Sentuhan humanis akan selalu dibutuhkan dalam membangun komunikasi antarmanusia terutama dalam menciptakan good image. Bagaimana Artificial Intelligence (AI) dapat berperan di bidang Public Relations (PR) atau kehumasan?
Penerapan AI saat ini telah dijumpai di berbagai bidang, bahkan telah merasuk dalam kehidupan kita sehari-hari. Algoritme AI membantu kita dalam mengambil keputusan tentang berbagai hal, mulai dari film apa yang akan ditonton di layanan video in demand sampai rute mana yang akan kita ambil untuk pergi ke kantor.
Seiring kemajuan teknologi ini, banyak perusahaan beralih ke AI untuk menyederhanakan proses-proses yang bersifat repetitif dan meningkatkan efisiensi. Bidang kehumasan pun demikian. Perusahaan-perusahaan PR Agency pun terus mencari cara untuk memanfaatkan AI untuk aspek-aspek tertentu dalam bisnis sehingga dapat meraih manfaat teknologi ini.
Perusahaan yang bergerak di bidang kehumasan dapat meraih manfaat dari AI terutama dalam hal banyaknya informasi yang harus mereka pilah. Perusahaan PR harus selalu mengikuti tren dan berita terbaru. Tugas ini bisa jadi pekerjaan yang melelahkan bagi para karyawan. Saking banyaknya informasi yang harus mereka tangani, bukan tak mungkin ada yang terlewat. Informasi juga bisa terhambat oleh materi-materi yang tidak relevan.
Dengan penerapan AI, perusahaan di bidang kehumasan dapat dengan cepat memilah dan memilih informasi dari berbagai platform digital. Mereka dapat mengambil konten yang relevan dengan kebutuhan klien dengan memprogram bot untuk mencari berdasarkan kata atau frasa tertentu.
Dikutip dari website instituteforpr.org, menurut pakar AI marketing, Christopher Penn, AI membawa tiga manfaat bagi para praktisi PR: automasi, akselerasi, dan akurasi.
Penerapan AI memungkinkan para profesional di bidang PR untuk melakukan automasi terhadap tugas-tugas yang sifatnya repetitif, seperti pelacakan liputan oleh media. Automasi tidak hanya mengambilalih kesibukan-kesibukan dalam pekerjaan kehumasan, tapi juga memungkinkan para praktisi kehumasan untuk memperoleh insight dengan cepat.
Dalam aspek akselerasi, AI memungkinkan para praktisi kehumasan untuk memperoleh insight dari dunia maya secara real time. Hal ini penting misalnya ketika terjadi krisis dan percakapan yang cenderung negatif di jagat maya menyebar dengan cepat dan waktu menjadi aset terpenting bagi para praktisi kehumasan.
AI juga memungkinkan para praktisi PR untuk AI secara lebih akurat mengukur perasaan dan pendapat orang tentang suatu merek dan membandingkan sentimen itu dengan metrik lainnya, seperti engagement, harga saham, atau penjualan.
Inilah beberapa contoh penerapan Artificial Intelligence di bidang kehumasan:
-Membuat press release dan media report dengan bantuan natural language generation (NLG).
-Melakukan advanced sentiment analysis terhadap kliping media dan posting/komentar di media sosial.
-Mengidentifikasi dan mengekstraksi nama, tempat, bisnis, event, data dan brand dari file dokumen, video, atau audio.
-Mengkonversi speech to text untuk kebutuhan konferensi pers, wawancara media, podcast, dan rapat internal.
-Menerjemahkan file audio atau teks ke dalam beberapa bahasa untuk distribusi informasi yang lebih luas.
-Mengembangkan knowledge assistant/chatbot untuk membantu pertanyaan dari dan pencarian informasi oleh awak media.
-Memanfaatkan rekomendasi yang diberikan oleh sistem AI
-Mengidentifikasi influencer yang tepat untuk menjangkau, berinteraksi, dan memotivasi audience.
-Menemukan media outlet dan kontak yang paling besar kemungkinannya untuk membuat liputan.
-Membuat angle-angle cerita yang lebih customized bagi para jurnalis berdasarkan minat, liputan sebelumnya, dan tren.
-Mendukung media pitching dengan data prediktif tentang popularitas/permintaan topik cerita.
-Mengelola reputasi secara online dengan memprediksi adanya kejadian dan dampak dari ulasan negatif.
-Memantau kanal media cetak, televisi/radio, dan online untuk memprediksi potensi masalah yang mungkin menimpa brand Anda.
-Dengan teknologi image recognition, mengidentifikasi logo dan produk dari brand Anda.
-Melakukan tagging dan labeling pada gambar dan video sehingga lebih mudah dicari.
-Menandai (flagging) konten-konten buatan konsumen yang tidak pantas, di situs atau media sosial Anda.
-Memanfaatkan image recognition dan facial recognition untuk mengintegrasikan elemen-elemen cerdas dan interaktif pada promosi event dan kampanye di media sosial.
-Melakukan monitoring terhadap video deepfake dari para eksekutif perusahaan karena keberadaan video-video ini berpotensi memberikan dampak negatif terhadap mereka secara pribadi maupun brand.
Penerapan Artificial Intelligence ini diyakini para pakar akan mentransformasi bidang kehumasan di masa depan. Namun di sisi lain, perusahaan di sektor ini juga perlu memahami bahwa kehadiran AI akan membutuhkan jenis kemampuan baru di bidang kehumasan, seperti analisis big data dan keahlian dalam hal user experience.
Dengan diambilalihnya pekerjaan-pekerjaan repetitif oleh AI, para praktisi humas bisa lebih memfokuskan diri pada pekerjaan-pekerjaan, seperti creative thinking dan strategic planning, yang tidak dapat dilakukan oleh mesin.