Jakarta, Biskom- Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Al Indonesia (KORIKA) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menandatangani nota kesepahaman untuk mempercepat kemajuan dan pengembangan teknologi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika melalui penerapan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Melalui kerjasama ini, BMKG berkomitmen untuk mengintegrasikan kecerdasan buatan ke dalam sistem monitoring dan prediksi cuaca, serta peringatan dini gempa bumi dan tsunami. Hal ini merupakan bagian dari upaya BMKG untuk memberikan informasi yang lebih tepat waktu dan akurat kepada masyarakat, stakeholder dan pihak terkait dalam upaya mengurangi risiko bencana geo-hidrometeorologi di Indonesia.
Penandatangan nota kesepahaman dilaksanakan oleh Presiden KORIKA, Hammam Riza dan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di Alana Hotel, Yogyakarta pada Senin (6/5/2024). Kolaborasi antara KORIKA dan BMKG akan memperkuat upaya bersama dalam menghadapi tantangan geo-hidrometeorologi yang semakin kompleks.
Kemitraan KORIKA dan BMKG juga memperluas inisiatif ClimateSmart Indonesia yang diinisiasi oleh Institute for Health Modeling and Climate Solutions (IMACS). Inisiatif ClimateSmart Indonesia yang baru-baru ini diluncurkan bertujuan mewujudkan sistem kesehatan Indonesia yang tahan iklim.
Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, berada di garis depan dalam krisis kesehatan dunia yang disebabkan oleh perubahan iklim. Meningkatnya suhu, perubahan pola curah hujan, dan semakin seringnya kejadian cuaca ekstrem menyebabkan penyebaran penyakit sensitif iklim seperti malaria dan demam berdarah.
Perjanjian resmi antara KORIKA dan BMKG menandai kemajuan signifikan dalam integrasi AI dan sumber data iklim lokal untuk memperkuat pertahanan Indonesia dalam melawan dampak kesehatan akibat perubahan iklim.
ClimateSmart Indonesia Initiative diluncurkan pada Agustus 2023 oleh Malaria No More’s Forecasting Healthy Futures dengan dukungan dari Reaching The Last Mile. Inisiatif ini bertujuan mengembangkan sistem peringatan dini dan respons yang canggih terhadap penyakit menular yang sensitif terhadap iklim guna membantu membentuk kebijakan dan kebijakan berbasis bukti berupa respons kesehatan masyarakat dalam konteks perubahan iklim.
Pada November 2023, KORIKA menandatangani kemitraan penting dengan Kementerian Kesehatan Indonesia untuk mengembangkan dan menguji teknologi awal menggunakan informasi surveilans malaria.
Dengan memanfaatkan kemitraan tersebut, inisiatif ini telah memelopori solusi data dan Al yang baru, serta memperkuat kapasitas dan koordinasi lokal untuk respons multi-sektoral berbasis data terhadap ancaman kesehatan paling mendesak yang disebabkan oleh perubahan iklim.
Kemitraan antara KORIKA dan BMKG ini merupakan kelanjutan dari kolaborasi Inisiatif yang sudah ada dengan Kementerian Kesehatan dan kemitraan antara Mohammad Bin Zayed University of Artificial Intelligence (MBZUAI), Malaria No More dan Reaching the Last Mile.
Kemitraan ini bertujuan membuat lompatan signifikan menuju pengintegrasian data kesehatan dan iklim guna meningkatkan pengambilan keputusan yaitu menciptakan kesehatan masyarakat sebagai respons terhadap perubahan iklim, memanfaatkan AI mutakhir, ilmu data, dan teknologi kembar digital.
Saat ini, Indonesia menghadapi meningkatnya ancaman kesehatan masyarakat akibat variabilitas iklim. Perjanjian antara KORIKA dan BMKG ini secara khusus menjawab tantangan ini dengan menggabungkan keahlian BMKG dalam ilmu iklim dengan kemahiran Al dan analisis data dari mitra ClimateSmart Indonesia.
“BMKG sangat senang dapat bermitra dengan KORIKA karena kerja sama kami memenuhi peran penting dalam memperluas kemampuan Indonesia dalam merespons kompleksitas iklim terhadap kesehatan masyarakat,” kata Dr. Ardhasena Sopaheluwakan, Pusat Pelayanan Iklim Terapan BMKG.
“Bersama-sama, kita tidak hanya akan menyediakan sistem peringatan dini yang diperlukan dan alat perencanaan malaria yang berbasis informasi iklim, namun upaya-upaya ini sangat penting bagi stabilitas ekonomi jangka panjang dan kesejahteraan sosial negara kita,” imbuhnya.
Presiden KORIKA, Hammam Riza menyampaikan bahwa kecerdasan buatan diposisikan secara unik untuk membantu menghadapi tantangan iklim yang kompleks.
“Seiring dengan inisiatif ClimateSmart Indonesia yang mengambil langkah berani dalam memajukan solusi kesehatan iklim yang didukung oleh Al, kami mengantisipasi dampak terobosan terhadap kemampuan kami dalam memprediksi dan merencanakan tantangan kesehatan yang paling berat,” terang Hammam.
“Dengan memanfaatkan wawasan Al, kami membuka kemungkinan-kemungkinan baru untuk alokasi sumber daya yang lebih efektif , intervensi yang ditargetkan, dan respons proaktif terhadap wabah penyakit yang muncul dan ancaman kesehatan,” imbuhnya.
Melalui kolaborasi ini, mitra ClimateSmart Indonesia akan berupaya untuk memperbaiki model prediksi penyakit dan mengembangkan strategi mitigasi yang lebih efektif dan memberdayakan pembuat kebijakan dan profesional kesehatan dengan wawasan yang dapat ditindaklanjuti yang diperoleh dari aplikasi teknologi canggih dan data meteorologi yang kuat.
Upaya lainnya yaitu memungkinkan alokasi sumber daya yang lebih efisien, respons layanan kesehatan yang tepat waktu, dan peningkatan perlindungan bagi masyarakat, terutama masyarakat paling rentan.
Direktur IMACS, Dr. Kaushik Sarkar mengatakan bahwa perluasan ClimateSmart Indonesia ini merupakan langkah besar menuju pembekalan masyarakat Indonesia yang lebih baik dalam menghadapi interkoneksi kompleks antara perubahan iklim dan kesehatan masyarakat.
“Dengan menjadi yang terdepan dalam inovasi kesehatan iklim, sistem peringatan dini dan alat perencanaan malaria yang berbasis informasi iklim dari Inisiatif kami menawarkan pendekatan proaktif menuju upaya eliminasi malaria yang tahan terhadap perubahan iklim,” ujar Dr. Kaushik Sarkar.
Ia menambahkan, “Dengan mendorong strategi dan intervensi yang kuat dan berbasis bukti, Indonesia sedang menetapkan standar global untuk respons kolaboratif dan berteknologi maju terhadap tantangan kesehatan terkait iklim.”
Sementara itu, Direktur Keterlibatan Penelitian MBZUAI, Dr. Hosni Ghedira menerangkan bahwa Al berfungsi sebagai alat yang ampuh bagi para profesional kesehatan yang tertantang dalam mengatasi tantangan kesehatan iklim yang semakin meningkat di dunia.
“Di MBZUAI, kami gembira melihat perluasan Inisiatif ClimateSmart Indonesia karena hal ini tidak hanya akan melengkapi investasi dalam solusi kesehatan skala besar namun juga akan menjadi perubahan paradigma dalam pendekatan Indonesia terhadap sistem kesehatan,” ujar Dr. Hosni Ghedira.
Perwakilan Reaching the Last Mile mengatakan bahwa krisis iklim dan dampak kesehatan yang terkait dengannya perlu diatasi dengan tindakan berbasis bukti.
“Inisiatif ClimateSmart Indonesia merupakan langkah maju yang menarik untuk memberikan alat praktis bagi para praktisi kesehatan masyarakat dan pengambil keputusan untuk mewujudkan ketahanan iklim terhadap ancaman kesehatan iklim,” pungkasnya.