Rama Aditya, Founder & CEO Qlue

Kini penerapan artificial intelligence (AI) dan internet of things (IoT) bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari.

Penerapan ini gencar dipercepat seiring langkah Pemerintah mendorong transformasi digital.

Qlue, sebagai salah satu perusahaan yang telah mengembangkan AI dan IoT pun kini merasakan dampak yang signifikan terhadap bisnisnya.

Rama Aditya, Founder & CEO Qlue menjelaskan, Qlue sebenarnya dimulai dari media pelaporan warga di tahun 2014.

“Qlue dimulai dari media pelaporan warga dan membantu Pemprov DKI Jakarta,” jelas Rama di Webinar Selular Congress 2022, Kamis (31/3/2022).

Namun, seiring pergantian kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta membuat aplikasinya kurang digunakan warga.

Hal ini lantaran adanya asumsi jika laporan tak akan ditindaklanjuti lagi.

“Saat itu ada asumsi warga jika laporan mereka tak akan ditindaklanjuti lagi, padahal sebenarnya laporan tetap diteruskan ke pihak terkait,” ujar Rama.

Dengan sepinya pengguna aplikasi Qlue membuat Rama dan timnya memutar otak agar bisnis tetap berjalan.

Hingga kemudian muncul penggunaan AI yang berasal dari CCTV untuk pelaporan kejadian.

“Saat itu kita awalnya hanya mengandalkan pelaporan warga, kemudian muncul ide untuk memanfaatkan penggunaan AI di CCTV secara real time untuk menindaklanjuti kejadian,” ucap Rama.

Berangkat dari situ lah, Qlue akhirnya mengembangkan teknologi AI dan IoT untuk efisiensi bisnis.

Bahkan, Qlue juga mendorong Jakarta sebagai smart city pada 2014 turut berkontribusi pada pembangunan kota Jakarta yang lebih maju.

Berkat pengembangan AI dan IoT, Qlue saat ini membantu Pemprov DKI Jakarta mendeteksi dan memetakan masalah-masalah di lapangan sehingga pengambilan keputusan menjadi lebih cepat dan akurat.

Ditambah komitmen kuat dari pemerintah, kolaborasi itu mampu menekan titik banjir di Jakarta dari 8.000 titik banjir menjadi 450 titik banjir selama tiga tahun implementasinya. “Waktu penyelesaian laporan juga lebih cepat dari 13 hari menjadi 2-3 jam saja,” tegas Rama.

Teguh Prasetya, Ketua Umum ASIOTI menjelaskan, AI dan IoT berpotensi semakin berkembang terlebih untuk menunjang industri di masa depan. “Pendorong IoT dan AI yaitu adanya penurunan biaya operasional, meningkatkan keamanan,” ujar Teguh. Tak hanya itu, IoT dan AI ini kian banyak diminati karena dinilai meningkatkan kualitas kontrol dan pendapatan.

“Kebutuhan pasar IoT di Indonesia cukup besar dan penetrasinya bisa ke berbagai sektor industri seperti manufaktur, kesehatan, agrikultur, retail, sektor publik, dan lain sebagainya, termasuk di bidang telekomunikasi dan media,” tegas Teguh.

IoT sendiri menduduki urutan pertama dari 4 industri teknologi teratas selain Artificial intelligence, Cloud Infrastructure, dan Big Data / Analytics yang memberi dampak berdasarkan survei dari Deloitte.

Industri ini bahkan tidak terpengaruh oleh pandemi yang terjadi sekarang. Melihat potensi dan perkembangannya ke depan, IoT berpeluang cukup tinggi sebagai salah satu pemasok pendapatan bagi operator. Teguh menjelaskan, sekitar 1,5 juta rumah di Indonesia yang berstatus smarthome pada 2019 lalu. Meski demikian, situasi pandemi Covid-19 mendongkrakkan jumlah smarthome menjadi sekitar 6,5 juta. “Potensi IoT di rumah-rumah juga masih sangat besar,” aku Teguh.

Dengan potensi yang ada, Teguh mengakui, saat ini berbagai perusahaan menerapkan strategi. Setidaknya mereka harus memiliki tiga strategi yakni mengadopsi dan adaptasi, akselerasi, dan kolaborasi untuk bersiap di industri IoT dan AI. “Dengan tiga strategi yang ada, teknologi IoT dan AI bisa menjadi solusi industri masa depan,” papar Teguh.

Sumber : https://selular.id/2022/03/ai-dan-iot-buat-biaya-operasional-menurun-dan-keamanan-meningkat/