Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta generasi muda lebih kreatif dalam membaca peluang untuk berkompetisi di tingkat nasional maupun tingkat global. Khususnya di tengah tantangan digitalisasi yang terus berkembang.
Hal itu disampaikan Airlangga saat memberikan sambutan sekaligus pembekalan terhadap 1.784 wisudawan Pascasarjana, Sarjana, dan Profesi Universitas Nasional (Unas) di Jakarta Convention Center (JCC), Ahad (19/6/2022).
“Sesudah para wisudawan lulus ini ada beberapa pilihan apakah akan menjadi profesional, wirausahawan, pendidik, penulis atau apapun pilihan yang terbaik. Bagi wisudawan ini menjadi tantangan untuk lebih kreatif dan lebih cerdas untuk membaca peluang,” ujar Airlangga di hadapan para wisudawan universitas swasta tertua di Indonesia ini.
Selain itu, ia menyampaikan agar para wisudawan terus terhubung dengan universitas karena dengan seluruh dinamika yang berubah maka diperlukan life long learning. Menurut dia, hal itu akan membantu para alumninya dalam berkarier di masyarakat.
Demikian pula universitasnya akan sangat terbantu dengan para alumni yang sudah berhasil di masyarakat untuk memberikan feedback ilmu kepada kampus. Jadi siklus seperti ini membuat universitas menjadi sangat kaya akan informasi dan perubahan-perubahan yang terjadi.
“Tentu ini adalah tantangan bagi kita semua dan tentu bagi kami di pemerintah ini adalah bagaimana para angkatan kerja bisa difasilitasi dan para lulusan bisa beradaptasi dengan kebutuhan pasar kerja dan tentu saya berharap akan tumbuh enterpreneur-enterpreneur baru,” kata dia.
“Pemerintah tentu tinggal menyediakan fasilitasnya saja dan pemerintah terus menyiapkan untuk para entrepreneur fasilitas pembiayaan termasuk Kredit Usaha Rakyat dan kemudian berbagai fasilitasi yang lain,” kata Airlangga menambahkan.
Ia juga berharap bagi mahasiswa yang ingin berwirausaha bisa memanfaatkan pembelajaran dan pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah termasuk bagi anak muda yang ingin bergerak di sektor digital. Itu karena, sambungnya, Indonesia merupakan pasar digital yang di tahun 2020 mencapai 44 miliar dolar Amerika Serikat (AS), di tahun 2021 mencapai 70 miliar dolar AS dan di tahun 2025 nanti sebesar 130 miliar dolar AS sehingga hal ini adalah yang terbesar di ASEAN.
“Jadi kalau mau bergerak di bidang digital maka dia biasanya untuk menjadi unicorn dia harus beroperasi di Indonesia dan ini adalah pasar yang sangat besar dan ini saatnya adalah sekarang. Oleh karena itu ini adalah opportunity bagi para alumni,” ucapnya.
Terkait dengan transformasi digital yang juga merupakan salah satu tema pada presidensi G20, menurutnya Indonesia sudah banyak melakukan hal yang lebih maju dari negara lain.
“Antara lain dari segi infrastruktur kita sudah siap dengan 5G, kita siap dengan Fiber optik antar pulau, kita punya satelit dan saat sekarang kita sedang bicara dengan Space X dengan Telkom untuk low earth orbit satellite yaitu suatu teknologi baru untuk menghubungkan pulau-pulau di Indonesia,” kata dia.
Kemudian salah satu bukti Indonesia lebih cepat dari berbagai negara lain dalam program transformasi digital yaitu di sektor industri 4.0 industri kesehatan misalnya pada saat Covid-19, yang download untuk aplikasi telemedicine hanya dua juta namun di tahun 2021 mencapai 21 juta.
“Di bidang digitalisasi juga pada saat covid pemerintah meluncurkan program yang disebut G to P atau Government to People yaitu dari pemerintah ke masyarakat salah satunya adalah program Kartu Prakerja yang beberapa hari lalu para alumninya diterima oleh bapak presiden,” kata Airlangga.
Ia menyampaikan program, Kartu Prakerja sudah diakses oleh 115 juta masyarakat, lebih dari 88 juta sudah bisa mengunduh dan terkualifikasi tetapi yang baru diterima adalah 12,8 juta dalam dua tahun dan program semacam ini tidak bisa dilakukan hanya dengan program yang non-digital.
“Ini menjadi salah satu contoh yang diapresiasi oleh berbagai negara karena ini adalah program digitalisasi pemerintahan yang dianggap berhasil karena tidak ada dana pemerintah yang parkir melalui kementerian, melalui pemerintah provinsi ataupun kabupaten kota tetapi ini langsung ke I-Wallet masing-masing peserta dan jumlah yang diberikan adalah 1 juta rupiah untuk pelatihan dan 600 ribu rupiah untuk empat bulan,” ujar dia.
“Tentu dari hasil survei dari BPS (Badan Pusat Statistik), UNDP (United Nations Development Programme) dan berbagai lembaga mengatakan lebih dari 88% merasa skillnya berubah ataupun bertambah. Nah inilah beberapa program yang didorong oleh pemerintah di dalam transformasi digital,” kata dia.