JAKARTA – Microsoft terus menegaskan komitmennya untuk memberdayakan ekonomi digital Tanah Air. Indonesia diprediksi membutuhkan 9 juta talenta digital atau sekitar 600.000 orang per tahun untuk percepatan transformasi digital hingga 2035.
Gubernur Provinsi Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku pemerintah daerah bersama tim Microsoft Indonesia telah melakukan banyak kerja sama salah satunya dengan meluncurkan program cloud skills challenge sebagai salah satu perwujudan dari kolaborasi tersebut.
“Program ini memberikan ruang khususnya bagi warga Jawa Barat untuk mempelajari berbagai aspek teknologi seperti cloud, big data, artificial intelligence [AI], internet of things [IoT], dan produktivitas dalam berbagai level,” katanya dalam acara Dev//Verse: The Future of Digital Talents Empowering Developer Universe yang diadakan Bisnis Indonesia, Jumat (25/3/2022).
Sementara itu, Modern Work and Security Lead, Corporate Commercial Microsoft Indonesia Debby Arintika mengatakan kebutuhan talenta digital di berbagai industri dan segmen di korporasi ataupun pemerintahan juga berkembang.
Menurutnya, di balik perkembangan tersebut, para talenta digital turut mengambil peran besar dalam mentransformasi industri masing-masing untuk menjadi lebih baik.
Dalam hal ini, Microsoft menunjukkan bagaimana pemberdayaan talenta digital dan ekosistem teknologi di sekitarnya sangat diperlukan. Maka dari itu, perusahaan terus memperluas komitmen bagi Indonesia dengan melokalisasi platform belajar Microsoft Learn dan portal inovasi Azure, serta memperkenalkan platform khusus untuk startup Microsoft for Startups Founders Hub di Indonesia.
Adapun Microsoft Learn adalah platform belajar online yang menghadirkan ribuan materi seputar dunia teknologi secara gratis. Ada 396 jalur belajar dan 1.536 modul yang sudah tersedia dalam Bahasa Indonesia.
Sementara itu, Azure merupakan portal yang memungkinkan developer dan talenta digital membangun inovasi di cloud Microsoft Azure. Portal ini diperkuat dengan artificial intelligence dan keamanan yang tinggi.
Di sisi lain, sebuah riset pada 2019 menunjukkan bahwa adanya kegagalan dari 90 persen startup karena kurangnya keahlian, ketidakcocokan ide dan pasar sasaran, hingga masalah finansial.
Padahal, Indonesia dikenal sebagai ‘rumah’ para startup dengan total lebih dari 2.300 startup. Indonesia bahkan menduduki peringkat ke-5 untuk negara dengan jumlah startup terbanyak.
Chief Product Officer (CPO) Dicoding Nur Rohman mengatakan di era sekarang, persaingan mendapatkan talenta yang bagus sangat ketat. Pun dengan para talenta digitalnya sendiri yang ingin bergabung ke sebuah perusahaan.
“Artinya kan kebutuhan industrinya banyak, banyak juga peminatnya. Namun kenapa industri susah juga mencari talenta yang cocok. Artinya kan ada gap di situ,” katanya.
Namun begitu, dia menilai yang lebih menjadi perhatian adalah bagaimana sebuah industri atau startup ketika sudah memiliki talenta digital, mempertahankan keberadaan mereka. Misalnya, dengan memperhatikan pertumbuhan atau perkembangan personal.
Dalam kesempatan yang sama, SVP of Talent Bukalapak Suryo Sasono menyebut yang harus dipertahankan adalah memastikan para talenta tersebut happy dengan cara memberdayakan dan mengembangkan kemampuan mereka.
“Ini mungkin investasi yang biasanya nggak bisa langsung terbayar, tetapi semakin kita membina mereka mengembangkan skill-nya,” imbuh Suryo.