacam itu, jika ada dalam catatan pasien, biasanya didasarkan pada ingatan pasien yang tidak sempurna.
Tidak hanya sifat data perawatan kesehatan yang lebih kompleks dan bervariasi, tetapi juga ada tantangan etika. Jika seorang insinyur mengubah kode dan secara tidak sengaja membuat sesuatu tentang alat menjadi lebih buruk, mereka mungkin dipecat, dan perusahaan mungkin kehilangan uang sampai masalahnya diperbaiki. Namun, taruhannya jauh lebih tinggi dalam perawatan kesehatan. Masalah secara harfiah adalah hidup atau mati. Kesalahan jauh lebih mahal daripada pendapatan yang terlewatkan. Data perawatan kesehatan juga sangat sensitif. Bahkan, bereksperimen dengan membangun alat baru dalam perawatan kesehatan membutuhkan banyak keamanan untuk melindungi data pasien.
Akhir Kata
Artificial intelligence akan memengaruhi setiap aspek kehidupan kita dan memungkinkan kita khawatir akan masa depan, tak terkecuali dalam bidang healthcare. Namun, artificial intelligence dalam healthcare tidak akan pernah menggantikan peran dokter. Sebaliknya, artificial intelligence akan membantu setiap dokter untuk melakukan lebih dari yang bisa mereka lakukan sebelumnya. Artificial intelligence juga memiliki keterbatasan, algoritma hanya tepat dalam tugas tertentu sementara kehidupan klinis jauh lebih beragam. Namun demikian, artificial intelligence memiliki peluang yang sangat potensial dan layak untuk diperjuangkan mengingat banyak inovasi-inovasi yang telah dibuat dalam menganalisis suatu penyakit.