BISKOM, Jakarta – Pada masa Rasulullah SAW, fungsi masjid selain menjadi tempat ibadah, juga menjadi pusat kegiatan dan pembinaan umat. Dari masjid lahir tokoh-tokoh Islam yang luar biasa, seperti Abu Bakar Siddiq yang merupakan jebolan (keluaran) Masjid Madinah, dan tokoh-tokoh lainnya seperti Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Tholib, dan Abdurrahman bin Auf. Mereka adalah tokoh-tokoh luar biasa yang lahir dari masjid.

“Oleh karena itu saya harap nanti mudah-mudahan jebolan masjid ini juga ada yang jadi presiden atau wakil presiden,” ujar Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin ketika meresmikan Masjid K.H. Hasyim Asyari Ma’had Bahrul Huda, Tuban, Jawa Timur, Kamis (10/08/2023).

Lebih jauh Wapres berharap, Ma’had (Pondok Pesantren) melahirkan ahli fiqih yang tidak hanya pandai membaca kitab tetapi juga mampu berijtihad dalam memberikan hukum terkait isu-isu yang terjadi saat ini.

Menurutnya, banyak masalah-masalah baru yang dulu tidak ada, dan masalah-masalah lama yang kini bertransformasi menjadi masalah baru yang perlu diijtihadkan apakah sesuai dengan syariat Islam atau tidak.

“Kebanyakan syariah itu lahirnya dari ijtihad,” kata Wapres mengutip Imam Haramian al-Juwaini.

Ia pun mencontohkan isu-isu ekonomi syariah yang memang berkembang sangat pesat, dan tidak dijelaskan secara gamblang dalam nash Al-Qur’an, seperti pembayaran digital, jual beli online dimana penjual pembeli tidak bertemu secara langsung, dan isu-isu terkini lainnya.

“Hal-hal seperti itu banyak sekali transaksi-transaksi ekonomi sekarang yang harus direspon. Oleh karena itu perlu mutafaqqihiin (ahli fiqih) yang mendalam seperti itu. Ini saya kira, [ahli fiqih itu sumbernya] di pesantren,” kata Wapres meyakinkan.

Sebagai pusat dakwah, Wapres mengharapkan pesantren mencetak da’i-da’i yang santun dan menyebarkan kedamaian, menciptakan perbaikan, bukan yang menyebarkan kebencian, karena hal ini bertentangan dengan syariah.

“Syariah itu bangunannya, asasnya itu dibangun di atas hikmah-hikmah dan kemaslahatan hambanya. Syariat itu seluruhnya adil semuanya rahmat, semuanya maslahat, semuanya hikmah,” ungkap Wapres.

“Mana-mana sesuatu yang keluar dari keadilan pada ketidakadilan kepada penyimpangan, dan dari rahmat kepada selain rahmat, dari kasih sayang kepada kebencian dan permusuhan, dari maslahat kepada mafsada, kerusakan, dan dari hikmah kepada main-main itu bukan dari syariah. Kalau yang seperti itu bukan syariah,” tambahnya.

Terakhir, Wapres berharap pesantren menjadi pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat, baik di sektor keuangan maupun di sektor rill yang sesuai dengan prinsip-prinsip pesantren, atau syariah.

“Muamalah yang tidak syariah itu sama dengan tidak ada,” ucap Wapres.

“Kalau syariah bilang tidak ada, sperti juga tidak ada secara fisik, walaupun fisiknya ada, dianggap tidak ada,” tambahnya.

Menurut Wapres, keberadaan Masjid K.H. Hasyim Asyari di tengah masyarakat Tuban ini patut disyukuri karena dapat menghadirkan kesejukan dan kedamaian bagi segenap umat.

“[Masjid diharapkan] melahirkan generasi emas untuk menyongsong kebangkitan umat Islam, serta mewujudkan Indonesia yang diliputi kasih sayang Allah, sejahtera warganya, lestari alamnya, baldatun thaibatun warabbun ghafur,” harap Wapres.

Dengan diresmikan Masjid ini, Wapres berharap eksistensi masjid terus dirawat dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.

“Akhirnya, dengan ucapan Bismillahirahmanirrahim, Masjid K.H. Hasyim Asyari Tuban saya nyatakan diresmikan,” pungkas Wapres.

Sebelumnya, Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak melaporkan bahwa sejak dirinya dan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa memimpin Provinsi Jatim, telah dibuat program tunjangan kehormatan bagi imam masjid, dengan total kumulatif hampir 40.000 imam dan takmir masjid sejak awal, dan tahun ini 12.500 orang yang akan mendapatkan tunjangan.

“Memang bukan nominalnya yang bisa kami banggakan tetapi bahwa Pemprov memberikan penghormatan kepada segenap imam masjid, karena merekalah yang menjadi pilar dalam mewujudkan Jatim berkah, Jatim yang tentunya bukan hanya dibangun dengan ikhtiar dunia, tetapi juga dengan pertolongan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Itulah yang kita yakini sekali lagi,” lapor Emil.

Sementara, Pengasuh Ma’had Bahrul Huda K.H. Fathul Huda menyampaikan bahwa nama masjid diambil dari nama tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Sebagaimana perjuangan K.H. Hasyim Asyari, masjid ini diharapkan menjadi pusat dakwah dan membangun umat yang wasathiyyah.

“Supaya bisa mengikuti jejak jejak beliau. Beliau adalah membangun umat yang wasathiyyah sehingga terbentuklah kebhinekaan. Maka dalam hal ini, pada hari ini dan sore hari ini Yang kami undang untuk hadir di sini bukan hanya kyai. Tapi dari kyai, pengusaha, petani dan juga dari non muslim semuanya,” ungkapnya.

Usai memberikan sambutan, Wapres menandatangani prasasti sebagai tanda diresmikannya Masjid K.H. Hasyim Asyari Ma’had Bahrul Huda.

Hadir dalam acara ini, Anggota DPR RI Komisi 7 Jatim Ratna Juwita, Bupati Tuban Halindra Farizky, Forkopimda Jatim, Forkopimda Tuban, Pengurus Besar NU, dan Pengurus Cabang NU Tuban.

Sementara, Wapres didampingi Kepala Sekretariat Wakil Presiden Ahmad Erani Yustika, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Suprayoga Hadi, Deputi Bidang Administrasi Sapto Harjono W.S., Staf Khusus Wapres Masduki Baidlowi, Masykuri Abdillah, dan Robikin Emhas, serta Tim Ahli Wapres Johan Tedja (Juenda)